Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Sirosis Hepatis

BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.   KONSEP DASAR MEDIK
1.    Definisi
Sirosis Hepatis penyakit kronik progresif pada hati dengan karakteristik degenerasi luas dan destruksi sel parenchym hati. (Lewis, 2000, hal. 1203).

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati. (Sylvia A. Price, 1995, hal. 445).


2.    Anatomi Fisiologi
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga-iga. Terbagi dalam dua belahan utama kiri dan kanan. Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk keluar hati. Selanjutnya dibagi lagi dalam empat belahan. Dan setiap belahan atau lobus yang terdiri atas lobulus. Lobulus ini berbentuk polihedral (segi banyak) dan sel hati berbentuk kubus, dan cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati.
Pembuluh darah pada hati, mencakup :
-          Arteri hepatika, yang keluar dari aorta dan memberikan seperlima darahnya kepada hati.
-          Vena porta, yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesentrika superior, mengantarkan empat per lima darahnya ke hati. Darah vena porta ini membawa kepada hati zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa usus halus.
-          Vena hepatika, mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
-          Saluran empedu terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu yang mengumpulkan empedu dari sel hati.


Fungsi hati :
a.       Pembentukan dan sekresi empedu; garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak di usus.
b.      Metabolisme pigmen empedu; bilirubin pigmen utama empedu, merupakan hal akhir metabolisme pemecahan sel darah merah yang sudah tua, proses konyugasinya berlangsung dalam hati dan diekskresi ke dalam empedu.
c.       Metabolisme karbohidrat; glikogenesis, glikogenolisis, gluko-neogenesis. Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati sebagai glikogen.
d.      Metabolisme protein; sintesis protein. Protein serum yang disintesis oleh hati termasuk albumin serta alfa dan beta globulin. Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh hati adalah fibrinogen, protrombin. Pembentukan urea yang kemudian diekskresi dalam kemih dan feses. Penyimpanan protein (asam amino).
e.       Metabolisme lemak, yang diabsorpsi dari susu menjadi asam lemak dan gliserol. Ketogenesis dan sintesis kolesterol, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam kolat.
f.       Penyimpanan lemak, vitamin dan mineral. Vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan vitamin B12, tembaga dan besi.
g.      Metabolisme steroid. Hati menginaktifkan dan mensekresi aldosteron, glukokortikoid, estrogen, progesteron dan testosteron.
h.      Detoksikasi. Hati bertanggung jawab atas bio transformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresikan oleh ginjal.
i.        Ruang pengapung dan fungsi penyaring. Kerja fagostik sel kupffer membuat bakteri dan debris dari darah.

3.    Etiologi
Etiologi dari berbagai bentuk sirosis tidak dimengerti dengan baik, ada 3 pola khas yang ditemukan, yaitu :
1)      Sirosis Laennec
Suatu pola sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol kronik.
2)      Sirosis post nekrotik terjadi nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dipisahkan jaringan parut, karena hepatotoksin dan biasanya hepatitis virus.
3)      Sirosis biliaris, karena obstruksi bilier pada hati dengan kegagalan drainase empedu kronis, mula-mula hati membesar kemudian mengeras dan noduler.

4.    Patofisiologi
Sirosis merupakan akhir dari bermacam penyakit hepar, dari sebab-sebab dan fibrogenesis pada hepar. Sehingga mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel-sel hepar, pada akhirnya gangguan aliran darah dan gangguan aliran empedu. Akibatnya kematian sel hati, formasi jaringan parut dan regenerasi sehingga terjadinya sirosis hepatis. Hepar akan mengalami gangguan metabolisme, regenerasi bertambah banyak dan terjadinya proliferasi jaringan fibrosis. Pada gastrointestinal menimbulkan gejala nausea, vomitus, anoreksia, perubahan defekasi (diare atau konstipasi), penurunan berat badan, obstruksi aliran vena porta menyebabkan kompensasi tubuh meningkat sehingga terjadi sirkulasi kolateral guna menghindari obstruksi hepatik dengan gejala ascites, edema, splenomegali dan peningkatan tekanan vena. Terjadi dilatasi vena pada esofagus, lambung dan rektum (hemorrhoid) yang dapat terjadi perdarahan. Metabolisme bilirubin menurun berakibat ikterus, penurunan empedu di saluran cerna dan peningkatan urobilinogen. Gangguan endokrin terjadi sehingga hormon tidak dapat dimetabolisme dengan baik akibatnya kelebihan estrogen dalam sirkulasi dan akan tampak angioma laba-laba pada kulit (leher, baku dan dada), atrofi testis, ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila serta eritema palmaris. Terjadinya perdarahan merupakan akibat berkurangnya faktor pembekuan oleh hepar. Anemia, leukopenia dan trombositopenia terjadi akibat limpa aktif menghancurkan sel-sel darah dalam sirkulasi, kegagalan sel hepar untuk menginaktifkan aldosteron dan  hormon diuretik merupakan penyebab retensi natrium. Pada sirosis lanjut dapat terjadi enselofati hepatik akibat kelainan metabolisme amonia dan kepekaan otak terhadap toksin.

5.    Tanda dan Gejala
-          Gejala dini adalah samar dan non spesifik; kelelahan, anoreksia, dispepsia, flatulen, perubahan defekasi (konstipasi atau diare), berat badan berkurang, nausea, muntah, nyeri tumpul pada epigastrium atau kuadran kanan atas.
-          Manifestasi gagal hepatoseluler; ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmar, angioma laba-laba, ensefalopati hepatikum.
-          Manifestasi hipertensi portal; adalah peningkatan resistensi aliran darah melalui hati sehingga mengurangi aliran keluar melalui vena hepatika dan meningkatkan aliran masuk sehingga menghasilkan bahan berlebihan pada sistem portal, mencakup : splenomegali, varices esophageal, vena kolateral pada dinding abdomen serta ascites.

6.    Test Diagnostik
1)      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Darah : Hb rendah, anemia, kolesterol rendah.
b.      Serum elektrolit : menilai dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diit.
c.       Protrombin time : pemanjangan masa pembekuan menunjukkan penurunan fungsi hati.
d.      Serum albumin.
e.       Pemeriksaan kolinesterase (CHE).
2)      Pemeriksaan penunjang lainnya
a.       Radiologi dengan barium swallow untuk melihat adanya variss esofagus.
b.      Esofagoskopi untuk melihat varises esofagus, sumber perdarahan atau kemungkinan terjadi perdarahan.
c.       Angiografi untuk mengukur tekanan vena porta.

7.    Komplikasi
-          Perdarahan pada saluran cerna ; kecenderungan untuk berdarah akibat masa protrombin yang memanjang dan trombositopenia.
-          Ensefalopati hepatik : suatu bentuk intoksikasi otak yang disebabkan oleh isi usus yang tidak dimetabolisme oleh hati yaitu amonia.

8.    Therapi dan Pengelolaan Medik
Therapy obat-obatan, diberikan pada gejala dan komplikasi yang ditimbulkan :
a.       Autosid, untuk mengurangi distres lambung, mengurangi perdarahan GI.
b.      Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses kesembuhan pada sel hati yang rusak dan status gizi pasien.
c.       Diuretik, mempertahankan kalium, mengurangi ascites.
d.      Vitamin K, mengkoreksi keabnormalan pembekuan darah.
Therapy nutrisi :
a.       Sirosis tanpa komplikasi tinggi kalori (3000 kcal per hari), tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
b.      Pada pasien dengan ascites, edema, perubahan mental diberikan diit rendah protein, rendah sodium.
c.       Ketika menjadi resiko ensefalopati, protein dapat diberikan sebanyak 1,5 g per kg berat badan untuk memelihara keseimbangan osmotik plasma dan menaikkan regenerasi sel hati.


B.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
a.    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Data subyektif :
-          Riwayat kesehatan masa lalu : infeksi virus, hepatitis, obstruksi biliary chronic dan infeksi.
-          Obat-obatan dengan reaksi yang merugikan; hepatotoxic.
-          Kebiasaan yang mengganggu kesehatan; alkoholik.
-          Perawatan dan pengobatan penyakit hepatitis, empedu yang tidak teratur.
-          Kelemahan dan kelelahan.


b.    Pola nutrisi metabolik
Data subyektif :
-          Anoreksia, berat badan menurun, dyspepsia, nausea, vomiting, perdarahan pada gusi.
Data obyektif :
-          Integumen; jaundice, petechi, ekimosis, spider angioma, palmar eritema, alopecia, peripheral edema, kehilangan rambut pubis dan axila, sklera ikterik.
-          Gastrointestinal : distensi abdomen, ascites, dilatasi dinding vena abdomen, hematemesis, melena, haemorrhoid, pembesaran lien dan hepar.
-          Demam
-          Anemia, trombositopenia, penurunan serum albumin.
c.    Pola eliminasi
Data subyektif
-          Urin berwarna pekat (seperti teh), penurunan pengeluaran urin, feses warna dempul, feses berwarna hitam, perut kembung, perubahan kebiasaan BAB ; konstipasi dan diare.
d.    Pola aktivitas dan latihan
Data subyektif :
-          Kelelahan, terasa lemah, tidak mampu beraktivitas.
e.    Pola tidur dan istirahat
Data subyektif :
-          Perasaan tumpul kuadran kanan, nyeri epigastrium, mati rasa pada ekstremitas, pruritis.
Data obyektif :
-          Perubahan status mental, gangguan orientasi waktu dan tempat, bicara kacau, perubahan kepribadian.
f.     Pola persepsi sensori kognitif
Data subyektif :
-          Tidak bisa tidur atau sulit; nyeri pada abdomen, peningkatan tekanan pada diafragma.
g.    Pola persepsi dan konsep diri 
Data subyektif : merasa putus asa, malu terhadap masyarakat, penyakit kronis.
Data obyektif : tampak sedih, putus asa, apatis.
h.    Pola peran dan hubungan dengan sesama
Data subyektif : pekerjaan, pengaruh stres, perubahan peran di dalam keluarga, merasa tersisihkan.
i.     Pola reproduksi dan seksualitas
Data subyektif : impotensi, amenorrhea.
Data obyektif : gynecomastia, atrophy testis, impotensi.

2.   Diagnosa Keperawatan  
1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, mual, muntah, tidak nafsu makan.
2.    Kelebihan volume cairan melebihi kebutuhan tubuh berhubungan dengan retensi natrium, penurunan protein plasma.
3.    Risiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis.
4.    Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tekanan abdomen dan diafragma.
5.    Intoleransi beraktifitas berhubungan dengan kelelahan, ascites.
6.    Perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tekanan diafragma, ascites.
7.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus, edema dan ascites.
8.    Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan hati dalam membentuk faktor pembekuan.
9.    Perubahan proses pikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati, peningkatan kadar amonia.
10.    Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakit yang kronis, perubahan akibat proses penyakit dan prognosa.

3.   Perencanaan Keperawatan
      DP. 1.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, mual, muntah, tidak nafsu makan.
Hasil Yang Diharapkan :     Intake yang adekuat : kebutuhan nutrisi terpenuhi, makan habis 1 porsi.        

Intervensi :
1.    Monitor berat badan bila mungkin.
Rasional :   memantau adanya kenaikan atau penurunan berat badan.
2.    Anjurkan pasien untuk makan sesuai diit dan berikan alternatif makanan yang lebih disukai pasien.
Rasional :   diit yang tepat penting untuk pemulihan dan makanan yang disukai lebih mudah untuk dikonsumsi.
3.    Anjurkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
Rasional :   makan dalam porsi besar dapat meningkatkan tekanan intra abdomen/ascites.
4.    Lakukan perawatan mulut terutama sesudah makan.
Rasional :   mulut yang kotor mengurangi nafsu makan.
5.    Berikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup terutama sebelum makan.
Rasional :   mengurangi kebutuhan metabolik pada hepar.
6.    Anjurkan tehnik relaksasi menarik nafas dalam bila mual.
Rasional :   mengurangi mual.
7.    Batasi intake makanan dan minuman yang terlalu panas/dingin.
Rasional :   Membantu mengurangi iritasi dan ketidaknyamanan pada gastrointestinal.
8.    Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian anti emetik.
Rasional :   mengurangi gejala gastrointestinal dan rasa tidak enak pada perut.

      DP. 2.  Kelebihan volume cairan melebihi kebutuhan tubuh berhubungan dengan retensi natrium, penurunan protein plasma.
Hasil Yang Diharapkan :     Volume cairan yang stabil, keseimbangan intake dan output, berat badan stabil, TTV dalam batas normal, tidak ada edema, ascites.
Intervensi :
1.    Catat dan ukur output dalam 24 jam.
Rasional :   menilai status sirkulasi volume serta respon terhadap therapi.
2.    Menimbang berat badan setiap hari sesuai kondisi pasien.
Rasional :   Indikasi adanya retensi cairan.
3.    Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
Rasional :   memantau perubahan pada pembentukan ascites dan penumpukan cairan.
4.    Batasi asupan natrium dan cairan sesuai program medik.
Rasional :   meminimalkan pembentukan edema dan ascites.
5.    Catat asupan cairan.
Rasional :   menilai kecukupan asupan cairan.
6.    Monitor serum albumin dan elektrolit.
Rasional :   penurunan albumin mempengaruhi tekanan osmotik.
7.    Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian diuretik.
Rasional :   meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal.
8.    Berikan albumin atau plasma expander bila diperlukan.
Rasional :   albumin mempertahankan tekanan osmotik koloid sehingga meningkatkan volume sirkulasi secara efektif.

      DP. 3.  Risiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis.
Hasil Yang Diharapkan :     Suhu tubuh dalam batas normal (36-375 oC)
Intervensi :
1.    Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :   memberikan data dasar dan mengevaluasi intervensi.
2.    Beri kompres untuk menurunkan suhu tubuh; air dingin.
Rasional :   menurunkan suhu melalui proses konduksi dan evaporasi.
3.    Kaji faktor resiko infeksi termasuk leukopenia, gangguan sirkulasi.
Rasional :   mengidentifikasi awal dari infeksi.
4.    Lakukan tehnik aseptik setiap melakukan tindakan ke pasien.
Rasional :   mengurangi resiko infeksi nosokomial.
5.    Monitor jumlah sel darah putih.
Rasional :   mengkaji respon dari therapy.
6.    Anjurkan pasien untuk beristirahat pada saat suhu meninggi.
Rasional :   mengurangi peningkatan metabolisme hepar.
7.    Berikan antibiotik sesuai program medik.
Rasional :   meningkatkan konsentrasi antibiotik serum untuk mengatasi infeksi.

      DP. 4.  Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tekanan abdomen dan diafragma.
Hasil Yang Diharapkan :     Peningkatan rasa nyaman, rentang respon nyeri dengan intensitas numerik kurang dari 5 (nyeri sedang – tidak ada nyeri).
Intervensi :
1.    Observasi, catat sifat rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.
Rasional :   memberikan data dan mengevaluasi intervensi.
2.    Tinggikan bagian kepala tempat tidur, posisi semifowler (30o)
Rasional :   mengurangi tekanan abdominal pada diafragma.
3.    Pertahankan istirahat ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.
Rasional :   mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi fungsi hati.
4.    Kurang asupan natrium dan cairan sesuai program terapi.
Rasional :   meminimalkan pembentukan ascites lebih lanjut.

      DP. 5. Intoleransi beraktifitas berhubungan dengan kelelahan, ascites.
Hasil Yang Diharapkan :     Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1.    Kaji kemampuan aktifitas pasien.
Rasional :   keluhan fisik memberi dampak pada penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas.
2.    Pertahankan kekuatan pasien dengan beristirahat.
Rasional :   istirahat meminimalkan kerja jantung dan paru.
3.    Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional :   pengurangan aktifitas dapat mengurangi kerja metabolisme hepar.
4.    Kaji aktivitas sehari-hari.
Rasional :   memastikan kebutuhan pasien terpenuhi sesuai kebutuhan.
5.    Berikan diit tinggi kalori dan protein (sesuai batasan)
Rasional :   memberikan tenaga dan membantu proses penyembuhan.
6.    Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
Rasional :   menghemat tenaga pasien dan mendorong pasien melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.
7.    Monitor hemoglobin dan hematokrit.
Rasional :   ….

      DP. 6. Perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tekanan diafragma, ascites.
Hasil Yang Diharapkan :     Pola nafas efektif, tidak ada dyspneu dan cyanosis. AGD dalam batas normal.
Intervensi :
1.    Monitor RR, dalamnya usaha menggunakan otot bantu nafas.
Rasional :   untuk pendiagnosaan awal dan intervensi keperawatan selanjutnya.
2.    Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crackles, wheezing, ronchi.
Rasional :   indikasi adanya komplikasi dan bunyi tambahan, refleksi akumulasi cairan.
3.    Beri posisi kepala lebih tinggi 30o, semifowler.
Rasional :   mengurangi tekanan pada diafragma dan ekspansi rongga dada.
4.    Anjurkan pasien untuk latihan nafas dalam.
Rasional :   membantu ekspansi paru.
5.    Hemat tenaga pasien.
Rasional :   mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.
6.    Beri O2 sesuai indikasi medik.
Rasional :   mencegah hipoksia jaringan.

      DP. 7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus, edema dan ascites.
Hasil Yang Diharapkan :     Keutuhan kulit terpelihara, proteksi jaringan, mengurangi gatal.
Intervensi :
1.    Observasi perawatan kulit terutama daerah yang tertekan, gunakan lotion, hindari pemakaian sabun mengandung alkali.
Rasional :   daerah yang tertekan lebih mudah mengalami kerusakan kulit, mencegah kulit kering, mengurangi lecet.
2.    Reposisi secara teratur.
Rasional :   mengurangi penekanan pada jaringan yang edema dan meningkatkan sirkulasi.
3.    Tinggikan ekstremitas yang mengalami edema.
Rasional :   meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi pembentukan edema.
4.    Berikan linen yang kering dan pertahankan agar tetap tegang.
Rasional :   linen yang lembab resiko terjadinya pruritus.
5.    Gunting kuku pasien dan jaga kebersihannya.
Rasional :   mencegah terjadinya trauma pada kulit akibat garukan.
6.    Kolaborasi dengan medik pemberian anti pruritus.
Rasional :   untuk mengurangi rasa gatal.

      DP. 8. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan hati dalam membentuk faktor pembekuan.
Hasil Yang Diharapkan :     Tidak terjadi perdarahan, deteksi dini perdarahan.
Intervensi :
1.    Kaji tanda-tanda perdarahan.
Rasional :   akhir dari penyakit hati adanya gangguan sintesis pembentukan faktor pembekuan.
2.    Monitor nadi, tekanan darah, suhu dan CVP (bila ada).
Rasional :   mengidentifikasi kurangnya volume sirkulasi darah.
3.    Anjurkan pasien menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut.
Rasional :   meminimalkan trauma yang menimbulkan perdarahan.
4.    Gunakan jarum yang kecil untuk injeksi dan beri penekanan pada bekas tusukan dalam waktu yang relatif lama.
Rasional :   meminimalisasi kerusakan jaringan mengurangi resiko perdarahan.
5.    Monitor Hb, Ht dan faktor pembekuan.
Rasional :   mengevaluasi kelainan darah dan perdarahan aktif.
6.    Beri therapy sesuai program medik untuk meningkatkan sintesa protrombin : vitamin K.
Rasional :   untuk mencegah perdarahan.

      DP. 9. Perubahan proses pikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati, peningkatan kadar amonia.
Hasil Yang Diharapkan :     Perbaikan status mental; tidak mengalami gangguan orientasi realita : berperilaku normal.
Intervensi :
1.    Observasi perubahan perilaku : kelemahan, gelisah, cepat marah.
Rasional :   mengetahui status mental akibat keadaan sirosis yang dapat terjadi coma hepaticum.
2.    Batasi protein makanan sesuai program.
Rasional :   mengurangi sumber amonia.
3.    Berikan makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional :   meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk tenaga.
4.    Berikan istirahat di tempat tidur dan kaji kebutuhan aktivitas perawatan diri.
Rasional :   mengurangi kebutuhan metabolik hepar, mencegah kelelahan.
5.    Kolaborasi pemeriksaan laboratorium pemeriksaan amonia, SE, pH, BUN, glukosa, darah lengkap dan enzim-enzim hati.
Rasional :   peningkatan amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik, hipoglikemi, anemia dan infeksi sebagai faktor pencetus terjadinya koma hepatikum.
6.    Hindarkan pemakaian preparat apiat dan barbiturat.
Rasional :   mencegah efek sekunder kemampuan hati yang rusak untuk metabolisme preparat narkotik dan barbiturat.

      DP.10. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakit yang kronis, perubahan akibat proses penyakit dan prognosa.
Hasil Yang Diharapkan :     Pasien dapat mengungkapkan pemahamannya tentang perubahan yang terjadi, menerima keadaannya, koping yang positif.
Intervensi :
1.    Diskusikan dengan pasien tentang situasinya dan anjurkan untuk mengungkapkan ketidaknyamanan, jelaskan hubungan antara penyakit dan gejala-gejala yang terjadi.
Rasional :   pasien dapat sangat sensitif terhadap perubahan tubuh.
2.    Berikan perawatan dengan caring dan beri dukungan terhadap pasien.
Rasional :   meningkatkan trust dan memberi perasaan diterima oleh pasien.
3.    Anjurkan keluarga untuk mengunjungi dan mendampingi pasien secara teratur dan perasaan mengasihi kepada pasien.
Rasional :   keluarga merupakan support system utama dalam menunjang pemulihan dan memberi ketenangan pada pasien.

4.   Perencanaan Pulang
a.         Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya perawatan yang berkelanjutan, untuk mengerti bahwa penyakit sirosis merupakan penyakit yang kronis.
b.        Menjelaskan pasien dan keluarga tentang gejala dan komplikasi, segera ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan secara tepat pengobatan jika terdapat komplikasi.
c.         Menjelaskan diit rendah protein, rendah lemak dan rendah garam pada proses ascites.
d.        Menjelaskan  kepada pasien untuk menghindari obat-obat yang berlebihan selain dari medik, kemungkinan besar hepatotoksik.
e.         Anjurkan pada pasien untuk menghindari makanan pedas.
f.         Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari segala aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan portal seperti bersin dan batuk yang kuat, yang dapat berakibat perdarahan.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar