Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Undeserno Testis



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan sistem endokrin dengan sub bahasan Undesrno testis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini khususnya kepada dosen matakuliah yang telah membimbing penulis dalam membuat makalh ini.
Akhir kata  “ tak ada gading tak retak “  begitu pula dengan makalah inipenulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu semua kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami nantikan demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya.

                                                                                                   Maumere,   Februari 2013

















BAB I
PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG
Ketika skrotum anak tidak di jumpai testis, orang tuaanya akan di hantui kebimbangan tentang kelelakian anaknya. Dokter akan berpikir sekitar kanker testis dan yang paling penting lagi anak akan malu dan cemas dalam pergaulan. Pemahaman masalah kriptorkismus secara holistik akan membimbing dokter orang tua dan anak dalam menyingkapi kelainan yang ada. Dokter akan memberikan pelayanan yang optimal di tengah kotroversi penanganan yang masih berlangsung.

Orang tua akan memahami kondisi anak dan kemunginan yang terjadi di kelak hari, sehingga anak akan mendapat penerimaan kondisi kelainan oleh lingkungan pergaulannya, sehingga psikologi anak tidak terganggu, juga mendapat penanganan medis yang dekuat. Dalam menangani kriptorkismus, dokter tidak hanyay memperbaiki anatomi saja tetapi juga memperhatikan faktor psikologis atau imosional baik pada anak maupun orang tuanya.

1.2     TUJUAN
1.2.1        Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mampu melakukan dan memahami asuhan keperawatan dengan gangguan sistem endokrin: undeserno testis
1.2.2        Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu memahami:
a.       Pengertian undeserno testis
b.      Etiologi undeserno testis
c.       Manifestasi undeserno testis
d.      Pentalaksanaan undeserno testis
1.3     Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakn data kepustakaan dan data dari internet.

1.4     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada pendahuluan terdiri dari latar belang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
    Pada tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar medis yang mencakup pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis dan keperawatan. Dan konsep dasar askp yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB III PENUTUP
 Terdiri dari kesimpulan dan saran.













BAB II
TINJAUAN TEORI

1.      PENGERTIAN
a)      Undeserno Testis adalahsuatukeadaandimanaTestistidakberadapadatempatsesuaijalur inguinal.
b)      UDT/ Kriptokismus adalah suatukeadaandimanasetelahusiasatutahun testis tidakdapatberadadidalamkantongskrotum,tetapiberadadidalamsatutempatsepanjangjalurpenurunan testis yang normal.

2.      ETIOLOGI.
Penyebabpasti UDT /Kriptokismusbelumjelas.Beberapahal yang berhubungandenganUndescenusadalah:
a)      AbnormalitasGubernakulum testis. Penurunan testis dipanduolehgubernakulum.        Massa Qubernakulum yang besarakanmendilatasijalan testis,kontraksi,involusidantraksisertafiltrasipadaskrotumakanmenempatkan testis dalamkantongskrotum.Ketikaberada di kantongskrotumQubernakulumakandiabsorbsi.Bilastrukturinitidakterbentuk abnormal akanmaldeculus testis.
b)      Defekintrrinsik Testis
Maldecenusdapatdisebabkandisgenesisgoladaldimanakelainanitumembuat testis tidak sensitive terhadap hormone Gonadotropin.
Faktor- factor resikoterhadaphormone Gonodotrpin.Faktorresikoterjadi UDT adalah:
1.      BB kurang (< 200 gram)
2.      Ibunyangterpapar estrogen selama trimester pertama.
3.      Kelahiranganda.(kembar)
4.      Lahir premature ( umumnyakehamilan )
5.      Beratjanin yang dibawahumurkehamilan
6.      Mempunyai ayah atausaudaradenganriwayat UDT

3.      KLASIFIKASI
Ø  BerdasarkanEtioptatilogikriptokismusdapatdibagimenjadi :
-.Mekanik / anatomic :perlakatankelainankualitasinguinalis.
-. Disgenesis :kelainaninterseks multiple
-. Herediter :genetik
Ø  BerdasarkanLokasi :
-. Skrotumtinggi( supraskrotum ) : 40%
-. Intrakanalikuli(inguinal) : 20%
-. IntraAbdominal : 10%
-. Obstruksi : 30%

4.      PATOFISIOLOGI
Skrotumadalahregulator suhu yang efektifuntuktestis,dimanasuhudipertahankansekitar1°c(1,8°f ) lebihdingindibandingkandengansuhutubuh normal. Sel Spermatogenesis sangat sensitive terhadap temperature tubuh.MenurutNainumbergRodgen 1982 mengatakanbahwaadaperubahanpadakurunwaktusatutahunkehidupan.Padaumur 4tahun didapatkan deposit kolagenmassif,kesimpulanmereka yang mengagetkandimanaepitelgerminasirumdalam testis tetapdalamukuran normal untuk 2tahunpertamakehidupan.Sementaraumur 4tahunterdapatpenurunanspermatogeninsekitar 75% sehinggamenjadisubferil/ infestil.Setelahumur 6tahun tampakperubahannyata.DiameterTubulusseminiferusmengecil,jumlahspermatogenismenurundantampaknyatafibrpsisdiantaratubulus testis.PadaKriptokismuspascapubertasmungkin testis berkurangnormal,tetapiadadifisiensi yang nyatapadakomponenspermatogeniksehinggapasienmenjadiinfestil.Penelitiandengan biopsy jaringan testis yang mengalamiKriptokismusmenunjukantidakterjadiabnormalitaskromoson.Maldesencusdandegenerasimalignatidakdapatdisebabkankarenadefekpada testis yang mengalami UDT.



5.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)      USG
Pada USG Testis PrePubertasmempunyaigambaranelektogenitasderajatsedang.USGhanyaefektifuntukmendeteksi testis dikanalisinguinaliske superficial dandapatmendeteksi testis di intraabdominal.
b)      CT Scan
Dapatmendeteksi Testis Intraabdominal.CT Scan samabaiknyadengan USG pada testis letak inguinal.
c)      MRI
Dapatmendeteksidegenerasimaligna
d)     Angiografi
Pemeriksaanakurattetapi invasive sehinggatidakseringdipakai.

6.      PENATALAKSANAAN
a.       Terapi non Bedah
Berupaterapi hormonal.Terapiinidipilihuntuk UDT Bilateral PalpabelInguinal.Tidakdiberikanpada UDT unilateral letaktinggiatauintraabdomen.Efekterapiberupapeningkatanregulitasskrotumukuran testis.
Hormon yang diberikan          :
*      HCG
Hormoniniakanmerangsangselleydingmemproduksitetosteron
Dosis: ( mosier 1984 ) : 1000-4000 γ4,3xseminggu selama 3 minggu.
*      LHRH
Dosis 3x400mg intrarenal,selama 4minggu.akan menurunkan testis secarakomplitsebesar 30-64%
b.      TerapiBedah
TujuanPembedahanadalahmemobilisasi testis, adekuatnyasuplaispermatika,fiksasi testis yang adekuatkeskrotumdanoperasikelainan yang menyertaiseperti Hernia.
IndikasiPembedahan   :
ü  Terapi Hormonal gagal
ü  Terjadi Hernia yang potensialmenimbulkankomplikasi
ü  DicurigaiTasio Testis
ü  Lokasiintraabdomenataudiataskanalisinguinalis
ü  Testis Ektopik.

B. Konsp Dasar Askep

1.2.1  Pengakajian
1.    Identifikasi klien
2.    Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3.    Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4.    Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5.    Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
6.    Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
7.        Pemeriksaan fisik
         Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
         Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
         Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
         Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
         Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
8.        Pengkajian data dasar
         Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
         Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
         Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
         Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
         Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
         Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
         Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan
         1.   Gangguan rasa nyaman nyeri b/d dampak pembedahan.
  2.   Kurangnya pengetahuan yang b/d salah interprestasi
  3.   Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
  4.   Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh

1.2.3 Intervensi keperawatan
        Dx 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
• Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
• Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
R/ Mengurangi ketegangan otot.
• Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
R/ Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
• Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

              Dx 2. Kurangnya pengetahuan yang b  /d salah interprestasi yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi :
 • Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
R/ Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
• Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
R/ Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
• Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/ Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

Dx 3  Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Tujuan: aktivitas klien kembali adekuat
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan dalam partisipasi untuk beraktivitas setelah dilakukan tindakan.

Intervensi:
·         Kaji/diskusikan tingkat kelemahan pasien dan identifikasikan aktivitas yang dapat dilakukan klien
R: kelemahan otot terus memburuk setipa hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium
·         Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R: kolaps sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktivitas jika curah jantung berkurang
·         .Diskusikan kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas bersama-sama dengan pasien
R: meskipun pasien mungkin pada awa merasa terlalu lemah untuk melakukan aktivitas, aktivitas yang berkurang selama menerima terapi hormon pengganti untuk memperbaiki tonus dan kekuatan otot menurunkan kelelahan
·         Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktivitas
R: mengurangi kelelahan dan mengurangi ketegangan pada jantung
·         Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik dari pada berdiri selama melakukan aktivitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri
R: pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan yang mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
·         Berikan kesempatan kepada pasien untuk ikut berpatisipasi secara adekuat untuk dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari, sebagian atau seluruhnya. Tingkatkan keterlibatan pasien sesuai kemampuannya.
R: menumbuhkan tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapa ditoleransinya.

Dx 4  Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
Tujuan: diharapkan harga diri klien kembali positif
Kriteria hasil:
  Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
  Dapat beradaptasi dengan ornag lain
  Dapat mengungkapkan perasaannya dengan orang lain.
Intervensi:
·         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaan, misalnya perubahan penampilan dan peran
R: membantu mengevaluasi beberapa banyak masalah yang dapat diubah oleh peran
·         Sarankan kepada pasien untuk melakukan manajemen stres misalnya, teknik relaksasi, visualisasi, imaginasi
R: meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan koping
·         Dorong gpasien untuk membuat pilihan guna berpatisipasi dalam penampilan diri sendiri
R: dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga diri
·         Fokuskan pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan, misalnya menurunkan pigmentasi kulit
R: ungkapan seperti ini dapat meningkatkan semangat pasien dan meningkatkan harga diri pasien
·         Sarankan pasien untuk mengunjungi seseoran yan penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang
R: dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yan telah dilakukan
·         Kolaborasi:
Rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan.
R: pendekatan secara komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku koping.

1.2.4 Implementasi
         Sesuai intervensi

1.2.5 Evaluasi
         Sesuai implementasi




BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
UDT/Kriptokismus adalah suatu keadaan dimana setelah usia 1 tahun testis tidak dapat berada didalam kantong skrotum tetapi berada di dalam tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal.

3.2 Saran
Agar mahasiswa/i mampu melakukan asuhan keperawatan klien dengan undeserno testis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar