Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Akromegali



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kelebihan GH (growt horomon) atau IGH-I (insulin growth factor- I) yang dapat mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortilitas.Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit kardiovaskuler.
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis pada ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat tumbuh raksasa atau gigantisme. Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng epifisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali.Penyakit ini jarang sekali.Insiden pasien baru adalah 3-4/1juta penduduk/tahun.Usia rata-rata pada saat ditegakannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
Peningkatan GH/IGH-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan GH (stomatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan GHRH (growth hormone realishing hormone) yang dihasilkan oleh tumor hipotalamus dan GHRH/GH ektopik dari tumor nonendokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan dimana waktu rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun.Gambaran klinis akromegali atau gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH/IGF-1 dan akibat masa tumor sendiri.

B.       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan umum dan khusus:
1.         Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui penyakit gigantisme dan akromegali
2.         Tujuan Khusus
2.1.       Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, dari akromegali dan gigantisme
2.2.       Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan dengan benar pada pasien akromegali dan gigantisme.
2.3.        

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Konsep Dasar Teori
1.         Defenisi
a.         Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akan pelepasan hormone pertumbuhan yang berlebihan (Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah).
b.        Akromegali adalah Growth hormone berlebihan pada orang dewasa setelah penyatuan epifisis (kedokteran klinis edisi ke enam)
c.         Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan ikat, dijumpai pada orang dewasa dengan kelebihan GH. (E.J.Corwin, Buku saku patofisiologi).
2.         Etiologi
Pelepasan hormone pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor, hipofisis jinak (adenoma) yang mensekresi Growith  hormone atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
3.         Tanda dan Gejala
Tanda dan gejalanya berupa:
a.         Tangan dan kaki membesar dan jari-jari tangan dan kaki sangat menebal. Tangan tidak saja menjadi lebih besar tetapi bentuknya akan menyerupai persegi empat (seperti sekop) dengan jari-jari tangan lebih bulat dan tumpul. Kaki juga menjadi lebih besar. Pembesaran ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan dan penebala tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.
b.        Sering terjadi gangguan saraf perifer, akibat penekanan saraf alat jaringan yang menebal dan karena hormone pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting tubuh. Penderita sering mengalami problema metabolisme termasuk DM.
c.         Perubahan bentuk raut wajah. Raut wajah menjadi kasar, sinar paranalis dan frontalis membesar. Raut wajah frontal menonjol. Tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata dan terjadi deformitas mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi rengang. Lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara, suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
d.        Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri dipunggung dan perubahan fisiologik lengkung tulang belakang, (kifosis). Tulang rusuk menebal menyebabkan dada berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi. Dan setelah beberapa tahun bisa terjadi atritis degeratif yang melumpuhkan.
e.         Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya, karena jaringan yang membesar menekan persyarafan yang membawa sinyal dari mata ke otot juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama lapang pandang sebelah luar.
f.         Tumor hipofisis bisa menyebabkan sakit kepala hebat.

4.         Patofisiologi
Gigantisme adalah suatu kelainan yang disebabkan karena sekresi yang berlebihan dari GH, bila kelebihan GH selama masa anak-anak dan remaja maka pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa. Setelah pertumbuhnan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dari jaringan lunak. Kelebihan pertumbuhan ini terjadi setelah masa pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal ini akan menimbulkan penebalan tulang terutama akral terutama diikuti pertumbuhan jaringan lunak disekitarnya yang disebut akromegali. Penebalan tulang terutama pada wajah dan anggota gerak.Akibat penonjolan tulang rahang dan pipi, bentuk wajah menjadi kasar secara perlahan, tangan dan kaki membesar dan jari tangan dan kaki menebal.Pembesarannya ini biasanya disebabkan karena pertumbuhan dan penebalan tulang dan peningkatan pertumbuhan jaringan lunak.Sering terjadi gangguan saraf perifer akibat penekanan saraf oleh jaringan yang menebal.Dan karena hormon pertumbuhan mempengaruhi metabolisme beberapa zat penting tubuh, penderita sering mengalami problem metabolisme termasuk diabetes mellitus.
Selain itu perubahan bentuk raut wajah dapat membantu diagnosis pada inspeksi.Raut wajah makin kasar, sinus paranalisis dan sinus frontalis membesar. Bagian frontal menonjol, tonjolan supraorbital menjadi semakin nyata dan terjadi deformitas  mandibula disertai timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok kedepan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit. Pembesaran mandiblua menyebabkan gigi-gigi renggang.Lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara.Suara menjadi lebih dalam akibat penebalan pita suara.
Deformitas tulang belakang pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri di punggung radiografi dan perubahan fisiologik lengkung tulang belakang.Pemeriksaan radiografik tengkorak pasien akromegali menunjukkan perubahan khas disertai pembesaran sinus paranalis, penebalan kalvirum, deformitas mandibula (yang menyerupai boomerang) dan yang paling penting ialah penebalan dan destruksi sela tursika yang menimbulkan adanya dugaan tumor hipofisis.
Bila akromegali berkaitan dengan tumor hipofisis, maka pasien mungkin mengalami nyeri kepala bitemporal dan gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal akibat penyebaran supraseral tumor tersebut dan penekanan kiasma optikum. Pasien dengan akromegali memiliki kadar basal GH dan juga IGF-1 yang tinggi dan juga dapat diuji dengan pemberian glukosa oral. Pada subjek yang normal, induksi hiperglikemia dengan glukosa akan menekan kadar GH. Sebaliknya, pada pasien akromegali gigantisme kadar GH gagal ditekan. CT-scan dan MRI pada sela tursika memperlihatkan mikroadenoma hipofisis serta makroadenoma yang meluas keluar sel mencakup juga sisterna diatas sela dan daerah sekitar sela atau sinus sphenoid.

5.         Pemeriksaan Penunjang
a.         Laboratorium
b.        Kadarh Growth Hormon (GH) berlebihan mencapai 400 mg/dl
c.         Tes toleransi glukosa: hipoglikemia
d.        Kadar somatomatin mengikat (2,0621 u//ml), 031-1,4 u/ml
e.         CT-Scan
f.         MRI

6.         Penatalaksanaan
a.         Untuk menghentikan atau mengurangi produksi hormon pertumbuhan  yang berlebihan, maka tumor diangkut atau dihancurkan melalui pembedahan atau terapi penyinaran. Terapi penyinaran menggunakan penyinaran berkekuatan tinggi. Terapi ini tidak terlalu menimbulkan trauma dan biasanya tidak mempengaruhi pembentukan hormone hipoksia lainnya.
b.        Suntikan akreuid bisa membantu menghalangi pembentukan hormone pertumbuhan obat yang lain juga membantu adalah hipoksia lainnya.
c.         Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi peningkatan tekanan intra cranial.
d.        Radiasi konvesional (sinar protein) energi tinggi apabila papil edema dan penyempitan lapang pandang.

7.         Komplikasi
a.         Hipertrofi jantung
b.        Hipertensi
c.         Diabetes mellitus dapat terjadi akibat efek GH pada peningkatan glukosa darah dan penurunan kepekaan sel terhadap insulin.

8.         Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah:
a.         Menormalkan kembali kadar GH/IGH1/SM-C
b.        Memperkecil kembali/menstabilkan besarnya tumor
c.         Menormalkan fungsi hipofisis
d.        Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF/SM-C
e.         Akibat pembesaran tumor
Ada 3 macam teraphy:
a.         Terapi pembedahan
b.        Terapi radiasi
·           Radiasi secara konvensional
·           Radiasi dengan energy tinggi parfical berat
c.         Terapi madikomentosa
·           Agonis dupamin







B.       KONSEP DASAR ASKEP
1.         Pengkajian
a.         Identitas klien (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan, umur dan tanggal MRS)
b.        Riwayat penyakit
1)        Keluhan utama
2)        Riwayat penyakit keluarga
3)         Riwayat penyakit sekarang
4)        Riwayat hubungan sosial
c.         Pemeriksaan fisik
1)        TTV
2)        Pemeriksaan fisik B1-B6
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6B (Breathing, Blood, Brain, Bladder, Bower dan Bone) untuk menguji apakah ditemukan ketidaksimetrisan  rongga dada, apakah pasien pusing, pemeriksaan pada lingkar kepala, hidung dan mandibularis. Pemeriksaan pada gigi, ibu jari serta jari-jari pada tangan dan kaki.
2.         Diagnosa Keperawatan
a.         Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme, lidah, membesar, mandibula tumbuh berlebihan dan gigi menjadi terpisah.
b.        Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c.         Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
d.        Perubahan proses keluarga b/d keluarga dengan akromegali.
e.         Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi tentang penyakit.
3.         Intervensi Keperawatan
a.         Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolism tubuh, lidah, membesar, mandibula tumbuh berlebihan dan gigi menjadi terpisah.
Tujuan: Nutrisi klien adekuat
Kriteria hasil:
1.        Klien dapat menunjukkan atau tidak mengalami penurunan berat badan.
2.        Napsu makan klien meningkat.



Intervensi:
1.        Askultasi bising usus.
R/    Bising usus hiperaktif menunjukan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorbsi.
2.        Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari dan laporkan adanya penurunan
R/    Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukuo merupakan indikasi kegagalan dalam terapi medical.
3.        Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makanan dan juga makanan kecil dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang dicerna.
R/    Membantu pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambah kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
4.        Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan makanan yang dihabiskan pasien.
R/    Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
5.        Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki termasuk kebutuhan etnik atau cultural.
R/    Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukan dalam pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayahkan setelah pulang.
6.        Libatkan keluarga pasien dalam pencernaan makanan ini sesuai dengan indikasi.
R/    Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
7.        Lakukan konsultasi dengan ahli gizi.
R/    Sangat bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
b.        Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan aktivitas.
Kriteria hasil:
1.        tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien dalam melakukkan aktivitas.
2.        Klien tidak merasa malas saat akan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1.        Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
R/    Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
2.        Berikan aktivtas alternative dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa gangguan.
R/    Mencegah kelelahan
3.        Pantau nadim frekuensi, pernapasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
R/    Mengidenfikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.        Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
R/    Pasien akan daat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada bulan setiap kegiatan.
5.        Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas setiap hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
R/    Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
6.        Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan atau masase.
R/    Dapat menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya dapat meningkatkan relaksasi.
7.        Sarankan pada pasien untuk mengurangis aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan.
R/    Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
c.         Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan body image pada pasien.
Kriteria hasil:
1.        Klien dapat menerima perubahan diri
2.        Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan

Intervensi:
1.        Kaji makna atau perubahan pada psien atau orang terdekat
R/    Epiose akromegali perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi membuat kehilangan pada perubahan dan kehilangan tubuh yang diraskaan.
2.        Terima dan kais ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, malu, menarik dri dan penggunaan penyangkalan.
R/    Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu memperbaik, ini tidak membantu atau keinginan mendorong pasien sebelum siap untuk menerima situasi.
3.        Berikan pengaruh positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti ujian rehabilitasi
R/    Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas.
4.        Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi
R/    Mempertahankan atau membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus menerus pada pasien dan keluarga.
5.        Berikan kelompok pendukung untuk orang tersebut
R/    Meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang lebih membantu.
d.        Perubahan proses keluarga b/d keluarga dengan akromegali.
Tujuan: mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota keluarga dengan akromegali.
Kriteria hasil:
1.        klien dapat menerima perubahan diri.
2.        Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan
Intervensi:
1.        Kaji proses piker pasien dan keluarga
R/    Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
2.         Catat adanya perubahan tingkah laku
R/    Menentukan keadaan klien seperti menangis dan tidak dapat beristirahat.
3.        Kaji tingkat ansietas keluarga
R/    Ansietas dapat merubah proses piker.
4.        Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi pasien dan memberikan dukungan sesuai kebutuhan
R/    Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
e.          Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi tentang penyakit.
Tujuan: pasien dapat mengetahui kondisi penyakit yang dideritanya dan pasien  tidak stress.
Kriteria hasil:
1.        Pasien dapat mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis dan pengobatannya.
2.        Mengidentfikasi keadaan yang membuat stress sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi:
1.        Tinjau ulang keadaan penyakit dan harapan masa depan
R/    Memberikan pengetahuan pasien yang dapat memilih berdasarkan informasi.
2.        Berikan informasi tanda dan gejala dari akromegali dan kebutuhan akan evaluasi secara teratur
R/    Pasien yang dapat pengobatan akromegali besar kemungkinannya mengalami akromegalo yang dapat terjadi segera setelah pengobatan.
3.        Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat.
R/    Mencegah munculnya kelelahan, menurunkan kebutuhan metabolism keadaan normal yang dapat dicapai.
4.        Tekankan pentingnya evaluasi medic secara teratur
Penting sekali untuk menentukan efektivitas dari terapi dan pencegahan terhadap komplikasi fatal yang sangat potensial terjadi.
4.         Implementasi
Sesuai intervensi
5.         Evaluasi
Sesuai implementasi





BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang sangat jarang dijumpai, perjalanan penyakit sangat lambat dan kerap kali ketahuan setelah berjalan lebih dari 10 tahun  pengalaman klinis menunjukkan bahwa semakin dini kasus ini dijumpai maka keberhasilan pengobatan dapat diharapkan lebih baik.
Pengobatan pilihan nampaknya adalah tindakan operasi dan dianjurkan dengan pengobatan radiasi.Pengobatan medikamentosa atau dianjurkan pada kasus-kasus tua atau mereka yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan pembedahan atau radiasi.

B.     Saran
Diharapkan bagi mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan dengan benar pada pasien dengan akromegali.


















DAFTAR PUSTAKA


Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :    Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.



























1 komentar:

  1. resep melebihi Ejakulasi Dini

    pakai kondom tebal
    Kondom tebal dapat menciutkan sensitivitas penis kamu, memanfaatkan kondom yg tebal diakui mampu menghasilkan kamu lebih kenyal kedaluwarsa dikala bersambung sex sebab kulit penis tak bertemu cepat dgn pagar nonok. Lagi-lagi, rumus melewati ejakulasi dini ini dinilai langka asyik buat si cowok dan perempuan lantaran dapat mengecilkan kenikmatan bercinta.

    bubut sebelum keluar
    seandainya kamu merasa bakal meraup ejakulasi, cobalah dikeluarkan penis semenjak faraj pasangan kamu. Tenangkan diri kamu sekejap atau alihkan pikiran kamu ke elemen lain, dgn rumus ini terhadap menghindari ejakulasi yg berlangsung terlampaui langsung, dan pastinya tak bakal mengecilkan kegairahan ereksi. formula ini tak disukai perempuan dikarenakan rata-rata perempuan lebih senang seandainya vaginanya diserbu bersambung tidak dengan henti hingga menjangkau orgasme.

    Latihan relaksasi
    Merilekskan badan dan pikiran dgn meditasi dan latihan relaksasi, dapat mengungguli ketegangan dan kecemasan diwaktu melaksanakan jalinan sex. mendapatkan penyelidikan ejakulasi dini sanggup disebabkan atau diperparah oleh ketegangan pikiran yg dialami satu orang cowok, metode gampang pada menggapai relaksasi yaitu dgn berbaring sambil mendengarkan musik-musik relaksasi.

    Terapi seks
    Terapi sex buat mengontrol ejakulasi dilakukan dgn pertolongan putri, betina laksanakan masturbasi kepada laki yg mengalami ejakulasi dini bersama kedudukan laki berbaring terlentang, hingga laki merasa dapat ejakulasi. bagi dikala laki merasa mau orgasme dan ejakulasi, putri laksanakan penegasan bagi penis bersama memakai ibu jari, telunjuk dan jari lagi, selagi sekian banyak detik guna mencegah terjadinya ejakulasi. faktor ini dilakukan berulang kali tatkala kiranya.

    Apabila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis andrologi Klinik apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.

    Obat kulup panjang | Kulup panjang

    Cara atasi Ejakulasi dini | Klinik sunat jakarta

    Konsultasi Online Gratis | Free Chat

    BalasHapus