Rabu, 19 Oktober 2016

ASUHAN KEPERAWATAN Polisitemia



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami sampaikan ucapan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing- masing telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar makalah ini masih juah dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan sarandari pembaca demi peyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membantu proses pembelajaran bagi mahasiswa, terutama bagi kami penyusun.






BAB l
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang
Polisitemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan olaeh sumsum tulang. Penyebabnya dapat diklasifikasikan ke dalam polisitemia sekunder dan polisitemia primer.
Peningkatan jumlah sel darah merah bisa terjadi pada penderita penyakit paru-paru menahun atau penyakit jantung, perokok, orang yang tinggal di daerah pegunungan.
Tanpa pengobatan, sekitar 50 % penderita dengan gejala akan meninggal dalam waktu kurang dari 2 tahun. Dengan pengobatan, merka hidup sampai 15-20 tahun kemudian.

2.      Tujuan penulisan
Makalah ini di susun sebagai bahan informasi bagi para pembaca khususnya kalangan medis agar kita dapat lebih memahami tentang apa itu polisitemia. Penanganan yang objektif mengenai diagnose klinis dan laboratorium, etiologi, patofisiologi, menentukan berat polisitemia, menilai respon terhadap pengobatan dan tatlaksana pada umumnya.

3.      Manfaat Penulisan
1.      Dapat mengetahui penyebab dan gejala polisitemia
2.      Membantu mahasiswa untuk dapat mengklasifikasi penyakit polsitemia
3.      Membantu mahasiswa untuk memehami tentang system imun dan hematologi
4.      Agar mahasiswa dapat membuat sebuah askep
BAB  II
TINJAUAN TEORITIS

A.KONSEP DASAR MEDIS
            1.Pengertian
                        Polisitemia adalah:
a.       Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukkan sel darah merah yang merah yang berlebihan oleh sumsum tulang
(http:// www.Ine .ukm.my/wiki/index.php/polisitemia)
b.      Peningkatan konsentrasi sel darah merah
(Brunner and Suddarth, 953)
c.       Bila jumlah eritrosi, kadar Hb, dan volume eritrosit total semuanya melebihi batas normal.
(Hb >16 gr/dl dan massa eritrosit total >35 ml/kg)
(Bruce M. Camitta : 1720)
d.      Peningkatan jumlah dan volume sel darah merah di atas ambang batas nilai normal dalam sirkulasi darah.
(Abdulmuthalib, 541)

2. Etiologi
            Berdasarkan klasifikasi:
a.       Polisitemia sekunder
Kelainan mieloproliferatif dimana semua sel sumsum tulang seolah terlepas dari mekanisme kendali normal.
b.      Polisitemia sekunder
Kelebihan produksi eritropoitin.

3. Patofisiologi
Polisitemia primer merupakan suatu kelainan mieproliferatif dimana semua sel sumsum tulang seolah-olah  terlepas dari mekanisme kendali normal yang ditndai dengan peningkatan eritrosit maupun volume darah total. Volume plasma biasanya normal dan terjadi vasodilatasi untuk menampung peningkatan volume eritrosit. Peningkatan volume dan viskositas darah ( aliran darah lambat) bersama dengan peningkatan jumlah leukosit dan fungsi trombosit abnormal mempermudah individu mengalami thrombosis dan pendarahan.
Penyakit ini berkembang dalam waktu 10-15 tahun, selama waktu ini limpa dan membesar disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang menjadi fribosis dan akhirnya non produktif. Polistemia sekunder terjadi saat  volume plasma yang beredar di dalam pembuluh darah berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total SDM di dalam sirkulasi normal, sehingga dapat menyebabkan kenaikan Hb. Hipoksia ginjal menyebabkan kenaikan produksi eritropoitin, yang merangsang produksi eritrosit.
Defek kardiovakuler yang menyangkut pirau kanan ke kiri dan penyakit paru mengganggu oksigenasi normal merupakan penyebab polisitemia hipoksia yang paling sering. Hidup di tempat tinggi juga menyebabkan polisitemia hipoksia. ( Sylvia A. Price : 265 & Bruce M. Comintta : 1720)
         4. Tanda dan Gejala
Polisitemia vera
a.       Sakit kepala
b.      Pusing
c.       Kelelahan
d.      Pandangan kabur
e.       Hiperviskositas
f.       Hepatosleno megali
g.      Tekanan darah meningkat
 Polisitemia sekunder
a.       Sianosis
b.      Hyperemia sclera dan selaput lender
c.       Jari tabuh
d.      Hiperviskositas
e.        
5. Pemeriksaan Penunjang
a.         Pemeriksaan laboratorium
a.         Eritrosit : pada hitung sel jumlah eritrosit dijumpai > 6 juta/ ml, dan sedian apus eritrosit biasanya normokom, normositik.
b.        Granulosit : jumlahnya meningkat
c.         Trombosit : jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/ml
b.         Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostic kecuali bila ada kecurigaan terhadap penyakit mieloproliferatif lainnya seperti sel bias dalam hitung jenis leukosit. Sitologi sumsum tulang menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik.
c.       Pemeriksaan Hb
      ( Abdulmuthalib : 143)

6. Penatalaksanaan
1.    Polisitemia primer
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menurunkan kekentalan darah yang tinggi, yaitu dengan cara:
a.       Flebotomi (mengambil darah dari vena)
Merupakan bagian terapi terpenting dan dapat dilakukan secara berulang agar kadar hemoglobin tetap dalm batas normal.
b.      Obat fosfor radioaktif atau kemoterapi
Dapat dipakai untuk menekan fungsi sumsum.

2.      Polisitemia sekunder
Penatalaksanaan polisitemia sekunder mencakup penanganan masalah primernya.
Apabila penyebabnya tidak dapat di koneksi, maka perlu di lakukan flebotomi untuk mengurangi volume dan kekentalan darah.
        Prosedur flebotomi:
a.       Pada permulaan, 250- 500 cc darah dapat dikeluarkan dengan Blood Donor Collection pot standar setiap 2 hari. Pada pasien dengan usia lebih dari 55 tahun atau penyakit vaskuler yang serius, flebotomi hanya boleh dilakukan dengan prinsip isovolemik yaitu mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan cairan pengganti plasma (koloid/plasma ekspander) setiap kali cegah timbulnya bahaya iskemia jantung karena status hipovolemik.
b.      Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada setiap 500 ml darah ( normal body iron kurang lebih 59)
Defisiensi besi merupakan efek samping pengobatan flebotomi berulang. Gejala defisiensi besi seperti glositis akan cepat hilang dengan pemberian preparat besi.
7.  Pendidikan Kesehatan
a. Menjelaskan ke keluarga klien tentang penyakit yang dialami oleh klien
b. Menjelaskan kepada keluarga klien bahwa satu- satunya tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala yang dialami oleh klien untuk menurunkan keentalan darah yaitu dengan mngeluarkan darah vena untuk dikeluarkan.
c. Menganjurkan untuk selalu mengontrol hemoglobin
d. Diet rendah kolesterol

















B. KONSEP DASAR ASKEP
1.      Pengkajian
a.       Umur
b.      Alergi terhadap obat, makanan tertentu
c.       Riwayat penyakit dahulu
d.      Riwayat penyakit sekarang
e.       Keluhan

2.      Pemeriksaan fisik
a.       Peningkatan warna kulit
b.      Gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi(dispneu, batuk kronis, peningkatan tekanan darah, pusing,dan lain-lain).
c.       Gejala-gejala thrombosis ( angina), disebabkan oleh peningkatan viskositas darah
d.      Splenomegali dan hepatomegali
e.       Gatal, khususnya setelah mandi air hangat yang diakibatkan oleh hemolisis sel darah yang tidak matang
f.       Riwayat pendarahan hidung

3.      Diagnose keperawatan
a.       Kelebihan volume cairan b/d kelebihan sel darah merah dan volume darah
b.      Resiki tinggi perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembentukan thrombus sekunder.
c.       Resiko tinggi perubahan penatalaksaan pemeliharaan di rumah b/d kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana tindakan, kesulitan penyesuaian terhadap kondisi kronis.

4.      Intervensi
Dx 1:
          Kelebihan volume cairan b/d kelebihan sel darah merah dan volume cairan
       Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan pada tubuh klien dalam batas normal.
           Intervensi :
1.      Batasi masukan cairan bila gejala kelebihan terjadi
R/ : untuk mencegah kelebihan cairan lebih lanjut
2.      Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
R/: farmakoterapi sepanjang hidup diperlukan secara efektif untuk mengontrol polisitemia vera.
                      Dx 2:
                       Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembentukan thrombus sekunder.
            Tujuannya : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan perfusi jaringan klien berada dalam keadaan normal.
                      Intervensi :
1.      Anjurkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif
R/ : Imobilisasi memprediposisikan klien pada pembentukan thrombus
2.      Anjurkan masukan cairan bila tidak ada gejala-gejala kelebihan beban cairan
R/ : Cairan membantu menurunkan vikositas darah
3.      Pantau hasil lab darah lengkap dan status vaskuler perifer setiap 8 jam
R/ : Untuk mendekteksi komplikasi dini.
                     
                      Dx3:
Resiko tinggi perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan rencana tindakan,kesulitan penyesuaian terhadap kondisi kronis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan agar pengetahuan klien mengenai perubahan penatalaksanaan di rumah dapat di terpenuhi.
                      Intrvensi :
1.      Evaluasi pemahaman klien mengenai kondisi dan terapi klien.
R/ : Kepatuhan ditingkatkan bila klien memahami hubungan antara kondisi dan terapai yang mereka dapatkan.
2.      Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang mengalami penyakit kronis.
R/ : Pengungkapkan perasaan memudahkan koping serta mengurangi ansietas.
3.      Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis bila gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi terjadi.
R/ : Intervensi diperlukan untuk mencengah kerusakan jaringan permanen.



5.Evaluasi
1.Tanda-tanda vital dalam batas normal
2.Bunyi nafas bersih
3.Penurunan berat badan
4. CRT < 2 detik
5. Lidah cyanosis
6.Akral hangat
7.Klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang kondisi.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Gejala bervariasi tergantung dari penyebab dan komplikasi. Gejala awalnya sering kali berupa lemah, lelah, sakit kepala, pusing, dan sesak napas. Bila terjadi pembesaran hati dan limpa, yang menyebabkan sakit perut tumpul yang sering hilang timbul.

B.     Saran
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan polisitemia mahasiswa harus memahami benar tentang defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaannya.












DAFTAR PUSTAKA


Handayani,Wiwik. Andi Sulistyo W.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
                                Dengan Gangguan Sistem Hemetologi. Salemba Medika : Jakarta
Doengoes, Marilynn E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,EGC, Jakarta
                        Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar