Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Cor Pulmonale



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Penyakit cor pulmonale merupakan penyakit paru dengan hipertrofi dan atau dilatasi ventrikel kanan akibat gangguan fungsi dan atau struktur paru (setelah menyingkirkan penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung lain yang primernya pada jantung kiri). Cor pulmonale dapat terjadi secara akut maupun kronik penyebab akut tersering adalah emboli paru masif dan biasanya terjadi dilatasi ventrikel kanan. Penyebab kronik tersering adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan biasanya terjadi hipertrofi ventrikel kanan.
Insidens diperkirakan 6-7% dari semua penyakit jantung pada orang dewasa disebabkan oleh PPOK. Umumnya pada daerah dengan polusi udara yang tinggi dan kebiasaan merokok yang tinggi dengan prevalensi bronchitis kronik dan emfisema didapatkan peningkatan kekerapan cor pulmonale. Lebih banyak disebabkan exposure daripada predisposisi dan pria lebih sering terkena daripada wanita.

1.2  TUJUAN PENULISAN
Untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatan sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi, meningkatkan efektifitas terapi, kualitas hidup dan survival penderita sehingga perlu diketahui lebih lanjut cara untuk meningkatkan status kesehatan pada penderita Cor pulmonal.

1.3  MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca dapat mengetahui manifestasi dari penyakit Cor Pulmonal sehingga para pembaca bisa menjaga kesehatannya.


1.4  METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka dan berbagai referensi.

1.5  SISTEMATIKA PENULISAN
Ada pun sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan latar belakang, tujuan, manfaat, metode dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis
Pada bab ini menguraikan tentang definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan pokok masalah yang di angkat.
Bab III Penutup
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran untuk proses belajar.










BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN
Cor pulmonale adalah pembesaran ventrikel kanan sekunder terhadap penyakit paru, toraks atau sirkulasi paru. Kadang-kadang disertai dengan gagal ventrikel kanan. Tipe cor pulmonale disebut akut jika dilatasi belahan jantung kanan setelah embolisasi akut paru, tipe kronis ditentukan lamanya gangguan pulmoner yang membawa ke pembesaran jantung. Berapa lama dan sampai tahap apa jantung tetap membesar akan bergantung pada fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan arterial pulmoner.
2.2 ANATOMI
2.2.1 ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
Paru-paru mempunyai sumbe suplai darah dari Arteria Bronkialis dan Arteria pulmonalis. Arteria Bronkialis berasal dari Aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronchialis yang besar mengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara ke vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena brochialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis, karena sirkulasi bronchial tidak berperanan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2-3% curah jantung. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.
Arteri Pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru dimana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutup alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang selanjutnya membagikannya kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
2.2.2 ANATOMI JANTUNG VENTRIKEL KANAN
Letak ruang ventrikel kanan paling depan di dalam rongga dada yaitu tepat di bawah manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel kiri dan medial atrium kiri. Berbentuk bulan sabit/setengah bulatan berdinding tipis dengan tebal 4-5 mm yang disebabkan oleh tekanan di ventrikel kiri yang lebih besar.
Dinding anterior dan inferior disusun oleh serabut otot yaitu trabekula karnae yang sering membentuk persilangan satu sama lain. otot ini di bagian apikal berukuran besar yaitu trabecula septo marginal (moderator band). Ventrikel kanan secara fungsional dapat dibagi dua alur ruang yaitu alur masuk ventrikel kanan (Righ ventricular out flow tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin terletak di bagaian superior ventrikel kanan yaitu infundibulum/conus arteriosus. Alur masuk dan keluar dipisahkan oleh krista supra ventrikuler yang terletak tepat di atas daun anterior katup trikuspidalis.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab penyakit cor pulmonale antara lain :
1.      Penyakit paru menahun dengan hipoksia
a.         penyakit paru obstruktif kronik
b.         fibrosis paru
c.         penyakit fibrokistik
d.        cyrptogenik fibrosing alveolitis
e.         penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

2.      Kelainan dinding dada
a.         Kifoskoliosis, torakoplasti, fibrosis pleura
b.         Penyakit neuro muskuler
3.      Gangguan mekanisme kontrol pernafasan
a.         Obesitas, hipoventilasi idiopatik
b.         Penyakit serebrovaskular
4.      Obstruksi saluran nafas atas pada anak
a.         hipertrofi tonsil dan adenoid
5. Kelainan primer pembuluh darah
a.         hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang, vaskulitis pembuluh darah paru.
2.4 PATOFISIOLOGI
Apapun penyebab penyakit awalnya, sebelum timbul cor pulmonale biasanya terjadi peningkatan resistensi vaskular paru-paru dan hipertensi pulmonar. Hipertensi pulmonar pada akhirnya meningkatkan beban kerja dari ventrikel kanan, sehingga mengakibatkan hipertrofi dan kemudian gagal jantung. Titik kritis dari rangkaian kejadian ini nampaknya terletak pada peningkatan resistensi vaskular paru-paru para arteria dan arteriola kecil.
Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular paru-paru adalah (1) vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru-paru dan (2) obstruksi dan atau obliterasi anyaman vaskuler paru-paru. Mekanisme yang pertama paling penting dalam patogenesis cor pulamale. Hipoksemia, hipercapnea, asidosis merupakan ciri khas PPOM bronchitis lanjut adalah contoh yang paling baik. Hipoksia alveolar (jaringan) memberikan rangsangan yang elbih kuat untuk menimbulkan vasokonstriksi pulmonar daripada hipoksemia. Hipoksia alveolar kronik memudahkan terjadinya hipertrofi otot polos arteriola paru-paru sehingga timbul respon yang lebih kuat terhadap hipoksia akut. Asidosis, hipercapnea dan hipoksemia bekerja secara sinergistrik dalam menimbulkan vasokontriksi. Viskositas (kekentalan) darah yang meningkat akibat polisitemia dan peningkatan curah jantung yang dirangsang oleh hipoksia kronik dan hipercapnea juga ikut meningkatkan tekanan arteria paru-paru.
Mekanisme kedua yang turut meningkatkan resistensi vaskular dan tekanan arteria paru-paru adalah bentuk anatomisnya. Hilangnya pembuluh darah secara permanen menyebabkan berkurangnya anyaman vaskuler. Selain itu pada penyakit obstruktif, pembuluh darah paru-paru juga tertekan dari luar karena efek mekanik dari volume paru-paru yang besar. Tetapi, peranan obstruksi dan obliterasi anatomik terhadap anyaman vaskuler diperkirakan tidak sepenting vasokontriksi hipoksik dalam patogenesa cor pulmonale. Kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat dari anyaman vaskuler harus mengalami obstruksi atau rusak sebelum terjadi peningkatan tekanan arteria paru-paru yang bermakna. Asidosis respiratorik kronik terjadi pada beberapa penyakit pernafasan dan penyakit obstruktif sebagai akibat hipoventilasi alveolar umum atau akibat kelainan perfusi ventilasi.
Jadi setiap penyakit paru-paru yang mempengaruhi pertukaran gas, mekanisme ventilasi atau anyaman vaskuler paru-paru dapat mengakibatkan cor pulmonale.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
1.         Cor pulmonal akibat emboli paru: sesak tiba-tiba pada saat istirahat kadang-kadang di dapatkan batuk-batuk dan hemoptisis
2.         Cor pulmonal dengan PPOM: sesak napas di sertai batuk yang produktif (banyak sputum).
3.         Cor pulmonal dengan hipertensi pulmonal primer: sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas.
4.         Cor pulmonal dengan kelainan jantung kiri: sesak napas ortopnea, paroxymal noctural dyspnea
5.         Cor pulmonal dengan kelainan jantung kanan: bergerak pada perut dan kaki serta cepat lelah.
Gejala dominan Cor pulmonal yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan.
Tanda-tanda Cor pulmonal misalnya sianosis, Clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau Gallop (atau keduanya), pulpas sternum bawah atau epigastrium prominen, hepatomegali dan nyeri tekan dan edema dependen. Gejala-gejala tambahannya ialah: sianosis, kurang tanggap atau bingung, mata menonjol.
2.6 KOMPLIKASI
1.         Empisema
2.         Gagal jantung kanan
3.         Gagal jantung kiri
4.         Hipertensi pulmonal primer
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a).   Rontgen Toraks
Terdapat kelainan disertai pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonal dan atrium kanan yang menonjol. Kardiomegali sering tertutup oleh hiper inflasi paru yang menekan diafragma sehingga jantung tampaknya normal karena vertikal. Pembesaran ventrikel kanan lebih jelas pada posisi oblik atau lateral. Selain itu didapatkan juga diafragma yang rendah dan datar serta ruang udara retrosternal yang lebih besar, sehingga hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tidak membuat jantung menjadi lebih besar dari normal.


b).   Ekokardiografi
Dimensi ruang ventrikel kanan membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel kiri normal. Pada gambaran ekokardiografi katup pulmonal, gelombang “a” hilang, menunjukkan hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan pemeriksaan ekokardiografi susah terlihat katup pulmonal karena “accoustic window” sempit akibat penyakit paru.
c).   Kateterisasi jantung
                 Ditemukan peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru. Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal, menandakan bahwa hipertensi pulmonal berasal dari prekapiler dan bukan berasal dari jantung kiri. Pada kasus yang ringan, kelainan ini belum nyata. Penyakit jantung paru tidak jarang disertai penyakit jantung koroner terlebih pada penyakit paru obstruksi menahun karena perokok berat (stenosis koroner pada angiografi).
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis cor pulmonale biasanya menunjukkan kombinasi adanya gangguan respirasi yang dihubungkan dengan hipertensi pulmonal dan adanya gangguan pada ventrikel kanan yang didapat secara klinis, radiologis, elektrocardiogram. Dalam praktek sehari-hari sering didapatkan kesulitan dalam membuat diagnosis col pulmonal yakni bila keadaan pasien sedang stabil atau belum terjadi gagal jantung kanan. Untuk itu dianjurkan membuatkan EKG dan pemeriksaan radiologis dada secara serial.




2.9 DIAGNOSA BANDING
a.         Hipertensi vena pulmonal yang biasanya diderita penderita stenosis katup mitral.
       Gambaran foto toraks berupa pembesaran atrium kiri, pelebaran arteri pulmonal karena peninggian tekanan aorta yang relatif kecil (pada fase lanjut), pembesaran ventrikel kanan, pada paru-paru terlihat tanda-tanda bendungan vena
b.         Perikarditis konstriktifa
       Dapat dibedakan dengan test fungsi paru dan analisa gas darah
2.10 PENATALAKSANAAN
Tujuan dari terapi pada Cor pulmonal  adalah :
1.    Mengoptimalkan efisiensi pertukaran gas
2.    Menurunkan hipertensi pulmonal
3.    Meningkatkan kelangsungan hidup
4.    Pengobatan penyakit dasar dan komplikasinya.
Penatalaksanaan tentu diawali dengan istirahat, diet jantung yang rendah garam, kemudian menghentikan faktor resiko seperti merokok pada pasien PPOK. Kemudian penatalaksanaan selanjutnya sebagai berikut :
a.       Terapi Oksigen
Mekanisme bagaimana terapi oksigen dapat menigkatkan kelangsungan hidup belum diketahui pasti, namun ada 2 hipotesis : (1) terapi oksigen mengurangi vasikontriksi dan menurunkan resistensi vaskular paru yang kemuadian meningkatkan isi sekuncup ventrikel kanan. (2) terapi oksigen meningkatkan kadar oksigen arteri dan meningkatkan hantaran oksigen ke jantung, otak dan organ vital lainnya.
Pemakaian oksigen secara kontinyu selama 12 jam (National Institute of Health, USA); 15 jam (British Medical Research Counsil) meningkatkan kelangsungan hidup dibanding pasien tanpa terapi oksigen. Indikasi terapi oksigen adalah : PaO2 ≤ 55 mmHg atau SaO2 ≤ 88%, PaO2 55-59 mmHg disertai salah satu dari : edema disebabkan  gagal jantung kanan, P pulmonal pada EKG, eritrositosis hematokrit > 56%.
b.      Vasodilator
Pemakaian vasodilator seperti nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis alfa adrenergik, ACE- I, dan postaglandin belum direkomendasikan secara rutin. Vasodilator dapat menurunkan tekanan pulmonal pada kor pulmonal kronik, meskipun efisiensinya lebih baik pada hipertensi pulmonal yang primer. Vasodilator yang biasa dipakai adalah nifedipine dengan dosis 10-30 mg PO 3 kali sehari, maksimal 120 -180 mg per hari.
c.       Digitalis
Hanya digunakan pada pasien kol pulmonal bisa disertai gagal jantung kiri. Digoksin bisa diberikan dengan dosis 0,125-0,375 mg PO 1 x 1. Pada pemberian digitalis perlu diwaspadai resiko aritmia.
d.      Diuretik
Diberikan bila ditemukan gagal jantung kanan, pemberian diuretik berlebihan dapat menimbulkan alkalosis metabolik yang dapat memicu peningkatan hiperkapnia. Disamping itu pemberian diuretik dapat menimbulkan kekurangan cairan sehingga mengakibatkan preload ventrikel kanan dan curah jantung menurun. Furosemid dapat diberikan dengan dosis 20-80 mg per hari PO / IV, dosis maksimal 600 mg per hari.

e.       Antikoagulan
Diberikan untuk menurunkan resiko terjadinya tombroemboli akibat disfungsi dan pembesaran ventrikel kanan adanya faktor imobilisasi pada pasien. Warfarin dapat diberikan dengan dosis 2-10 mg PO 1 x 1.
2.11 PROGNOSIS
Sangat bervariasi, tergantung perjalanan alamiah penyakit paru yang mendasarinya dan ketaatan pasien berobat. Penyakit bronko pulmoner sistematis angka kematian rata-rata 5 tahun sekitar 40-50%. Juga obstruksi vaskuler paru kronis dengan hipertrofi ventrikel kanan mempunyai prognosis buruk. Biasanya penderita dengan hipertensi pulmonal obstruksi vaskuler kronik hanya hidup 2-3 tahun sejak timbulnya gejala.










BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Cor pulmonal adalah suatu keadaan dimana terdapat hipertrofi dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit interistik dari parenteral paru, dengan toraks maupun vaskuler paru.
3.2 SARAN
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan serta keterampilan di butuhkan kosentrasi dan kerja keras untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang banyak sehingga membantu dalam proses penyembuhan klien sehingga dapat meminimalkan resiko yang akan datang.
Makalah ini sangat berguna untuk dipelajari, karena didalamnya sudah diterapkan dengan teori yang baik dan mudah untuk di pahami. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar