Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Osteoporosis



BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, maka jumlah manusia lanjut usia Republik ini akan bertambah banyak pula salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah semakin banyaknya penyakit Osteoporosis dan patah tulang yang diakibatnya (Bayu Santoso 2001).
Pada tahun 60 an kedepan akan terjadi perubahan demugrafik yang akan meningkatkan populasi warga usia lanjut dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis yang pada tahun 1990 mencapai 1,7 jutaq akan menjadi 6,3 juta pada tahun 2050, kecuali jika ada tindakan pencegahan yang agresif (Joewono Soerono, 2001).
Di Surabaya berdasarkan pengamatan Prof. Dr. Djoko Poeshadi pada penelitian tahun 1997, 26 % diantaranya wanita pasca menoupouse mengalami osteoporosis.
Osteoporosis di defenisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami patah tulang (Edi Mutamsir, 2001).
Osteoporosis dibagi menjadi 3 yaitu : Osteoporosis primer, Osteoporosis skunder, dan Osteoporosis idiopatik. Osteoporosis skunder adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebab dan merupakan kelompok yang terbesar. Ada dua faktor  yang menjadi penyebab utama yang terjadinya osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.

1.2      Perumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini masalah – masalah yang akan dibahan :
Ø  Apa pengertian Osteoporosis
Ø  Pembagian Osteoporosis
Ø  Patofisioligi  Osteoporosis
Ø  Tanda dan gejala Osteoporosis
Ø  Diagnosa keperawatan Osteoporosis
Ø  Faktor resiko Osteoporosis
1.3      Tujuan Penulisan
1.3.1   Tujuan Umum
Tujuan umum ini untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Osteoporosis di ruang rawat.
1.3.2   Tujuan Khusus adalah :
a.    Mempelajari karakteristik penderita Osteoporosis
b.    Mempelajari pengaruh merokok terhadap Osteoporosis
c.    Mempelajari pengaruh alcohol terhadap Osteoporosis
d.   Mempelajari pengaruh menoupause terhadap Osteoporosis
e.    Mempelajari pengaruh kopi terhadap Osteoporosis
f.     Mempelajari pengaruh latihan terhadap Osteoporosis

1.4      Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan antara lain :
1.    Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam penanggulangan penyakit Osteoporosis dimana yang akan datang.
2.    Sebagai bahan bagi masyarakat manapun peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan Osteoporosis
3.    Sebagai bahan bagi penulis untuk mengembangkan dan mengaitkan pengetahuan secara keterampilan penulis dalam penelitian.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.        KONSEP DASAR TEORI
A.    Pengertian
ü  Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresi, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral – mineral sepertoi kalsium dan fosfat sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak dapat mengatur kadar mineral dalam tulang. Maka tulang menjadi kurang padat dan lebih mudah rapuh
ü  Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas / matris / massa tulang. Peningkatan porositas tulang dan penurunan meineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah parah (buku ajar klien dengan keperawatan klien gangguan system muskuluiskeletal).
ü  Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah. (WHO).

B.     Etiologi
1.      Faktor genetic
2.      Faktor mekanis
3.      Kalsium
4.      Protein
5.      Estrogen
6.      Rokok dan kopi
7.      Alkohol

C.     Manifestasi
1.       Nyeri tulang akut.Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
2.       Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur.
3.       Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
4.       Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
5.       Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.
6.      Kecenderungan penurunan tinggi badan.
7.       Postur tubuh kelihatan memendek akibat dari Deformitas vertebra thorakalis.
D.    Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Faktor – faktor genetic (usia dan jenis kelamin, nutrisi, gaya hidup alkohol, kopi, dan perokok dan penggunaan obat secara menahun akan mempengaruhi puncakmasa tulang.
Kehilangan karena usia mulai terjadi setelah tercapainya puncak massa tulang, menghilangkan fungsi hormone estrogen pada saat menopause, mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus menerus selama bertahun – tahun pasca menopause. Pria mengalami masa puncak tulang lebih lama dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak akibatnya insiden osteoporosis pada pria lebih rendah.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis vitamin D penting dalam absorbsi kalsium dan memineralisasi tulang normal, diet yang mengandung kalsium dan vitamin D harus mencakupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh.Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencakupi selama bertahun – tahun mengakibatkan pengurangan masa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
Gaya hidup (alcohol, kopi, nikotin) kebiasaan yang terus menerus akan menyebabkan melesmahnya daya serap terhadap kalsium dari darah ketulang sehingga pembentukan tulang dari osteoblas berkurang dan akan terjadi penurunan masa tulang.
Selain itu penggunaan obat – obatan secara terus menerus seperti obat diuretik glukokortikoid, yang mengandung alumunium akan meningkatkan eliminasi kalsium melalui penyerapan kalsium kedalam tulang menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan massa tulang atau osteoporosis.
E.     Klasifikasi
1.         Osteoporosis primer
a.     Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pasca menopause
b.    Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada usia lanjut baik pria maupun wanita
2.         Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit – penyakit tulang erosive misalnya myeloma multiple, hipertiroidisme dan akibat obat – obat yang fosik untuk tulang (glukokortioid)
3.         Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
a.     Usia kanak – kanak (juvenil)
b.    Usia remaja (adoisen)
c.     Wanita pra menopause
d.    Pria usia pertengahan
F.      Pemeriksaan Diagnostic
ü  Pemeriksaan X – ray
ü  Pemeriksaan absorplosmetri
ü  Pemeriksaan computer topografi (CT)
ü  Pemeriksaan biopsi
ü  Pemeriksaan laboratorium
G.    Penatalaksanaan
1.         Medic
a)      Radiologi
b)      Pengukuran masa tulang
c)      Pemeriksaan lab konvulsi
d)     Pengukuran densitas tulang
e)      Memperhatikan factor resiko (wanita, tulang)
f)       Pemberian obat anti inflamasi
H.    Pencegahan
1.         Mencegah osteoporosis dimulai dari kanak-kanak dan remaja dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik selama hidup untuk memperkuat tulang.
2.         Seplemen vitamin D dan kalsium melalui makanan mengurangi perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen esensial dalam pencegahan.
3.         Kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik selama hidup untuk  memperkuat tulang. Suplemen mencegah osteoporosis dimulai dari kanak – kanak dan remaja dengan pembentukan vitamin D dan kalsium melalui makanan mengurangi perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen esensial dalam pencegahan.
I.        Komplikasi
      Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur.Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.











Patofisiologi b/d Penyimpangan KDM
Defisit kalsium, kekurangan hormone estrogen, nutrisi, umur, kebiasaan mengkonsumsi minuman alkohol dan kebiasaan sering merokok

 
Etiologi

 





















2.        KONSEP DASAR ASKEP
A.    Pengkajian
a.         Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan)
b.         Riwayat Penyakit
ü  Keluhan utama : klien mengatakan nyeri tulang, mengalami penyakit yang sama tulang belakang bungkuk klien menggunakan penyangga tulang belakang.
ü  Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
ü  Riwayat hubungan social : hubungan klien dengan keluarga baik.
c.         Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B (Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang.
1.    B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki.
2.  B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
3.   B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
4.  B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan.
5.  B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses.
6.  B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis

B.     Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata
b. Intoleransi b/d disfungsi sekunder
c. Resiko cedera b/d dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
d. Kurang perawatan diri b/d keletihan atau gangguan gerak
e. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis
f.  Gangguan eliminasi b/d kompresi syaraf pencernaan ileus paralitik
g. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpajarnya informasi.

C.     Rencana Intervensi Keperawatan
a.         Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata
Tujuan      :  setelah diberikan tidakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil  :
ü  Klien tampak rileks
ü  Klien dapat tenang dan bisa beristirahat (tidur)
ü  Klien dapat mandiri dan perawatan secara mandiri serta sederhana.
Intervensi keperawatan :
ü  Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatian lokasi dan karakteristik termasuk intensitas skala (1 – 10), perhatikan petunjuk nyeri.
R/ mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi yang diberikan.
ü  Ajarkan tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyeri
R/ alternative lain untuk mengurangi rasa nyeri misalnya : kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang belakang.
ü  Dorong menggunakan teknik manajemen stress, relaksasi progresif, latihan napas dalam.
R/ menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control yang dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama.
ü  Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menurunkan rasa nyeri.
b.         Intoleransi aktivitas b/d disfungsi sekunder
Tujuan      : setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan kriteria hasil :
ü  Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik berpartisipasi dalam aktivitas yang ingin / di perlukan.
ü  Klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari – hari secara mandiri.
Intervensi keperawatan :
ü  Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuan.
ü  Ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari – hari yang dapat dikerjakan.
R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.
ü  Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan ini secara bertahap, jika dapat ditoleransi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
ü  Kolaborasi pemberian fisiotherapy
R/ dengan fisiotherapy dapat mempercepat proses penyembuhan pada klien.
c.         Resiko cedera b/d disfungsi skunder, perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
Tujuan      :  agar cedera tidak terjadi
kriteria hasil : klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur.
Intervensi keperawatan :
ü  Anjurkan klien untuk beraktivitas secara perlahan, tidak naik tangga dan tidak mengangkut beban berat.
R/ pergerakan yang cepatakan memudahkan terjadinya fraktur komprensi vertebrata pada kl\ien osteoporosis.
ü  Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebig rendah, berikan penerangan lingkungan yang cukup dan pada ruangan yang mudah diobservasi.
R/ jauhkan klien dari lingkungan yang berbahaya yang dapat mencederai klien.
ü  Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada disamping klien.
R/ membantu klien dalam melakukan aktivitasnya.
d.        Kurang perawatan diri b/d keletihan dan gangguan gerak
Tujuan      : setelah diberikan tindakan keperawatan, perawatan diri klien dapat   terpenuhi.
kriteria hasil : klien mampu menggungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang  keberhasilan diri secara optimal.
Intervensi keperawatan :
ü  Kaji kemampuan untuk beraktivitas dalam setiap aktivitas perawatan diri
R/ untuk melihat sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara maksimal.
ü  Berikan perlengkapan diri secara adaptif jika dibutuhkan, misalnya : kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki, keset yang tidak licin.
R/ peralatan adaptif untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya.
ü  Rencana individu untuk belajar dan mendemonstrasikan suati bagian aktivitas sebelum beralih ketingkat yang lebih lanjut.
R/ bagi klien lansia satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri.
ü  Anjurkan kepada keluarga klien untuk selalu membantu klien dalam perawatan diri.
R/ dapat membantu klien dalam perawatan diri secara optimal.
ü  Anjurkan klien tentang teknik – teknik perawatan diri secara mandiri
R/ membantu klien dalam melakukan perawatan diri agar tidak terjadi kecelakaan fisik.
e.         Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik secara psikologis
Tujuan      :  setelah diberikan tindakan keperawatan klien diharapkan dapat menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaannya pada situasi diri.
Criteria hasil : klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan pesan positif.
Intervensi keperawatan :
ü  Dorongan klien mengekspresikan nilai khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinya.
R/ ekspresi emosi mambantu klien menerima kenyataan dirinya.
ü  Hindari kritik negatif.
R/ kritik negative akan membuat klien merasa rendah diri.
ü  Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien
R/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman yang akan membantu proses adaptasi dari klien itu sendiri.
ü  Anjurkan klien untuk selalu bergabung atau selalu berinteraksi dengan orang – orang sekitarnya.
R/ meningkatkan interaksi dengan orang – orang disekitarnya sehingga klien tidak merasa canggung dengan keadaannya.
f.     Gangguan eliminasi b/dkompresi syaraf pencernaan ileus paralitik
Tujuan      :  setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi klien tidak terganggu.
Criteria hasil  :  klien mampu menyebutkan teknik eliminasi feses lunak dan berbentuk, setiap hari atau tiga hari.
Intervensi keperawatan :
ü  Auskultasi bising usus
R/ hilangnya bising usus merendahkan adanya paraletik usus.
ü  Obser/vasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang
R/ hilangnya peristaltic (karena gangguan syaraf) melumpuhkan usus, membuat distensi usus.
ü  Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah fase
R/ mengidentifikasikan derajat gangguan atau disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan.
ü  Lakukan latihan defekasi secara teratur
R/ program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin.
ü  Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang berkonsentrat lunak, pemasukan cairan yang lebih banyak.
R/ pemasukan cairan yang lebih banyak dan teratur misalnya jus atau sari buah.
g.         Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi.
Tujuan      :  setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit OSTEOPOROSIS dan program terapi.
Criteria hasil  :  klien mampu mengetahui tentang penyakitnya ; mampu menyebutkan program terapi yang diberikan agar klien tampak tenang.
Intervensi keperawatan  :
ü  Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
R/ memberikan pengetahuan dasar, dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan makanan.
ü  Ajarkan pada klien tentang faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Osteoporosis.
R/ informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya.
ü  Berikan pendidikan pada klien mengenai efek samping penggunaan obat.
R/ supaya klien dapat mengerti dan memahami agar tidak menggunakan obat – obat yang dapast menyebabkan osteoporosis.
D.    Implementasi
Sesuai dengan intervensi keperawatan.
E.     Evaluasi
Sesuai criteria hasil dan tujuan.

BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Osteroporosis adalah suatu penyakit metabolic yang ditandai oleh reduksi kepadatan tulang sehingga mudah terjadi patah tulang. Osteoporosis terjadi sewaktu kecepatan absorbs tulang melebihi kecepatanpembentukan tulang. Tulang yang dibentuk normal, namun jumlahnya terlalusedikit sehingga tulang menjadi lemah.Semua tulang dapat mengalami osteoporosis walaupun osteoporosis biasanya timbul di tulang – tulang panggul, paha, pergelangan tangan dan kolumna vetebralis.

B.            SARAN
1.        Bagi Perawat / Petugas Kesehatan Lainnya
Setelah membaca makalah ini para perawat atau petugas kesehatan lainnya dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien yang menderita penyakit ini, agar pasien dapat  sembuh dari penyakitnya.
2.        Bagi Mahasiswa
Dengan membaca makalah ini dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas lagi, dan dapat mempelajari tentang proses terjadinya penyakit ini.
3.        Bagi Para Pembaca
Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat merubah pola hidup yang sebelumnya. Selain itu  juga dapat memperbaiki pola hidup sehat yang baik agar terhindar dari penyakit ini.









DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, Marlyn E. Asuhan Keperawatan, edisi 32000. EGC. Jakarta
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi Paramedis, 2009, GM. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar