Minggu, 06 November 2016

KONSEP PEMERIKSAAN LABORATORIUM DASAR



KONSEP PEMERIKSAAN LABORATORIUM DASAR

A.    PENGERTIAN
Pemeriksaan Laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.  Oleh karena itu hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.
Pemeriksaan dasar yang juga merupakan proses General medical Check Up (GMC) meliputi: Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, HBsAg, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.

B.     TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
1.         Mendeteksi penyakit
2.         Menentukan risiko
3.         Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4.         Konfirmasi pasti diagnosis
5.         Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6.         Membantu pemantauan pengobatan
7.         Menyediakan informasi prognostic/perjalanan penyakit
8.         Memantau perkembangan penyakit
9.         Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai danpotensial membahayakan
10.     Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.

C.    JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.      Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi.  Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen
2.      Parasitologi, untuk mengamati parasit
3.      Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah.
4.      Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang berbeda.
5.      Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan dan toksin lain.
6.      Imunologi, menguji antibodi.
7.      Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV
8.      Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9.      Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
10.  Sitologi, menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.

D.    EFEKTIVITAS TES LABORATORIUM
Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi.  Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah:
1.      Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama.
2.      Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal.
3.      Cepat berati tidak memerlukan waktu lama
4.      Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.
5.      Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan.

E.     3 FAKTOR UTAMA YANG DAPAT MENGAKIBATKAN KESALAHAN HASIL LABORATORIUM:
1.      Faktor Pra instrumentasi: sebelum dilakukan pemeriksaan
2.      Faktor Instrumentasi: saat pemeriksaan (analisa) sample
3.      Faktor Pasca Instrumentasi: saat penulisan hasil pemeriksaan

1.      Pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
a.       Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien: nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b.      Persiapan Penderita
1.      Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2.      Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya: asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
 3.      Waktu Pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan cito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4.      Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
 c.       Persiapan Alat yang Akan Dipakai
1.      Persiapan Alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
a)      Pengambilan Darah
Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
b)      Penampungan Urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
c)      Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

2.      Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
 3.      Penanganan Awal Sampel dan Transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
a.    Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
b.   Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
c.    Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
d.   Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
e.    Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis.

Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit. Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien.
Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.

2.      Faktor Instrumentasi
Tahap ini harus ekstra teliti dalam memulai pemeriksaan laboratorium, yang termasuk dalam tahapan analitik antara lain:
a.       Pemeriksaan specimen
b.      Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
c.       Uji kualitas Reagen
d.      Uji Ketelitian
e.       Uji Ketepatan

3.      Pasca Instrumentasi
Penulisan hasil


F.     PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
1.      Pemeriksaan Darah
a.       Tempat Pengambilan Darah
1)      Perifer (pembuluh darah tepi)
2)      Vena
3)      Arteri
4)      Orang dewasa di ambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
5)      Bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki, tumit, atau daerah kepala
 
b.      Persiapan Alat
1)      Lanset darah atau jarum khusus
2)      Kapas alkohol
3)      Kapas kering
4)      Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5)      Bengkok
6)      Hand scoon
7)      Perlak dan pengalas
c.       Prosedur Kerja
1)      Mendekatkan alat
2)      Memberi tahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3)      Memasang perlak dan pengalas
4)      Memasang hand scoon
5)      Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6)      Kulit di hapushamakan dengan kapas alkohol
7)      Lakukan penusukan pada daerah yang telah dipilih
8)      Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
9)      Merapikan alat
10)  Melepaskan hand scoon

Hindari hemolisis saat pengambilan darah dengan memberi cairan sitrat pada tabung.
Macam–macam pemeriksaan menggunakan spesimen darah:
a)      Serum glutamik piruvik transaminase ( SGPT )
Di lakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler  jumlah darah yang di ambil sekitar 5-10 ml dari vena.
b)      Albumin
Mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar seperti pada kasus sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah banyak, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari vena.
c)      Golongan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari golongan darah A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A, B, dan AB.
 d)     Asam urat
Mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka bakar dan kehamilan, peningkatan pada asam urat dapat di indikasikan penyakit seperti leukimia, kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, jumlah darah yang di ambil 5-7 ml dari vena.
e)      Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Mendeteksi kadar bilirubin, pada bilirubin direct mendeteksi adanya ikterik obstruktif, hepatitis dan sirosis sedangkan bilirubin indirect mendeteksi adanya anemia, malaria dan lain-lain, jumlah darah yang diambil 5-10 ml dari darah vena.
f)       Estrogen
Mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause, serta stress pisikogenik, peningkatan pola estrogen dapat mengindekasi adanya tumor ovarium atau kehamilan, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari darah vena.
g)      Gas darah arteri
Mendeteksi keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik atau dengan metabolik. Jumlah darah yang diambil sekitar 1 ml dari estrogen.
h)      Gula darah puasa
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklikemik, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
i)        Gula darah postprandal
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan dilakukan setelah makan. Jumlah darah yang di perlukan sekitar 5-10 ml dari vena, 2 jam setelah makan pagi atau siang.
j)        Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
k)      Hematokrik
Mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, ginjal kronik serta  defisiensi vit B, peningkatan hematokrik adanya dehidrasi, asidosis, trauma dan lain-lain, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena
l)        Hemoglobin ( Hb )
Mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal, peningkatan Hb. Mengindikasikan adanya dehidrasi, PPOK dan CHF dan lain-lain. Jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
m)    Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan dan trombositosis menyebabkan penigkatan pembekuan jumlah darah yang diambil sekitar 5 ml dari vena.
n)      Partlal Tromboplastin Time ( PPT )
Mendeteksi variasi trombosit, monitor terapi heparia defesiensi faktor pembekuan, jalan darah yang diperlukan sekitar 7-10 ml dari vena, pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.Pemeriksaan lainnya yang menggunakan spesimen darah antara lain kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum krolaktin, kortisol, kolesterol, dan lain-lain.

2.      Pemeriksaan Urine
a.       Kegunaan
1)      Menafsirkan proses-proses metabolisme
2)      Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan ( padapasien DM )
b.      Jenis Pemeriksaan
1)      Urine Sewaktu
Dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2)      Urine Pagi
Dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3)      Urine Pasca Prandial
Dikeluarkan setelah pasien makan (1,5 – 3 jam sesudah makan).
4)      Urine 24 jam
Urine yang dikumpul dalam waktu 24 jam.
c.       Persiapan Alat.
1)      Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
2)      Wadahi urine dengan tutupnya
3)      Hand scoon
4)      Kertas etiket
5)      Bengkok
6)      Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium.
d.      Beberapa pemeriksaan menggunakan spesimen urin
1)      Asam Urat
Mendeteksi penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam, leukimia dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis dan lain-lain, urin yang dibutuhkan tampungan urin 24 jam.
2)      Bilirubin
Mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu, hepar, kanker hepar. urine yang dibutukan sekitar 5 tetes.
3)      Human Chorionic Gonatropin
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, dalam pengambilan urine dianjurkan klien untuk puasa cairan 8-12 jam, urine 24 jam yang diperlukan sekitar 60 ml. 
4)      Pemeriksaan lainnya yang mengunakan spesimen urine
a)      Urobilinogen menentukan kerusakan hepar, hemolisis, dan infeksi berat.
b)      Urinealisis menentukan berat jenis kadar glukosa, keton,dll.
c)      Kadar protein menentukan kadar kerusakan glomerulus
d)     Pregnadion menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan penilai adanya ovulasi.

3.      Pemeriksaan Feces
a.       Pengertian
Menyiapkan faeses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang tertentu.
b.      Tujuan
Untuk menegakan diagnosa dengan cara mendeteksi adanya kuman Salmonella, Shigella, Scherichia Coli, Staphylococcus
c.       Pemeriksaan Faeces (Tinja) untuk Pasien yang Dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
d.      Persiapan alat
1)      Hand scoon bersih
2)      Vasseline
3)      Botol bersih dengan tutup
4)      Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5)      Bengkok
6)      Perlak pengalas
7)      Tissue
8)      Tempat bahan pemeriksaan
9)      Sampiran
e.       Prosedur Tindakan
1)      Mendekatkan alat
2)      Memberi tahu pasien
3)      Mencuci tangan
4)      Memasang perlak pengalas dan sampiran
5)      Melepas pakaian bawah pasien
6)      Mengatur posisi dorsal recumbent
7)      Memakai Hand scoon
8)      Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan kedalam anus dengan arah ke atas kemudian diputar ke kiri dan ke kanan sampai teraba tinja
9)      Setelah dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan kedalam tempatnya
10)  Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue
11)  Melepas hand scoon
12)  Merapikan pasien
13)  Mencuci tangan. Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.

4.      Pengambilan Sputum atau Sekret
a.       Pengertian
Sputum adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
b.      Tujuan
Mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditentukan serta mendeteksi adanya kuman seperti Tubercolosis Pulmonal, Pneumonia Bakteri, Bronkhitis Kronis, Bronkhietaksis.
c.       Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan (apabila diperlukan).
d.      Persiapan Alat
1)      Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2)      Botol bersih dengan penutup
3)      Hand scoon
4)      Formulir dan etiket
5)      Perlak pengalas
6)      Bengkok dan tissue
e.       Prosedur Tindakan
1)      Menyiapkan alat
2)      Memberitahu pasien
3)      Mencuci tangan
4)      Mengatur posisi duduk
5)      Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok
6)      Memakai hand scoon
7)      Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
8)      Mengambil 5 cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
9)      Membersihkan mulut pasien
10)  Merapikan pasien dan alat
11)  Melepas hand scoon
12)  Mencuci tangan


G.    NILAI NORMAL HASIL LABORATORIUM PEMERIKSAAN DARAH
1.      HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita
12-16 gr/dL
Pria
14-18 gr/dL
Anak
10-16 gr/dL
Bayi baru lahir
12-24gr/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat anti radang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan  Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi)  dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
2.      TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan pembekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.000/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
3.      HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dll) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20%.
Nilai normal HMT:  
Anak
33 -38%
Pria dewasa
40 – 48 %
Wanita dewasa
37 – 43 %
Penurunan HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik, mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkus peptikum (penyakit tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat, eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan dan luka bakar, dll

4.      LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal:
Bayi baru lahir
9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak
9000 – 12.000/mm3
Dewasa
4000-10.000/mm3
 Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dll. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dll.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dll. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
 5.      Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (sel darah merah) dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dll.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukimia, anemia defisiensi besi, dll.
a.      Eosinofil
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai  normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium.  Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock,  stres, dan luka bakar.
b.      Basofil
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: 0 -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi (radang), leukemia dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi) dan kehamilan
c.       Limposit
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dll.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dll.
d.      Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus, parasit (misalnya cacing), kanker, dll.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
e.       Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit:
Pria
4,6 – 6,2 jt/mm3
Wanita
4,2 – 5,4 jt/mm3

Masa Perdarahan
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keluarga.
Nilai normal:  
Dengan Metode Ivy
3-7 menit
Dengan Metode Duke
1-3 menit
Waktu perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dll.

 Masa Pembekuan
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.
Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
6.      Laju Endap Darah  (Led)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik) dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung). Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti  aspirin, kortison, quinine, etambutol.
Nilai normal laju endap darah: pada laki-laki (< 15 mm/jam) dan pada perempuan (< 10 mm/jam).
7.      G6PD (Glukosa 6 Phosfat Dehidrogenase)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita.
Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
 
8.      BMP (Bone Marrow Punction)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
9.      Pemeriksaan Alkohol Dalam Plasma
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
10.  Pemeriksaan Toleransi Laktosa
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut) dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa.  dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah. Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal: 
Dalam plasma
< 0,5 mg/dl
Dalam urin
12-40 mg/dl

11.  LDH (Laktat Dehidrogenase)
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L.
 12.  SGOT (Serum Glutamik Oksoloasetik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal:
Pria
s.d.37 U/L
Wanita
s.d. 31 U/L
Pemeriksan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dll.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dll.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sel-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dll.
13.  SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau  kerusakan hati.
Nilai normal: 
Pria
sampai dengan 42 U/L
Wanita
sampai dengan 32 U/L
Peningkatan >20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis. Peningkatan 3 – 10 x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
14.  ASAM URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan,   kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada  input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat > 8 mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal:
Pria
3,4 – 8,5 mg/dl     (darah)
Wanita
2,8 – 7,3 mg/dl     (darah)
Anak
2,5 – 5,5 mg/dl     (darah)
Lansia
3,5 – 8,5 mg/dl     (darah)
Dewasa
250 – 750 mg/24 jam (urin)
Peningkatan kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam, malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C, aspirin jangka panjang, diuretik.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dll. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dll.
15.  Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah: 
Pria
0,6 – 1,3 mg/dl
Wanita
0,5 – 0,9 mg/dl
Anak
0,4 -1,2 mg/dl
Bayi
0,7 -1,7 mg/dl
Bayi baru lahir
0,8 -1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker, konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan sefalosporin, aminoglikosid, dll.
 16.  Pemeriksaan Trigliserida
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal: 
Bayi
5-4o mg/dl
Anak
10-135 mg/dl
Dewasa muda
s/dl50 mg/dl
Tua (>50 tahun)
s/d 190 mg/dl
Penurunan kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital (kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.
17.  HDL (High Density Lipoprotein)
Merupakan salah satu dari 3 komponen lipoprotein (kombinasi protein dan lemak), mengandung kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan terdapat dalam plasma darah. HDL sering disebut juga lemak baik, yang dapat membantu mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.
Nilai normal:
Pria
>55 mg/dl
Wanita
>65 mg/dl
Nilai yang berisiko terhadap Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu
Risiko tinggi
<35 mg/dl
Risiko sedang
35 – 45 mg/dl
Risiko rendah
>6o mg/dl
Peningkatan lipoprotein dapat dipengaruhi oleh obat aspirin, kontrasepsi, sulfonamide.
 18.  LDL (Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung sedikit trigliserida, fosfolipid sedang, protein sedang, dan kolesterol tinggi. LDL mempunyai peran utama sebagai pencetus terjadinya penyakit sumbatan pembuluh darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dll.
Nilai normal: <150 mg/dl
Risiko ringgi terjadi jantung koroner
>16o mg/dl
Risiko sedang terjadi jantung koroner
130 -159 mg/dl
Risiko rendah terjadi jantung koroner
<130 mg/dl
19.  Albumin
Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan.
Nilai normal:
Dewasa
3,8 – 5,1 gr/dl
Anak
4,0 – 5,8 gr/dl
Bayi
4,4 – 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir
2,9 – 5,4 gr/dl
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh:
1.
Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik.
2.
Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
20.  Natrium (Na)
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf.
Nilai normal dalam serum:   
Dewasa
135-145 mEq/L
Anak
135-145 mEq/L
Bayi
134-150 mEq/L
Nilai normal dalam urin: 40 – 220 mEq/L/24 jam
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah  tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh).
Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi, gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia  (obat pencahar).
Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dll.), keju, buah ceri, saus tomat, acar, dll.
21.  Kalium (K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal:
Dewasa
3,5 – 5,0 mEq/L
Anak
3,6 – 5,8 mEq/L
Bayi
3,6 – 5,8 mEq/L
Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dll.
Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.
Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dll.
22.  Klorida (Cl)
Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida).
Nilai normal:
Dewasa
95-105 mEq/L
Anak
98-110 mEq/L
Bayi
95 -110 mEq/L
Bayi baru lahir
94-112 mEq/L
Penurunan klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, penggunaan obatThiazid, diuretik, dll.
Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dll.
23.  Kalsium (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon tiroid dan paratiroid.
Nilai normal:
Dewasa
9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin & diet rendah Ca); 200 – 300 mg/24 jam (di urin & diet tinggi Ca)
Anak
9 -11,5 mg/dl
Bayi
10 -12 mg/dl
Bayi baru lahir
7,4 -14 mg/dl.
Penurunan kalsium dapat terjadi pada kondisi malabsorpsi saluran cerna, kekurangan asupan kalsium dan vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas, luka bakar, radang pankreas, diare, pecandu alkohol, kehamilan. Selain itu penurunan kalsium juga dapat dipicu oleh penggunaan obat pencahar, obat maag, insulin, dll.
Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan (kanker) pada tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan ginjal. Selain itu, kelebihan vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga berlebihan, dll, juga dapat memacu peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.

24.  PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (gula darah puasal nuchter) atau 2 jam setelah makan (gula darah post prandial).
Nilai normal gula darah puasa:
Dewasa
70 -110 mg/dl
Anak
60-100 mg/dl
Bayi baru lahir
30-80 mg/dl



25.  Tes Widal
Merupakan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa thypus. Tes ini menggunakan antigen Salmonella jenis O (somat/k) dan H (flagel) untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibodi. Titer antibodi pada penderita thypus akan meningkat pada minggu ke II. Kemudian titer antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap sampai beberapa tahun.
Jika titer antibodi O meningkat segera setelah adanya demam, menunjukkan adanya infeksi Salmonella strain O dan demikian pula untuk strain H.

26.  PEMERIKSAAN TORCH
Pemeriksaan untuk identifikasi adanya virus Toksoplasma Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplek pada ibu dan bayi baru lahir, melalui sampel darah ibu. Pemeriksaan ini perlu dilakukan jika ada riwayat sebelumnya atau dugaan infeksi kongenital (bawaan) pada bayi baru lahir yang ditandai dengan hasil pemeriksaan imunoglobulin G pada janin lebih tinggi dibanding pada ibu.
Toksoplasma gondii merupakan parasit yang hidup dalam usus hewan piaraan rumah terutama anjing dan kucing. Selain itu, diduga parasit ini juga terdapat pada tikus, merpati, ayam, sapi, kambing, dan kerbau, sehingga mudah menular pada manusia. Jika parasit ini menginfeksi ibu hamil, maka dapat menyebabkan infeksi pada janin.
Nilai normal pemeriksaan TORCH pada lgG ibu hamil dan janin adalah negatif.

27.  PROSTAT SPESIFIK ANTIGEN (PSA)
PSA adalah glikoprotein dari jaringan prostat yang meningkat jika terjadi hipertropi (pembesaran) dan meningkat lebih tinggi lagi pada penderita kanker prostat.
Pemeriksaan PSA pada pasien kanker prostat ini berfungsi untuk memonitor perkembangan sel kanker. Pemeriksaan ini lebih sensitif dari pada fosfatase prostat, namun pemeriksaan kombinasi keduanya akan lebih akurat.
Nilai rujukan:
Tidak ada kelainan prostat
0-4 ng/ml
Pembesaran prostat jinak
4 -19 ng/ml
Kanker prostat
10-20 ng/ml
 
PEMERIKSAAN REDUKSI
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin dengan menggunakan reagen Benedict, Fehling, dll. Hasil dinyatakan dengan:
Negatif
jika warna tetap (tidak ada glukosa)
Positif 1 (+)
jika warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5 -1% glukosa)
Positif 2 (++)
jika warna kuning keruh (terdapat 1 -1,5% glukosa)
Positif 3 (+++)
jika warna jingga seperti lumpur keruh (terdapat 2 – 3,5% glukosa)
Positif 4 (++++)
jika warna merah keruh (terdapat > 3,5% glukosa)
Janin dan kecacatan fisik setelah lahir, dengan gejala retinitis, hydrocephalus, microcephalus, dll.Reduksi (+) dalam unn menunjukkan adanya hiperglikemia (tingginya kadar gula dalam darah) di atas 170mg%, karena nilai ambang batas ginjal untuk absorpsi glukosa adalah 170 mg%. Jika hasii pemeriksaan reduksi (+) disertai hiperglikemia maka menandakan adanya penyakit Diabetes Mellitus.

BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal:
Dewasa
5-25 mg/dl
Anak
5-20 mg/dl
Bayi
5-15 mg/dl
Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12:1 – 20:1

H.    ANALISA SPERMA
Merupakan pemeriksaan dengan bahan sperma untuk melihat jumlah, volume cairan, persentase sperma matang, pergerakan, dll. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan penyebab kemandulan pada pria.
Nilai normal pada pria dewasa:
Jumlah
50-150 juta/ml
Volume
1,5-5,0 ml
Bentuk
75 % matang
Mobilitas
60 % bergerak aktif
Penyimpangan dari nilai” normaf di atas, biasanya terjadi pada pasien vasektomi, kemandulan, pengobatan kanker dan pengobatan yang mengandung estrogen (hormon wanita).

I.       NILAI NORMAL HASIL LABORATORIUM PEMERIKSAAN URINE
1.      Pemeriksaan Makroskopik urine
Yang dinilai adalah:
Volume
Normal :  1200 -1800 mL/ 24 jam (dewasa)
Anak 1-6 tahun       : ¼ orang dewasa
Anak 6-12 tahun     : ½ orang dewasa
Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake, aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.
a.    Poliuria (peningkatan volume urine,  > 2000 mL/24 jam)
Ditemukan pada Diabetes melitus, diabetes inpidus, glomerulo nefritis kronik, saat keadaan edema menghilang, masa penyembuhan febris akut.
b.    Oligouria (penurunan volume urine,  300-700 mL/24 jam)
Ditemukan pada glomerulo nefritis akut (GNA), aklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat, terlalu banyak Demam, Dekompensasi kardis.
c.     Anuria (tidak ditemukan urin, <300 mL/24 jam )
  Warna
Normal:  kuning muda, disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi oleh makanan, obat, penyakit tertentu. Faktor yang mempengaruhi warna urine:
a.    Konsentrasi urin: makin pekat makin gelap warnanya
b.   Keasaman urin: makin alkalis warna urin makin gelap
c.    Pigmen-pigmen abnormal dalam urin dan obat-obatan
Merah:  ada darah, porfobilin, obat.
Hijau : ada kuman
Coklat :bilirubin (seperti air teh), hematin
Hitam : darah, obat
Seperti air susu : pus, getah prostat, chylus (lemak), bakteri.
Kejernihan / kekeruhan
Normal: jernih
Bila keruh, mungkin desebabkan oleh bakteri, kristal, posfat, urat, eritrosit, epitel.
Nubecula: urine jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, kerena  ada endapan lendir, urat, fospat, epitel, leukosit, bakteri.
    Berat jenis
Bj urine normal: 1.003 – 1.03
Bj urine dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine,fengsi pemekatan ginjal.
Bj urine tingggi : Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam.
Bj urine rendah :stadium terminal nefritis.
Pengukuran Bj urine dengan menggunakan Urinometer 
Hasil pemeriksaan BJ urin harus selalu dikoreksi dengan:
1.      Suhu ruang:
Ø  Tiap 30C di atas suhu tera, maka hasil pembacaan ditambah 1
Ø  Tiap 30C di bawah suhu tera, maka hasil pembacaan dikurang1
2.      Kadar glukosa urin:
Tiap 1% glukosa maka hasil pembacaan di kurang 4
3.      Kadar protein urin:
Tiap 1% protein maka hasil pembacaan dikurang 3

Arti klinis pemeriksaan BJ urin:
ü  Membantu mendiagnose glukosuri pada penderita koma (koma diabetikum urinnya jernih tapi BJ nya tinggi.
ü  Untuk mengetahui faal ginjal menurut percobaan konsentrasi menurut Fishberg

Bau
Normal: aromatis
Bau amoniak:perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter.
Bunga layu: ketonuria
Busuk: perombakan protein  pada ureter.
Bau yang berasal dari makanan dan minumam (Normal)

pH
Normal; 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7
Pengukuran pH urine dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, pH meter
Jika pH alkalis :retensi urine pada kandung kemih, sistitis kronis, anemia, muntah yang hebat.
Jika pH asam : assidosis, demam, diet protein, pielonefritis.
 
2.       Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya ( stadium, berat ringannya penyakit, follow up).
Sampel yang digunkan untuk pemeriksaan mikroskopik urine adalah:
ü  Urine sewaktu yang segar
ü  Urine pagi yang segar (terbaik)
ü  Urine dengan pengawet (formalin)
Sediaan pemeriksaan mikroskopik urine:
ü  Tanpa pewarnaan (sediaan natif)
ü  Dengan pewarnaan seperti: Sudan III/IV = oval fat bodies
Prussian Blue = butir hemosiderin
Cara pemeriksaan:
a.       5 ml urin masukkan dalam tabung centrifuge
b.      Pusingkan 1500 rpm selama 5 menit,
c.       Supernatan dipisahkan ke tabung lain,
d.      Sedimen diteteskan diatas obyek gelas, tutup dengan deck gelas
e.       Sediaan diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 dan 40 kali
Yang dapat dilihat:
a.       Unsur Organik
1.      Sel darah
Eritrosit:  ditemukan pada pasien  hematuria pada trauma ginjal, tumor ginjal, TBC ginjal
ü  Bentuk bundar
ü  Batas jelas
ü  Warna kuning muda
ü  Ukuran ± 7μm
ü  Normal 0-1 /lpb
Leukosit: ditemukan padda pasien leukosituria, pada sistitis, pielonefritis.
Ø  Bentuk bundar
Ø  Batas tidak jelas
Ø  Sitoplasma banyak berbutir
Ø  ukuran ± 11μm
Ø  Normal <6/lpb
2.      Silinder
Yaitu cetakan protein yang terjadi di tubuli. Syarat terbentuknya: adanya proteinuria, suassana asam, oligouria – anuria
Yang ditemukan = silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder leukosit. (nama sesuai dengan sel/strukturyang menempel)
3.      Epitel
Berasal  dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Normal selalu terdapat dalam urin. Bertambah banyak pada penderita glomerulonefritis . Positif pada radang selaput lendir pada traktus urinarium.
4.        Benang lendir
Terdapat pada iritasi selaput lendir traktus urogenital
5.      Oval bat bodies
Yaitu epitel yang mengandung lemak, berasal dari sindroma nefrotik (SN)
6.      Bakteri
S. Tiphy, E.Colli, M.TBC

b.      Unsur anorganik
Kristal yang dijumpai pada keadaan normal.
Dalam urine asam: Ca Oksalat, asam urat, urat amorf.
Dalam urin alkalis : fosfat, Ca. Karbonat, ammonium urat, fosfat amorf
Kristal yang dijumpai dalam urin abnormal:
1.      Kristal sistein dijumpai pada kelainan kongenital,
2.      Kristal tirosin dan leusin pada penyakit hepar yang berat

3.      Pemeriksaan Kimia Urine
a.         Pemeriksaan glukosa
Normal : 1 -25 mg/ dL
Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa didalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari glumerulus.
Glukosuria yaitu adanya ditemukan glukosa didalam urine yang melebihi kadar normalny/ekresi glukosa kedalam urine.
Penyebab Glukosuria adalah
1.      Tanpa hiperglikemia
Terjadi pada:
Ø  Glukosa renal yaitu,  glukosa dibuang ke air kemih  meskipun kadar glukosa didalam darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubuluss renalis.
Ø  Alkalimentasi
Ø  Kehamilan

2.      Dengan hiperglikemia
Terjadi pada :
Ø  Diabetes melitus Karena kadar glukkosa didalam darah meningkat, karena kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa menyerap kembali kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170 mg/dL). Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.
Ø  Hipertiroid
Ø  Tekanan udara cranial
Ø  Sesudah anestesi dengan eter
Hiperglikemia: suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah meningkat dari normal (N : 60 -120 g/dL).
Hipoglikemia: suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah rendah dari normah.
Pada hipoglikemia disebabkan oleh:
ü  Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
ü  Dosis insulin/ obat lain yang terlalu tinggi
ü  Kelainan padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal
ü  Kelainan pada penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati

Mekanisme terjadinya glukosuria:
1.      Apabila GFR meningkat, reabsorbsi normal.
2.      Apabila reabsorbsi meningkat, GFR normal.
3.      Jika kadar gula darah normal, GFR menurun.

Pemeriksaan glukosa urine dilaboratorium :
Ada dua cara yaitu:
1.      Berdasarkan reduksi ion Cu. Prinsip: dalam suasan alkali kuat panas gula- gula (reduktor) dalam urine akan mereduksi ion cupri (Cu++) menjadi cupro (Cu+), bisa dalam bentuk CuOH (kuning ) atau Cu2O (merah) tergantung jumlah reduktor dalam urine.
2.      Berdasarkan enzimatik (carik –celup). Prinsip: glukosa dan O2 dengan bantuan enzim glukosa oksidase dirubah menjadi gluconic acid dan H2O2, H2O2 dengan adanya peroksidase sdirubah menjadi H2O dan On. On akan mengoksidasi indikator warna pada kertas tes. Intensitas warna yang timbul sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam sampel.
Pemeriksaan kualitatif: Untuk melihat ada / tidaknya glukosa didalam sampel urine.
Metoda yang digunakan:
Ø  Tes enzimatik (Carik celup)
Ø  Metode fehling (reduksi ion Cu)
Metode fehling
Ø  Bila warna tetap biru hasil pemeriksaan negatif.
Ø  Bila warna kuning atau merah bata hasil positif.
Keuntungan metoda Fehling: sangant sensitif
Kerugian metoda Fehling : kurang spesifik, karena reagen fehling mengnadung basa kuat (KOH) akibatnya semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa.

Pemeriksaan semi kuantitatif
: Untuk memprediksi kadar glukosa yang terkandung didalam sampel urine.
Metoda:
Ø  Tes enzimatik
Ø  Reduksi ion Cu ( metoda benedict, metoda clinistes)

b.         Pemeriksaan protein urine 
Normal : 10 mg/dL
Protein berfungsi untu pertumbuhan. 
Protein terdiri dari :
ü  Albumin: untuk mengatur cairan koloid osmotik didalam tubuh.
ü  Globulin: untuk imunoglobulin / anti bodi tubuh / pertahanan.
Proteinuria adalah adanya protein yang ditemukan didalam urine yang melebihi kadar normalnya. Proteinuria disebut juga dengan albuminuria.
Tingkatan Proteinuria:
Ringan  : ≤ 0,5 g/L per 24  jam
Sedang : 0,5 – 3 g /L per  24 jam
Berat : > 3 g /L per  24 jam
Proteinuria disebabkan oleh:
1.   Proteinuria fisiologis
Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai + 1.
 Proteinuria fisiologis dapat ditemukan pada:
a.       Wanita hamil  (karena pada ssaat hamil assupan gizi bertambah/meningkat, termasuk protein dan dalam darah kadar protein meningkat sehingga ginjal tidak dapat menyaring kelebihan karena melewati ambang ginjal.)
b.      Demam
c.       Hipertensi
d.      Stres
e.       Kerja berat
f.       Bayi yang baru lahir (usia 1 minggu)
g.      Berdiri yang terlalu lama
h.      Kedinginan  ( karena adanya penekanan vena renali diginjal. )
2.   Proteinuria patologis
Ditemukan protein diddalam urine yang menandakan adanya indikasi penyakit.
Proteinuria patologis dapat ditemukan pada:
a.       Pre renal: proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ–organ sebelum ginjal misalnya hati. Ditemukan pada penyakit:
Ø  Sirosis hepatic
Ø  Meningnitis
Ø  Ascites
Ø  Febris 
b.      Renal: proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ ginjal. Ditemukan pada penyakit:
Ø  GNA ( Glomerulo Nefritis Akut )
Ø  ­GNK ( Glomerulo Nefritis Kronis )
Ø  ­PNA ( Pyelo Nefritis Akut)
Ø  ­PNK ( Pyelo Nefritis Kronis )
c.       Post renal: proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ- organ setelah ginjal, misalnya saluran fesikaurinaria, ureter. Ditemukan pada penyakit :
Ø  ­ Urethritis
Ø  ­ Sistitis