KONSEP PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DASAR
A.
PENGERTIAN
Pemeriksaan Laboratorium adalah
suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau
sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak),
dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis
penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan
lainya.
Tes atau pemeriksaan dapat secara
kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan
parasitologi klinik. Metode pemeriksaan
pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif dan dilaksanakan
dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun
berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun
dapat meningkat. Oleh karena itu hasil
suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan
pasien.
Pemeriksaan dasar yang juga
merupakan proses General medical Check Up (GMC) meliputi: Hematologi Rutin,
Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT,
Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N,
HBsAg, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL,
Cholesterol LDL-Direk.
B.
TUJUAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Adapun beberapa tujuan dari
pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
1.
Mendeteksi penyakit
2.
Menentukan risiko
3.
Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4.
Konfirmasi pasti diagnosis
5.
Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat
menyamarkan gejala klinis
6.
Membantu pemantauan pengobatan
7.
Menyediakan informasi prognostic/perjalanan penyakit
8.
Memantau perkembangan penyakit
9.
Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak
dijumpai danpotensial membahayakan
10. Memberi
ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.
C.
JENIS-JENIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Mikrobiologi
menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun
jaringan yang mungkin terinfeksi.
Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen
2. Parasitologi,
untuk mengamati parasit
3. Hematologi, menerima
keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah.
4. Kimia klinik,
biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang
berbeda.
5. Toksikologi,
menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan dan toksin lain.
6. Imunologi,
menguji antibodi.
7. Serologi,
menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV
8. Urinalisis,
menguji air seni untuk sejumlah analit.
9. Patologi, bedah
menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada
bedah seperti masektomi payudara.
10. Sitologi, menguji usapan
sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.
D.
EFEKTIVITAS
TES LABORATORIUM
Idealnya
pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan
tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya,
keadaan ideal tidak selalu terpenuhi.
Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah:
1. Teliti berarti kemampuan untuk
mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode
yang sama.
2. Akurat atau tapat berati kemampuan
untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin
membutuhkan waktu yang lama dan mahal.
3. Cepat berati tidak memerlukan waktu
lama
4. Spesifik berarti kemampuan
mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan
substansi yang lain.
5. Ketepatan pemanfaatan tes
laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat
pembiayaan.
E.
3
FAKTOR UTAMA YANG DAPAT MENGAKIBATKAN KESALAHAN HASIL LABORATORIUM:
1. Faktor Pra
instrumentasi: sebelum dilakukan pemeriksaan
2. Faktor
Instrumentasi: saat pemeriksaan (analisa) sample
3. Faktor Pasca
Instrumentasi: saat penulisan hasil pemeriksaan
1.
Pra
Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting
diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa
kerjasama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra
instrumentasi meliputi:
a. Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar, apa yang diperintahkan oleh dokter
dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga
tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan
secara lengkap meliputi identitas pasien: nama, alamat/ruangan, umur, jenis
kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan
pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya
hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang
mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b.
Persiapan Penderita
1.
Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2.
Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya:
asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan
jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan
trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
3.
Waktu Pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari terutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih
pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah.
Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan
tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan cito.
Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu
pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada
sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi
antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai
pagi.
4.
Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 % demikian
pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau
etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau
menjadi obyek.
c.
Persiapan Alat yang Akan
Dipakai
1.
Persiapan Alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi
dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
a)
Pengambilan Darah
Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet pembendung
(torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering
bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
b)
Penampungan Urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering,
bersih, bertutup rapat dapat steril ( untuk biakan ) atau tidak steril. Untuk
urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet
urin.
c)
Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus
yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas
penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak
tertukar.
2. Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan
pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun,
beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum
bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien
lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena
akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler.
Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di
daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena
umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat
pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena
yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral.
Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah
pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung
jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga.
Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
3. Penanganan Awal Sampel dan Transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber
kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
a. Catat dalam
buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya
memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
b. Jangan lupa
melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
c. Segera tutup
penampung yang ada sehingga tidak tumpah
d. Segera
dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
e. Perhatikan
persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas
darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak
terjadi hemolisis.
Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil
laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan
salah pengobatan pasien.
Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang
berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan
hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.
2. Faktor Instrumentasi
Tahap ini harus ekstra teliti dalam
memulai pemeriksaan laboratorium, yang termasuk dalam tahapan analitik antara
lain:
a.
Pemeriksaan specimen
b.
Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
c.
Uji kualitas Reagen
d.
Uji Ketelitian
e.
Uji Ketepatan
3. Pasca Instrumentasi
Penulisan hasil
F.
PERSIAPAN
DAN PENGAMBILAN SPESIMEN
1.
Pemeriksaan Darah
a. Tempat Pengambilan
Darah
1) Perifer
(pembuluh darah tepi)
2) Vena
3) Arteri
4) Orang dewasa
di ambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
5) Bayi dan
anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki, tumit, atau daerah kepala
b.
Persiapan Alat
1) Lanset darah
atau jarum khusus
2) Kapas
alkohol
3) Kapas kering
4) Alat
pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5) Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan
pengalas
c.
Prosedur Kerja
1) Mendekatkan
alat
2) Memberi tahu
klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3) Memasang
perlak dan pengalas
4) Memasang hand scoon
5) Mempersiapkan
bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6) Kulit di
hapushamakan dengan kapas alkohol
7) Lakukan
penusukan pada daerah yang telah dipilih
8) Bekas
tusukan ditekan dengan kapas alkohol
9) Merapikan
alat
10) Melepaskan hand scoon
Hindari hemolisis saat pengambilan darah dengan
memberi cairan sitrat pada tabung.
Macam–macam pemeriksaan menggunakan
spesimen darah:
a) Serum
glutamik piruvik transaminase ( SGPT )
Di lakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler jumlah
darah yang di ambil sekitar 5-10 ml dari vena.
b) Albumin
Mendeteksi kemampuan albumin yang disentesis oleh hepar seperti pada kasus
sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan protein dalam jumlah
banyak, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari vena.
c) Golongan
Darah
Dilakukan untuk mendeteksi golongan darah yang terdiri dari golongan darah
A, B, AB, dan O. Bahan yang diperlukan : darah, reagen anti A, B, dan AB.
d) Asam urat
Mendeteksi penyakit ginjal, anemia, asam folat, luka bakar dan kehamilan,
peningkatan pada asam urat dapat di indikasikan penyakit seperti leukimia,
kanker, eklampsia berat, gagal ginjal, malnutrisi, jumlah darah yang di ambil
5-7 ml dari vena.
e) Bilirubin
(total, direct, dan indirect)
Mendeteksi kadar bilirubin, pada bilirubin direct mendeteksi adanya ikterik
obstruktif, hepatitis dan sirosis sedangkan bilirubin indirect mendeteksi
adanya anemia, malaria dan lain-lain, jumlah darah yang diambil 5-10 ml dari
darah vena.
f) Estrogen
Mendeteksi disfungsi ovarium, gejala menopause, serta stress pisikogenik,
peningkatan pola estrogen dapat mengindekasi adanya tumor ovarium atau
kehamilan, jumlah darah yang di ambil 5-10 ml dari darah vena.
g) Gas darah
arteri
Mendeteksi keseimbangan asam dan basa yang disebabkan oleh gangguan
respiratorik atau dengan metabolik. Jumlah darah yang diambil sekitar 1 ml dari
estrogen.
h) Gula darah
puasa
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklikemik, jumlah darah yang
diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
i)
Gula darah postprandal
Mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoklimemik, pemeriksaan dilakukan
setelah makan. Jumlah darah yang di perlukan sekitar 5-10 ml dari vena, 2 jam
setelah makan pagi atau siang.
j)
Human Chorionic Gonadotropi ( HCG )
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh
plasenta, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
k) Hematokrik
Mendeteksi adanya anemia, kehilangan darah, ginjal kronik serta
defisiensi vit B, peningkatan hematokrik adanya dehidrasi, asidosis, trauma dan
lain-lain, jumlah darah yang diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena
l)
Hemoglobin ( Hb )
Mendeteksi adanya anemia dan penyakit ginjal, peningkatan Hb.
Mengindikasikan adanya dehidrasi, PPOK dan CHF dan lain-lain. Jumlah darah yang
diperlukan sekitar 5-10 ml dari vena.
m) Trombosit
Mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan dan
trombositosis menyebabkan penigkatan pembekuan jumlah darah yang diambil
sekitar 5 ml dari vena.
n) Partlal
Tromboplastin Time ( PPT )
Mendeteksi variasi trombosit, monitor terapi heparia defesiensi faktor
pembekuan, jalan darah yang diperlukan sekitar 7-10 ml dari vena, pengambilan 1
jam sebelum pemberian dosis heparin.Pemeriksaan lainnya yang menggunakan
spesimen darah antara lain kadar elektrolit dalam darah, masa protombin,
progesteron, prolaktin, serum krolaktin, kortisol, kolesterol, dan lain-lain.
2.
Pemeriksaan Urine
a.
Kegunaan
1) Menafsirkan
proses-proses metabolisme
2) Mengetahui
kadar gula pada tiap-tiap waktu makan ( padapasien DM )
b.
Jenis Pemeriksaan
1)
Urine Sewaktu
Dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2) Urine Pagi
Dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3) Urine Pasca
Prandial
Dikeluarkan setelah pasien makan (1,5 – 3 jam sesudah makan).
4) Urine 24 jam
Urine yang dikumpul dalam waktu 24 jam.
c. Persiapan
Alat.
1) Formulir
khusus untuk pemeriksaan urine
2) Wadahi urine
dengan tutupnya
3) Hand scoon
4) Kertas
etiket
5) Bengkok
6) Buku
ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium.
d.
Beberapa pemeriksaan menggunakan spesimen urin
1)
Asam Urat
Mendeteksi penyakit ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam, leukimia
dengan diet tinggi purin, ulseratif kolitis dan lain-lain, urin yang dibutuhkan
tampungan urin 24 jam.
2) Bilirubin
Mendeteksi penyakit obstruktif saluran empedu, hepar, kanker hepar. urine
yang dibutukan sekitar 5 tetes.
3) Human
Chorionic Gonatropin
Mendeteksi adanya kehamilan karena HCG adalah hormon yang diproduksi oleh
plasenta, dalam pengambilan urine dianjurkan klien untuk puasa cairan 8-12 jam,
urine 24 jam yang diperlukan sekitar 60 ml.
4) Pemeriksaan
lainnya yang mengunakan spesimen urine
a)
Urobilinogen menentukan kerusakan hepar, hemolisis,
dan infeksi berat.
b)
Urinealisis menentukan berat jenis kadar glukosa,
keton,dll.
c)
Kadar protein menentukan kadar kerusakan glomerulus
d) Pregnadion
menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan penilai adanya ovulasi.
3.
Pemeriksaan Feces
a.
Pengertian
Menyiapkan faeses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan
yang tertentu.
b. Tujuan
Untuk menegakan diagnosa dengan cara mendeteksi adanya kuman Salmonella,
Shigella, Scherichia Coli, Staphylococcus.
c. Pemeriksaan
Faeces (Tinja) untuk Pasien yang Dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah,
dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
d. Persiapan
alat
1) Hand scoon bersih
2) Vasseline
3) Botol bersih
dengan tutup
4) Lidi dengan
kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak
pengalas
7) Tissue
8) Tempat bahan
pemeriksaan
9) Sampiran
e.
Prosedur Tindakan
1) Mendekatkan
alat
2) Memberi tahu
pasien
3) Mencuci
tangan
4) Memasang
perlak pengalas dan sampiran
5) Melepas
pakaian bawah pasien
6) Mengatur
posisi dorsal recumbent
7) Memakai Hand scoon
8) Telunjuk
diberi vaselin lalu dimasukkan kedalam anus dengan arah ke atas kemudian
diputar ke kiri dan ke kanan sampai teraba tinja
9) Setelah
dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan kedalam tempatnya
10) Anus
dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue
11) Melepas hand scoon
12) Merapikan
pasien
13) Mencuci
tangan. Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara
steril. Caranya sama dengan cara thoucer,
tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.
4.
Pengambilan Sputum atau Sekret
a.
Pengertian
Sputum adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakea, bukan ludah atau
lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
b.
Tujuan
Mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh pasien
sehingga diagnosa dapat ditentukan serta mendeteksi adanya kuman seperti
Tubercolosis Pulmonal, Pneumonia Bakteri, Bronkhitis Kronis, Bronkhietaksis.
c. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi atau peradangan saluran pernafasan (apabila
diperlukan).
d. Persiapan
Alat
1) Sputum pot
(tempat ludah) yang bertutup
2) Botol bersih
dengan penutup
3) Hand scoon
4) Formulir dan
etiket
5) Perlak
pengalas
6) Bengkok dan tissue
e.
Prosedur Tindakan
1) Menyiapkan
alat
2) Memberitahu
pasien
3) Mencuci
tangan
4) Mengatur
posisi duduk
5) Memasang
perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok
6) Memakai hand scoon
7) Meminta
pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
8) Mengambil 5
cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
9) Membersihkan
mulut pasien
10) Merapikan
pasien dan alat
11) Melepas hand scoon
12) Mencuci
tangan
G.
NILAI NORMAL HASIL LABORATORIUM
PEMERIKSAAN DARAH
1.
HB
(HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah
merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah
pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai
normal Hb :
Wanita
|
12-16 gr/dL
|
Pria
|
14-18 gr/dL
|
Anak
|
10-16 gr/dL
|
Bayi baru lahir
|
12-24gr/dL
|
Penurunan
Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan
intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan
oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat
kanker), indometasin (obat anti radang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru
obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang
dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah
tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
2. TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam
proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel)
berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan pembekuan darah. Jumlah normal pada
tubuh manusia adalah 200.000-400.000/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan
penyakit demam berdarah.
3. HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah
merah, dll) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti
konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan
(kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat
tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat
dengan nilai HMT > 20%.
Nilai
normal HMT:
Anak
|
33 -38%
|
Pria dewasa
|
40 – 48 %
|
Wanita dewasa
|
37 – 43 %
|
Penurunan
HMT terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah
secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik,
mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkus peptikum (penyakit
tukak lambung).
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat, eklampsia
(komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan dan luka bakar, dll
4. LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh
jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai
normal:
Bayi baru lahir
|
9000 -30.000 /mm3
|
Bayi/anak
|
9000 – 12.000/mm3
|
Dewasa
|
4000-10.000/mm3
|
Peningkatan jumlah leukosit (disebut
Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya
pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis
(radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dll. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol,
antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dll.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi
pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dll. Selain itu juga
dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi
kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin,
kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh
bakter).
5. Hitung Jenis Leukosit (Diferential
Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang
ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik
kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe
leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan
limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya
eritrosit (sel darah merah) dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah
maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang
dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase
infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi
akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dll.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus,
leukimia, anemia defisiensi besi, dll.
a. Eosinofil
Eosinofil
merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi
(terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah
leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan
eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak,
testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian
shock, stres, dan luka bakar.
b. Basofil
Basofil
adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah
leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi
kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: 0 -1%
Peningkatan
basofil terdapat pada proses inflamasi (radang), leukemia dan fase penyembuhan
infeksi.
Penurunan
basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi) dan
kehamilan
c. Limposit
Salah satu
leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai
normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan
limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dll.
Penurunan
limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dll.
d. Monosit
Monosit
merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar
dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi
di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh
leukosit.
Peningkatan
monosit terdapat pada infeksi virus, parasit (misalnya cacing), kanker, dll.
Penurunan
monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
e. Eritrosit
Sel darah
merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah
dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif
selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di
dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel
darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit:
Pria
|
4,6 – 6,2 jt/mm3
|
Wanita
|
4,2 – 5,4 jt/mm3
|
Masa Perdarahan
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar
trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya
perdarahan dalam keluarga.
Nilai normal:
Dengan Metode Ivy
|
3-7 menit
|
Dengan Metode Duke
|
1-3 menit
|
Waktu
perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar
trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan
pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan faktor
pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu perdarahan juga
dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk anti jamur),
obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dll.
Masa Pembekuan
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan
waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan
antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan
>2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.
Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee
White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark
miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan
pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi
mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati,
kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
6. Laju Endap Darah (Led)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah
merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara
eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana
pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit
kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik) dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau
sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis,
kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif,
anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan
jantung). Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat
seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
Nilai normal laju endap darah: pada laki-laki (< 15
mm/jam) dan pada perempuan (< 10 mm/jam).
7. G6PD (Glukosa 6 Phosfat
Dehidrogenase)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah
untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD
merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita.
Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi
bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan
seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
8.
BMP
(Bone Marrow Punction)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat
dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan
antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
9.
Pemeriksaan
Alkohol Dalam Plasma
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol
(keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum.
Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi
alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis
hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas),
gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam
darah).
10. Pemeriksaan Toleransi Laktosa
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk
susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan
galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim
laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut) dan flatus
(kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah
besar kemudian diperiksa kadar gula darah. Apabila nilai glukosa darah sewaktu
>20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa
atau toleransi laktosa dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula
darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari
konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit
membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal:
Dalam plasma
|
< 0,5 mg/dl
|
Dalam urin
|
12-40 mg/dl
|
11. LDH
(Laktat Dehidrogenase)
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan
tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH
akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan
jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L.
12. SGOT
(Serum Glutamik Oksoloasetik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan
jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum
menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal:
Pria
|
s.d.37 U/L
|
Wanita
|
s.d. 31 U/L
|
Pemeriksan
ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi
minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot
jantung, sirosis hepatis, infark paru, dll.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan
saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dll.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sel-sel hati,
infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dll.
13. SGPT
(Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal
berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah
menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Nilai normal:
Pria
|
sampai dengan 42 U/L
|
Wanita
|
sampai dengan 32 U/L
|
Peningkatan
>20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis. Peningkatan 3 –
10 x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark
miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis
empedu.
14. ASAM
URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian
penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara
lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil
olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan
menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang
mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke
ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari.
Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal,
metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan
membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar
asam urat > 8 mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal:
Pria
|
3,4 – 8,5
mg/dl (darah)
|
Wanita
|
2,8 – 7,3
mg/dl (darah)
|
Anak
|
2,5 – 5,5
mg/dl (darah)
|
Lansia
|
3,5 – 8,5
mg/dl (darah)
|
Dewasa
|
250 – 750 mg/24 jam (urin)
|
Peningkatan
kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes
mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam,
malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C, aspirin jangka panjang, diuretik.
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam
folat, luka bakar, kehamilan, dll. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat
adalah allopurinol, probenesid, dll.
15. Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin
fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah,
dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan
makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah:
Pria
|
0,6 – 1,3 mg/dl
|
Wanita
|
0,5 – 0,9 mg/dl
|
Anak
|
0,4 -1,2 mg/dl
|
Bayi
|
0,7 -1,7 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
0,8 -1,4 mg/dl
|
Peningkatan
kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan
massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker,
konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan
sefalosporin, aminoglikosid, dll.
16. Pemeriksaan
Trigliserida
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari
karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan
penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal:
Bayi
|
5-4o mg/dl
|
Anak
|
10-135 mg/dl
|
Dewasa muda
|
s/dl50 mg/dl
|
Tua (>50 tahun)
|
s/d 190 mg/dl
|
Penurunan
kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital
(kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu
asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi
(penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak
terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat
meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.
17. HDL
(High Density Lipoprotein)
Merupakan salah satu dari 3 komponen lipoprotein (kombinasi
protein dan lemak), mengandung kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan
fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan terdapat dalam plasma darah. HDL
sering disebut juga lemak baik, yang dapat membantu mengurangi penimbunan plak
pada pembuluh darah.
Nilai normal:
Pria
|
>55 mg/dl
|
Wanita
|
>65 mg/dl
|
Nilai yang
berisiko terhadap Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu
Risiko tinggi
|
<35 mg/dl
|
Risiko sedang
|
35 – 45 mg/dl
|
Risiko rendah
|
>6o mg/dl
|
Peningkatan
lipoprotein dapat dipengaruhi oleh obat aspirin, kontrasepsi, sulfonamide.
18. LDL
(Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung sedikit
trigliserida, fosfolipid sedang, protein sedang, dan kolesterol tinggi. LDL
mempunyai peran utama sebagai pencetus terjadinya penyakit sumbatan pembuluh
darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dll.
Nilai normal: <150 mg/dl
Risiko ringgi terjadi jantung
koroner
|
>16o mg/dl
|
Risiko sedang terjadi jantung
koroner
|
130 -159 mg/dl
|
Risiko rendah terjadi jantung
koroner
|
<130 mg/dl
|
19. Albumin
Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari
50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin
diproduksi di hati dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik
darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat
dipertahankan.
Nilai normal:
Dewasa
|
3,8 – 5,1 gr/dl
|
Anak
|
4,0 – 5,8 gr/dl
|
Bayi
|
4,4 – 5,4 gr/dl
|
Bayi baru lahir
|
2,9 – 5,4 gr/dl
|
Penurunan
albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju
jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga
disebabkan oleh:
1.
|
Berkurangnya sintesis (produksi)
karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati
menahun, kelainan genetik.
|
2.
|
Peningkatan ekskresi
(pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom
(penyakit ginjal).
|
20. Natrium
(Na)
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada
cairan elektrolit ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air,
berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim,
sebagai konduksi impuls saraf.
Nilai normal dalam serum:
Dewasa
|
135-145 mEq/L
|
Anak
|
135-145 mEq/L
|
Bayi
|
134-150 mEq/L
|
Nilai normal dalam urin: 40 – 220 mEq/L/24 jam
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan,
bilas lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat
diuretik (obat untuk darah tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam
tubuh).
Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung
krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi, gagal hepatik (kegagalan
fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan
laksansia (obat pencahar).
Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan
(cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dll.), keju, buah ceri, saus tomat, acar, dll.
21. Kalium
(K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan
vaskuler (pembuluh darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L
atau 25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal:
Dewasa
|
3,5 – 5,0 mEq/L
|
Anak
|
3,6 – 5,8 mEq/L
|
Bayi
|
3,6 – 5,8 mEq/L
|
Peningkatan
kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat
terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin, dll.
Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium
dari makanan rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah,
dehidrasi, luka pembedahan.
Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah,
kacang-kacangan, dll.
22. Klorida (Cl)
Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada
cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting
dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida
sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida).
Nilai normal:
Dewasa
|
95-105 mEq/L
|
Anak
|
98-110 mEq/L
|
Bayi
|
95 -110 mEq/L
|
Bayi baru lahir
|
94-112 mEq/L
|
Penurunan
klorida dapat terjadi pada penderita muntah, bilas lambung, diare, diet rendah
garam, infeksi akut, luka bakar, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis,
penggunaan obatThiazid, diuretik, dll.
Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera
kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison,
asetazolamid, dll.
23. Kalsium (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam
keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi
gangguan hormon tiroid dan paratiroid.
Nilai normal:
Dewasa
|
9-11 mg/dl (di serum)
; <150 mg/24 jam (di urin & diet rendah Ca); 200 – 300 mg/24
jam (di urin & diet tinggi Ca)
|
Anak
|
9 -11,5 mg/dl
|
Bayi
|
10 -12 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
7,4 -14 mg/dl.
|
Penurunan
kalsium dapat terjadi pada kondisi malabsorpsi saluran cerna, kekurangan asupan
kalsium dan vitamin D, gagal ginjal kronis, infeksi yang luas, luka bakar,
radang pankreas, diare, pecandu alkohol, kehamilan. Selain itu penurunan
kalsium juga dapat dipicu oleh penggunaan obat pencahar, obat maag, insulin, dll.
Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan (kanker)
pada tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan ginjal. Selain itu, kelebihan
vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga berlebihan, dll, juga dapat memacu
peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.
24. PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat
pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (gula darah puasal nuchter) atau 2 jam
setelah makan (gula darah post prandial).
Nilai normal gula darah puasa:
Dewasa
|
70 -110 mg/dl
|
Anak
|
60-100 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
30-80 mg/dl
|
25. Tes Widal
Merupakan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa
thypus. Tes ini menggunakan antigen Salmonella jenis O (somat/k) dan H (flagel)
untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibodi. Titer antibodi pada
penderita thypus akan meningkat pada minggu ke II. Kemudian titer antibodi O
akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap sampai
beberapa tahun.
Jika titer antibodi O meningkat segera setelah adanya demam,
menunjukkan adanya infeksi Salmonella strain O dan demikian pula untuk strain
H.
26. PEMERIKSAAN TORCH
Pemeriksaan untuk identifikasi adanya virus Toksoplasma
Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplek pada ibu dan bayi baru lahir,
melalui sampel darah ibu. Pemeriksaan ini perlu dilakukan jika ada riwayat
sebelumnya atau dugaan infeksi kongenital (bawaan) pada bayi baru lahir yang
ditandai dengan hasil pemeriksaan imunoglobulin G pada janin lebih tinggi
dibanding pada ibu.
Toksoplasma gondii merupakan parasit yang hidup dalam usus
hewan piaraan rumah terutama anjing dan kucing. Selain itu, diduga parasit ini
juga terdapat pada tikus, merpati, ayam, sapi, kambing, dan kerbau, sehingga
mudah menular pada manusia. Jika parasit ini menginfeksi ibu hamil, maka dapat
menyebabkan infeksi pada janin.
Nilai normal pemeriksaan TORCH pada lgG ibu hamil dan janin
adalah negatif.
27. PROSTAT SPESIFIK ANTIGEN (PSA)
PSA adalah glikoprotein dari jaringan prostat yang meningkat
jika terjadi hipertropi (pembesaran) dan meningkat lebih tinggi lagi pada
penderita kanker prostat.
Pemeriksaan PSA pada pasien kanker prostat ini berfungsi
untuk memonitor perkembangan sel kanker. Pemeriksaan ini lebih sensitif dari pada
fosfatase prostat, namun pemeriksaan kombinasi keduanya akan lebih akurat.
Nilai rujukan:
Tidak ada kelainan prostat
|
0-4 ng/ml
|
Pembesaran prostat jinak
|
4 -19 ng/ml
|
Kanker prostat
|
10-20 ng/ml
|
PEMERIKSAAN REDUKSI
Pemeriksaan
untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin dengan menggunakan reagen Benedict,
Fehling, dll. Hasil dinyatakan dengan:
Negatif
|
jika warna tetap (tidak ada
glukosa)
|
Positif 1 (+)
|
jika warna hijau kekuningan dan
keruh (terdapat 0,5 -1% glukosa)
|
Positif 2 (++)
|
jika warna kuning
keruh (terdapat 1 -1,5% glukosa)
|
Positif 3 (+++)
|
jika warna jingga seperti lumpur
keruh (terdapat 2 – 3,5% glukosa)
|
Positif 4 (++++)
|
jika warna merah
keruh (terdapat > 3,5% glukosa)
|
Janin
dan kecacatan fisik setelah lahir, dengan gejala retinitis, hydrocephalus,
microcephalus, dll.Reduksi (+) dalam unn menunjukkan adanya hiperglikemia
(tingginya kadar gula dalam darah) di atas 170mg%, karena nilai ambang batas
ginjal untuk absorpsi glukosa adalah 170 mg%. Jika hasii pemeriksaan reduksi
(+) disertai hiperglikemia maka menandakan adanya penyakit Diabetes Mellitus.
BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat
oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal:
Dewasa
|
5-25 mg/dl
|
Anak
|
5-20 mg/dl
|
Bayi
|
5-15 mg/dl
|
Rasio
nitrogen urea dan kreatinin = 12:1 – 20:1
H.
ANALISA SPERMA
Merupakan
pemeriksaan dengan bahan sperma untuk melihat jumlah, volume cairan, persentase
sperma matang, pergerakan, dll. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan
penyebab kemandulan pada pria.
Nilai
normal pada pria dewasa:
Jumlah
|
50-150 juta/ml
|
Volume
|
1,5-5,0 ml
|
Bentuk
|
75 % matang
|
Mobilitas
|
60 % bergerak aktif
|
Penyimpangan
dari nilai” normaf di atas, biasanya terjadi pada pasien vasektomi, kemandulan,
pengobatan kanker dan pengobatan yang mengandung estrogen (hormon wanita).
I.
NILAI NORMAL HASIL LABORATORIUM PEMERIKSAAN
URINE
1.
Pemeriksaan Makroskopik
urine
Yang dinilai adalah:
Volume
Normal : 1200 -1800 mL/ 24
jam (dewasa)
Anak 1-6 tahun :
¼ orang dewasa
Anak 6-12 tahun :
½ orang dewasa
Volume urine dipengaruhi oleh umur,
intake, aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.
a.
Poliuria (peningkatan volume
urine, > 2000 mL/24 jam)
Ditemukan pada Diabetes melitus, diabetes inpidus, glomerulo nefritis kronik, saat keadaan edema menghilang, masa penyembuhan febris akut.
Ditemukan pada Diabetes melitus, diabetes inpidus, glomerulo nefritis kronik, saat keadaan edema menghilang, masa penyembuhan febris akut.
b.
Oligouria (penurunan volume urine, 300-700 mL/24 jam)
Ditemukan pada glomerulo nefritis akut (GNA), aklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat, terlalu banyak Demam, Dekompensasi kardis.
Ditemukan pada glomerulo nefritis akut (GNA), aklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat, terlalu banyak Demam, Dekompensasi kardis.
c.
Anuria (tidak ditemukan urin, <300
mL/24 jam )
Warna
Normal: kuning muda,
disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi oleh makanan,
obat, penyakit tertentu. Faktor yang mempengaruhi warna urine:
a. Konsentrasi
urin: makin pekat makin gelap warnanya
b. Keasaman urin:
makin alkalis warna urin makin gelap
c. Pigmen-pigmen
abnormal dalam urin dan obat-obatan
Merah: ada darah, porfobilin, obat.
Hijau : ada
kuman
Coklat :bilirubin
(seperti air teh), hematin
Hitam : darah,
obat
Seperti air
susu : pus, getah
prostat, chylus (lemak), bakteri.
Kejernihan /
kekeruhan
Normal: jernih
Bila keruh,
mungkin desebabkan oleh bakteri, kristal, posfat, urat, eritrosit, epitel.
Nubecula: urine
jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, kerena ada endapan lendir, urat, fospat, epitel,
leukosit, bakteri.
Berat jenis
Bj urine normal: 1.003 – 1.03
Bj urine
dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine,fengsi pemekatan ginjal.
Bj urine
tingggi : Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam.
Bj urine rendah
:stadium terminal nefritis.
Pengukuran Bj
urine dengan
menggunakan Urinometer
Hasil
pemeriksaan BJ urin harus selalu dikoreksi dengan:
1. Suhu ruang:
Ø Tiap 30C di atas suhu
tera, maka hasil pembacaan ditambah 1
Ø Tiap 30C di bawah suhu
tera, maka hasil pembacaan dikurang1
2. Kadar glukosa
urin:
Tiap 1% glukosa maka hasil pembacaan di kurang 4
3. Kadar protein
urin:
Tiap 1% protein maka hasil pembacaan dikurang 3
Arti klinis
pemeriksaan BJ urin:
ü Membantu
mendiagnose glukosuri pada penderita koma (koma diabetikum urinnya jernih tapi
BJ nya tinggi.
ü Untuk
mengetahui faal ginjal menurut percobaan konsentrasi menurut Fishberg
Bau
Normal: aromatis
Bau amoniak:perombakan ureum oleh
bakteri pada infeksi ureter.
Bunga layu: ketonuria
Busuk: perombakan protein pada ureter.
Bau yang berasal dari makanan dan
minumam (Normal)
pH
Normal; 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7
Pengukuran pH urine dengan kertas
lakmus, kertas nitrazin, pH meter
Jika pH alkalis :retensi urine pada
kandung kemih, sistitis kronis, anemia, muntah yang hebat.
Jika pH asam : assidosis, demam, diet
protein, pielonefritis.
2.
Pemeriksaan
Mikroskopis Urine
Guna pemeriksaan mikroskopis urine
adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya ( stadium, berat ringannya
penyakit, follow up).
Sampel yang digunkan untuk pemeriksaan
mikroskopik urine adalah:
ü
Urine sewaktu yang segar
ü
Urine pagi yang segar (terbaik)
ü
Urine dengan pengawet (formalin)
Sediaan pemeriksaan mikroskopik urine:
ü
Tanpa pewarnaan (sediaan natif)
ü Dengan
pewarnaan seperti:
Sudan III/IV = oval fat bodies
Prussian Blue = butir hemosiderin
Prussian Blue = butir hemosiderin
Cara pemeriksaan:
a. 5 ml urin
masukkan dalam tabung centrifuge
b. Pusingkan 1500
rpm selama 5 menit,
c. Supernatan
dipisahkan ke tabung lain,
d. Sedimen
diteteskan diatas obyek gelas, tutup dengan deck gelas
e. Sediaan
diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaran obyektif 10 dan 40 kali
Yang dapat dilihat:
a. Unsur Organik
1. Sel darah
Eritrosit: ditemukan pada pasien hematuria pada trauma ginjal, tumor ginjal,
TBC ginjal
ü Bentuk bundar
ü Batas jelas
ü Warna kuning
muda
ü Ukuran ± 7μm
ü Normal 0-1 /lpb
Leukosit: ditemukan padda pasien leukosituria, pada
sistitis, pielonefritis.
Ø Bentuk bundar
Ø Batas tidak
jelas
Ø Sitoplasma
banyak berbutir
Ø ukuran ± 11μm
Ø Normal
<6/lpb
2. Silinder
Yaitu cetakan protein yang terjadi di tubuli. Syarat terbentuknya: adanya
proteinuria, suassana asam, oligouria – anuria
Yang ditemukan = silinder hialin, silinder granuler,
silinder eritrosit, silinder leukosit. (nama sesuai dengan sel/strukturyang
menempel)
3. Epitel
Berasal dari
ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Normal selalu terdapat dalam urin.
Bertambah banyak pada penderita glomerulonefritis . Positif pada radang selaput
lendir pada traktus urinarium.
4. Benang lendir
Terdapat pada iritasi selaput lendir traktus urogenital
5. Oval bat bodies
Yaitu epitel yang mengandung lemak, berasal dari sindroma
nefrotik (SN)
6. Bakteri
S. Tiphy, E.Colli, M.TBC
b.
Unsur
anorganik
Kristal yang dijumpai pada keadaan normal.
Dalam urine asam: Ca Oksalat, asam urat, urat amorf.
Dalam urin alkalis : fosfat, Ca. Karbonat, ammonium urat,
fosfat amorf
Kristal yang dijumpai dalam urin abnormal:
1.
Kristal sistein dijumpai pada kelainan
kongenital,
2.
Kristal tirosin dan leusin pada
penyakit hepar yang berat
3.
Pemeriksaan Kimia Urine
a.
Pemeriksaan glukosa
Normal : 1 -25 mg/ dL
Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa didalam urine.
Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi
dari glumerulus.
Glukosuria yaitu adanya ditemukan glukosa didalam urine yang melebihi
kadar normalny/ekresi glukosa kedalam urine.
Penyebab Glukosuria adalah
1. Tanpa
hiperglikemia
Terjadi pada:
Ø Glukosa renal yaitu, glukosa
dibuang ke air kemih meskipun kadar
glukosa didalam darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubuluss
renalis.
Ø Alkalimentasi
Ø Kehamilan
2.
Dengan hiperglikemia
Terjadi pada :
Ø Diabetes
melitus
Karena kadar glukkosa
didalam darah meningkat, karena kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal
tidak bisa menyerap kembali kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang
ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170 mg/dL). Makanya kelebihan glukosa
dibuang ke urine.
Ø Hipertiroid
Ø Tekanan udara
cranial
Ø Sesudah
anestesi dengan eter
Hiperglikemia: suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah meningkat dari
normal (N : 60 -120 g/dL).
Hipoglikemia: suatu keadaan dimana kadar glukosa didarah rendah dari
normah.
Pada hipoglikemia disebabkan oleh:
ü Pelepasan
insulin yang berlebihan oleh pankreas
ü Dosis insulin/
obat lain yang terlalu tinggi
ü Kelainan
padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal
ü Kelainan pada
penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati
Mekanisme terjadinya glukosuria:
1. Apabila GFR
meningkat, reabsorbsi normal.
2.
Apabila reabsorbsi meningkat, GFR
normal.
3.
Jika kadar gula darah normal, GFR
menurun.
Pemeriksaan glukosa urine dilaboratorium :
Ada dua cara yaitu:
1.
Berdasarkan reduksi ion Cu. Prinsip:
dalam suasan alkali kuat panas gula- gula (reduktor) dalam urine akan mereduksi
ion cupri (Cu++) menjadi cupro (Cu+), bisa dalam bentuk
CuOH (kuning ) atau Cu2O (merah) tergantung jumlah reduktor dalam
urine.
2.
Berdasarkan enzimatik (carik –celup). Prinsip: glukosa dan O2
dengan bantuan enzim glukosa oksidase dirubah menjadi gluconic acid dan H2O2,
H2O2 dengan adanya peroksidase sdirubah menjadi H2O
dan On. On akan mengoksidasi indikator warna pada kertas
tes. Intensitas warna yang timbul sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam
sampel.
Pemeriksaan kualitatif: Untuk melihat
ada / tidaknya glukosa didalam sampel urine.
Metoda yang digunakan:
Ø Tes enzimatik
(Carik celup)
Ø Metode fehling
(reduksi ion Cu)
Metode fehling
Ø
Bila warna tetap biru hasil pemeriksaan
negatif.
Ø
Bila warna kuning atau merah bata hasil positif.
Keuntungan metoda Fehling: sangant sensitif
Kerugian metoda Fehling : kurang spesifik, karena reagen
fehling mengnadung basa kuat (KOH) akibatnya semua reduktor terdeteksi sebagai
glukosa.
Pemeriksaan semi kuantitatif: Untuk memprediksi kadar glukosa yang terkandung didalam sampel urine.
Metoda:
Ø Tes enzimatik
Ø Reduksi ion Cu
( metoda benedict, metoda clinistes)
b.
Pemeriksaan protein urine
Normal : 10 mg/dL
Protein berfungsi untu pertumbuhan.
Protein terdiri dari :
ü Albumin: untuk
mengatur cairan koloid osmotik didalam tubuh.
ü Globulin: untuk
imunoglobulin / anti bodi tubuh / pertahanan.
Proteinuria adalah adanya protein yang ditemukan didalam
urine yang melebihi kadar normalnya. Proteinuria disebut juga dengan
albuminuria.
Tingkatan Proteinuria:
Ringan : ≤ 0,5 g/L
per 24 jam
Sedang : 0,5 – 3 g /L per
24 jam
Berat : > 3 g /L per
24 jam
Proteinuria disebabkan oleh:
1. Proteinuria
fisiologis
Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai
+ 1.
Proteinuria fisiologis dapat ditemukan pada:
a. Wanita
hamil (karena pada ssaat hamil assupan
gizi bertambah/meningkat, termasuk protein dan dalam darah kadar protein
meningkat sehingga ginjal tidak dapat menyaring kelebihan karena melewati
ambang ginjal.)
b.
Demam
c.
Hipertensi
d.
Stres
e.
Kerja berat
f.
Bayi yang baru lahir (usia 1 minggu)
g.
Berdiri yang terlalu lama
h. Kedinginan ( karena adanya penekanan vena renali
diginjal. )
2.
Proteinuria patologis
Ditemukan protein diddalam urine yang menandakan adanya
indikasi penyakit.
Proteinuria patologis dapat ditemukan pada:
a. Pre renal: proteinuria
yang disebabkan oleh kerusakan organ–organ sebelum ginjal misalnya hati. Ditemukan pada
penyakit:
Ø Sirosis hepatic
Ø Meningnitis
Ø Ascites
Ø Febris
b. Renal: proteinuria
yang disebabkan oleh kerusakan organ ginjal. Ditemukan pada
penyakit:
Ø
GNA ( Glomerulo Nefritis Akut )
Ø
GNK ( Glomerulo Nefritis Kronis )
Ø
PNA ( Pyelo Nefritis Akut)
Ø
PNK ( Pyelo Nefritis Kronis )
c. Post renal: proteinuria
yang disebabkan oleh kerusakan organ- organ setelah ginjal, misalnya saluran
fesikaurinaria, ureter. Ditemukan pada penyakit :
Ø
Urethritis
Ø
Sistitis