Sabtu, 22 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Kanker Kulit



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yangtidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuhyang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macamsesuai dengan jenis sel yang terkena.Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinomasel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).Karsinomasel basal dan karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit non melanoma.
Penyebab sebenarnya kanker kulit tidak diketahui secara pasti, namun faktor lingkungan dan sinar UV serta kebersihan diri dan lingkungan merupakan faktor utama penyebab kanker kulit.Angka kejadian kanker kulit lebih banyak terdapat pada orang dengan pola hidup yang tidak bersih dan sering terpajan sinar matahari.
Kanker kulit nonmalenoma adalah kanker yang tersering ditemukan di Amerika Serikat,dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari 600.000 kasus. Diantara beberapa jenis kanker di Indonesia, saat ini kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang menunjukkan angka kejadian yang meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi kejadian kanker kulit  pada tahun 2008 diperkirakan dibawah 5.000 kasus. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan 70 ± 80% dari semua kanker kulit non malenoma.Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20% dari semua kanker kulit non malenoma, namun lebih bermakna karena kemampuan metastasinya.
Tingginya insidensi kanker kulit membuat penulis tertarik untuk membahas tentang kanker kulit.Selain itu penulis juga berkeinginan membahas tentang peran perawat dalam kasus kanker kulit.

 B.        Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis membatasi masalah pada:
1.         Apa yang dimaksud dengan  kanker kulit?
2.         Apa etiologi dari kanker kulit?
3.         Bagaimana manifestasi klinis kanker kulit?
4.         Apa saja klasifikasi kanker kulit dan manifistasi klinisnya?
5.         Bagaimana penatalaksanaan kanker kulit secara medis dan keperawatan?
6.         Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kulit ?

C.       Tujuan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa dalam memahami penyakit kulit khusunya kanker kulit serta prenatal ksanaannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan kanker kulit.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       DEFINISI KANKER KULIT
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi dan tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali (tiro. 2010).
Kanker kulit  adalah jenis kanker  yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah dikenali. Namun karena gejala  awal yang ditimbul dirasakan tidak begitu menganggu,sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan (Mangan,2005).
Kanker kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah yang  sering terjadi seranganya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan sinar matahari, seperti wajah,tangan dan tungkai bawah (Mangan,2005).

B.        ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa factor resiko  yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
1.      Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun dari sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh terhadap terjadinya kanker kulit.
2.      Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit daripada orang yang memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari paparan berbahaya sinar matahari, sehingga mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun, orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun jumlahnya cenderung lebih kecil.
  3.      Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit.Namun, dalam banyak kasus paparan dalam jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit.Gen pembawa kanker atau tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan ‘bantuan’ zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker atau tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di University of Pittsburg Cancer Institute di Amerika telah memukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit diantaranya adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
4.      Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.

C.       MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :
1.      Benjolan kecil yang membesar
Benjolan terdapat diwajah, berwarna pucat seperti lilin,permukaannya mengkilap, tidak terasa sakit atau gatal, dan yang semula kecil makin lama makin membesar. Apabila diraba, benjolan terasa keras kenyal.Kadang –kadang benjolan menjadi hitam atau kebiruan, bagian tengah mencekung dan tertutup kerak atau keropeng yang mudah berdarah dila dangkat.
2.      Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah
Benjolan ini membasah dan tertutup keropeng, teraba keras kenyal, dan mudah berdarah bila disentuh.
3.      Tahi lalat yang berubah warna
Tahi lalat menjadi lebih hitam, gatal, sekitarnya berwarna kemerahan dan mudah berdarah.Tahi lalat ini bertambah besar dan kadang-kadang di sektarnya timbul bintik-bintik.
 4.      Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh
Koreng dan luka yang sudah lama, tidak pernah sembuh walaupun sudah diobati, koreng ini pinggirnya meninggi dan teraba keras serta mudah berdarah, adanya koreng karena terjadi benturan, bekas luka ang sudah lama atau terinfeksi.
5.      Bercak kecoklatan pada orang tua
Bercak ini banyak ditemukan pada muka dan lengan, bercak ini makin lama permukaannya makin kasar, bergerigi, tetapi tidak rapuh, tidak gatal dan tidak sakit.
6.      Bercak hitam ysng menebal pada telapak kaki dan tangan
Bercak ini ditemukan pada kulit yang berwarna pucat seperti ditelapak kaki dan telapak tangan. Bercak ini mula-mula dangkal, berwarna hitam keabuan,batas kabur,tepi tidak teraba, tidak sakit maupun gatal. Kemudian bercak cepat berubah menjadi lebih hitam, menonjol diatas permukaan kulit, dan tumbuh ke dalam kulit serta mudah berdarah.
(Dalimartha, 2005)

D.       KLASIFIKASI KANKER KULIT
Kanker kulit secara umum dibagiatas dua golongan besar yaitu, malenoma maligna dan non malenoma maligna. Non malenoma maligna terbagi menjadi dua yaitu karsinoma sel basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS) (dalimartha, Setiawan, 2005).
1.   Non malenoma maligna
a.    Karsinoma sel basal (KSB)
1)         Definisi
Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut. Kanker kulit jenis ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Karsinoma sel basal  merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan (Brunner and Suddarth, 2002).
2)         Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya  diwajah) dan leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki dan kulit kepala (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu – abu mengkilat, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.Papula makin lama makin membesar menjadi makula dan bagian tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada ulkus (Siregar, 2005).
Menurut (Marwali, 2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini bervariasi, yaitu:
a)   Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal.Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata.Pada awalnya tampak nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Kemudian lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi dan keras.
b)   Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratif. Bedanya pada jenis ini berwarna coklet atau hitam berbintik-bintik atau homogeny yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
c)   Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan.
d)  Tipe Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale sampai ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti kawat.
e)   Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa nodul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan warna yang bervariasi.
      
 b.   Karsinoma sel skuamosa
1)      Defnisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari dalam epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari, karsinoma ini dapat pula timbul dar kulit yang normal atau lesi yang sudah ada sebelumnya (Brunner and Suddarth, 2002).
Kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat karena sifatnya invasive dengan mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebabkan 75% kematian akibat dari karsinoma sel skuamosa (Brunner and Suddarth, 2002).
2)      Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap bagian tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan ekstremitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropik lebih banyak pada ekstremitas bawah, badan dan dapat pula dijumpai pada bibir bawah serta punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus dengan tepi yang tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai kembang kol, pada perabaan keras dan mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna kekuningan. Tumor menyebar melalui saluran getah bening ke ala-alat lain (Siregar, 2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa bervariasi, dapat berupa :
a)      Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus dengan tepi yang berbatas kurang jelas
b)      Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas permukaan kulit, tidak rata, berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau pucat, membasah atau berdarah dan berbau.
c)      Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastasis ke kelnjar limfe regional atau ke organ-organ dalam.
d)     Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering mengadakan invasi yang cepat dan terjadi metastasi.
2.   Melanoma maligna
a.    Definisi Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel subkutan) (Brunner and Suddarth, 2002)..
Melanoma Maligna merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas dan berasal dari system melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam waktu yang singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar melalui aliran darah kealat-alat dalam serta dapat menyebakan kematian (Marwali, 2000).
Melanoma Maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari melanosit dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
b.   Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini sehingga diagnosis melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat atau tanda lahir (tompel) yang berubah seperti:
1)      Perubahan dalam warna
2)      Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3)      Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
4)      Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5)      Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Tahi lalat walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi ganas, dan dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang sering adalah terutama di telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu pada tahi lalat, yang mulai sering terasa gatal, mudah berdarah,ada borok atau luka yang sukar sembuh, harus juga lebih curiga.
Yang harus diwaspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi ganas adalah bila pada tahi lalat tersebut ditemukan tanda "ABCD" melanoma maligna, yaitu:
A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan.
B= Border atau pinggirannya juga tidak rata.
C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru.
D= Diameternya lebih besar dari 6 mm
(Marwali, 2000).

c.    Klasifikasi melanoma maligna
1)   Melanoma superfisial
Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Melanoma ini sering ditemukan serta  ektremitas bawah.
2)   Melanoma lentigo-maligna
Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh dengan lambat pada daerah kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal tangan,kepala dan leher  pada orang yang berusia lanjut. 
3)   Melanoma noduler
Melanoma noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang menyerupai blueberry dengan permukaan  yang relatife licin  seta berwarna biru hitam yang seragam. Melanoma noduler akan menginvasi langsung kedalam lapisan dermis didekatnya (pertumbuhan vertikel) dan dengan demikian memiliki prognosis yang buruk.
4)   Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat didaerah yang terlalu terpajan sinar mataharidan tidak terdapat difolikel rambut. Jenis melanoma ini sering terdapat ditelapak kaki,telapak tangan, dasar kuku dan membrane mukosa yang berkulit gelap.

Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan melanoma maligna dalam 5 stadium yaitu:
1)   Stadium I
Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
2)   Stadium II
Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
3)   Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
4)   Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
5)   Stadium V
Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
6)   Stadium VI
Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan, pleomorfi dengan kromatin kasar.Setiap sel mengandung butir melanin.Sel berkelompok atau bergerombol. Pada dermis ditemukan infiltrate limfosit atau makrofag yang mengandung melanin.

Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang digunakan dalam stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai berikut:
1)   Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe regional.
2)   Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional
3)   Stadium III
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
(Marwali, 2000).

d.   Pengobatan melanoma maligna
Adapun pengobatan berdasarkan stadium Melanoma Maligna yaitu :
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan di sekitarnya. Untuk pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi (obat-obat anti kanker) yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: alkylating agents, antimetabolit, alkaloid tanaman, antibiotik antitumor, enzim, hormon dan pengubah respon biologis. Dan pengobatan secara nonmedikomentosa meliputi radioterapi, pembedahan dan terapi fisik.

Pembagian terapi berdasarkan stadium melanoma:
1)      Stadium Klinik I Melanoma Maligna.
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan cara pengobatan melanoma maligna yang terbaik.
2)      Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3)      Stadium Klinik III Melanoma Maligna
a)      Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil Triazeno Imidazole Carboxamide (DTIC).Dapat diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat kemoterapeutik sistemik lainnya.Respon pengobatan dengan DTIC terjadi pada 20-25% penderita. Kemoterapeutik sistemik yang direkomendasikan adalah:
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4 minggu.Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea
b)       Imunoterapi
 BCG' merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan untuk pengobatan melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke kulit.Diberikan secara intralesi dan memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat. Hasilnya tidak menentu, tergantung pada sistem imunitas penderita.Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif, dengan memakai leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien, kemudian sel itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel pembunuh yang mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel LAK diinfuskan kembali bersama pemberian interleukin-2.

E.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium test dan Cuci darah.
Test lab dan pemeriksaan darah membantu mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi dapat merubah komposisi atau status hematologic.
2.      Biopsy jaringan
Hasil biopsy memastikan diagnosis melanoma. Spesimen biopsy yang diperoleh dengan cara eksisi mengungkapkan informasi histologik mengenai tipe, taraf invas dan  ketebalan lesi. Biopsy insisi harus dilakukan jika lesi yang dicurigai terlalu luas untuk dapat diangkat dengan aman tanpa pembentukan sikatriks yang berlebihan  (Runkle & Zalonznik, 1994). Specimen biopsy yang diperoleh dengan pemangkasan, kuratasee atau aspirasi jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat diandalkan.
3.      Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan.
Untuk melanoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin diindikasikan untuk menemukan adanya metastase penyakit.Ini meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar X dan atau CT scan

F.        PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
1.      Penatalaksanaan medis
a.    Pembedahan
Ahli bedah biasanya akan mengangkat lesi ditambah batas-batas jaringan normal sekitarnya untuk mencegah berkembangnya kembali tumor tersebut. Satu margin 1-2 cm sekeliling melanoma dipertimbangkan secara adekuat untuk melanoma dengan ketebalan kurang dari 3 mm lesi-lesi dengan kedalaman lebih dari 1 mm tetapi kurang dari 3 mm ditangani melalui pembedahan dengan kesembuhan kira-kira 70-80 %lesi dalam lebih dari 3 mm kemungkinan akan mengalami kekambuhan sekitar 40-50 %. Batas- batas reseksi sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya direkomendasikan menjadi paling sedikit 2-3 cm
b.   Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dengan berbagai cara salah satunya adalah secara topical, dimana agen-agen tersebut diberikan secara langsung pada lesi. Agen-agen yang digunakan meliputi 5 flourourasil atau psorelen. Obat-obat yang paling umum digunakan untuk ini meliputi melpalan, dakarbazasin (DTIC), dan sisplatin. Cara yang dilakukan dalam memberikan kemoterapi adalah secara sistemik. Saat ini kemoterapi sistemik belum dapat membuktikan efektivitasnya dalam mencegah kambuhnya penyakit pada pasien dengan jenis kanker fase dini. Tapi biasanya digunakan pada orang dengan penyakit yang menyebar secara luas
c.    Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi, bekerja baik secara langsung ataupun tidak langsung melawan kanker dengan mengubah cara-cara tubuh untuk bereaksi terhadap kanker.Bentuk umum dari bioterapi dibawah penyelidikan untuk melanoma meliputi vaksin, injeksi bacterium yang diketahui sebgaai BSG (Basilus Calmeete Guerin) dan penggunaan interferon, interleukin, dan antibiotic monoklanal.Vaksinasi tersebut dibuat dari melanoma yang diradiasi dan dinon-aktifkan. Diharapkan vaksin-vaksin tersebut akan mensintesis system imun untuk mengenal melanoma dan oleh karenanya akan meningkatkan kemampuan system untuk menghancurkan melanoma tersebut. Injeksi BSG mempengaruhi stimulasi non-spesifik dari system imun dan sedang dipelajari sebagai terapi untuk pasien-pasien fase awal.Diharapkan bahwa injeksi BSG secara langsung kedalam metastase nodul-nodul subkutan dapat menyebabkan regresi lesi.
d.   Terapi radiasi
Terapi radiasi merupakan bentuk pengobatan lainnya. Dengan penggunaan energy sinar X dosis tinggi, kobalt, electron, atau sumber-sumber radiasi lainnya untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel melanoma

Penatalaksanaan karsinoma ini bergantung pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi kedalaman), sifat-sifat yang invasive atau tidak invasive dan tidak adanya kelenjar limfe yang mengalami metastase, tindakannya adalah:
a.       Eksisi bedah: tujuannya untuk mengangkat keseluruhan tumor
b.      Pembedahan mikrografik moh : merupakan metode untuk mengangkat lesi kulit yang malignan
c.       Bedah elektro: merupakan teknik penghancuran atau penghilangan jaringan dengan menggunakan energy listrik
d.      Bedah beku: tujuannya menghancurkan tumor dengan cara de freezing (alat jarum termokopel). Dilakukan setelah kemoterapi
e.       Terapi radiasi: terapi ini sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung dan daerah didekat struktur yang vital

2.      Penatalaksanaan keperawatan
Karena banyak kanker kulit yang diangkat dengan tindakan eksisi, peran perawat adalah:
a.       Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan
b.      Pemberian analgetik tepat
c.       Meredakan ansietas
d.      Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.   Identintas pasien.
a.    Nama
b.   Usia.
Lebih sering pada usia 15- 44 tahun, lebih meningkat pada usia 20 tahun yang selalu terpapar sinar matahari.
c.    Jenis kelamin.
Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk terjadinya kanker kulit, semua tergantung pada aktifitas ( terpapar sinar UV) atau pekerjaan.
d.   Pekerjaan.
Orang yang paling beresiko adalah orang yang berkulit cerah, berambut merah yang nenek moyangnya berdarah celtic  atau orang dengan warna kulit merah muda atau cerah di samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan warana kulit menjadi coklat kekuningan.
Populasi lain yang  beresiko adalah para pekerja di luar rumah (seperti petani, pelaut dan pelayan) orang - orang yang terpajan sinar matahari untuk suatu periode waktu, Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat tertentu (senyawa arsen, netra, batu bara, terserta, aspal dan parafin) juga termasuk dalam kelompok yang beresiko.
2.   Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.
3.   Riwayat penyakit saat ini.
Adanya benjolan pada lokasi kanker (leher, wajah dan exstremitas) perubahan tahi lalatyang semakin meluas dan koreng yang tak sembuh- sembuh.
4.   Riwayat penyakit dahulu.
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.Ulkus yang lama pada ekstrenitas bahwa juga dapat menjadi lokasi asal kanker kulit.

5.   Riwayat penyakit keluarga.
Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.
6.   Pemeriksaan fisik.
a.    Tanda- tanda vital.
Tekanan darah, nadi, respirasi cenderung mengalami penurunan karena proses metastasis kanker yang mempegaruhi system tubuh dan pada suhu mengalami peningkatan karna sebagai tanda inflamasi.
b.   Pemeriksaan persistem (B1- B6)
1)      B1 (pernapasan)
Kanker kulit pada stadium awal tidak mempegaruhi system pernapasan, namun pada stadium 3 atau sudah metastasis di paru- paru makan pernapasan akan mengalami gangguan yang di tandai dengan sesak.
2)      B2 ( cardiovaskuler)
Ada beberapa gangguan diantaranya ketika kanker bermetatasis melalui pembuluh darah makan system kerja jantung akan terganggu.
3)      B3 ( persarapan)
Pusing, nyeri, atau derajat nyeri bervariasi mis : ketidak nyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
4)      B4 (perkemihan)
Perubahan pada pola defekasi, mis : Perubahan eliminasi urinarius, nyeri / rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
5)      B5 (pencernaan)
Tergantung pada proses metastasis kanker. Biasanya ditemukan perdarahan pada feses.
6)      B6 (muskulosletal)
Biasanya ditemukan pada kulit bagian ekstremitas, sehingga rasa nyeri di ekstremitas ditemukan.
 c.    Pemeriksaan integument (pemeriksaan tambahan)
Pada integument pemeriksaan didapat sesuai tanda gejala kanker kulit yang telah disebutkan.

C.    Diangnosa keperawatan dan intervensi
1.   Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ destruksi jaringan saraf, obstruksi jaringan saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi saraf.Ancietas b.d prognosis penyakit
2.   Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman kematian, pola interaksi.
3.   Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial (ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut atau kehilangan).
4.   Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan , atau control nyeri buruk.
5.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
6.   Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.













No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, obstruksi jaringan saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam nyeri pasien menurun
(dalam rentang normal skala nyeri 1-3)
a.      Pasien mampu menjelaskan karakteristik nyerinya
b.     Pasien menilai nyeri menggunakan skala
c.      Pasien mengatakan perasaan nyaman berkurangnya nyeri
1.    Observasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1-10), serta tindakan nyeri yang digunakan.

2.    Evaluasi terapi tertentu, misal pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan


3.    Tingkatkan kenyamanan dasar (misal tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (misal music, televisi).
4.    Dorong penggunaan keterampilan managemen nyeri (misal tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi). Tertawa, music dan sentuhan terapeutik.
5.    Evaluasi penghilang nyeri atau control.





6.    Berikan analgesik sesuai indikasi dan advis dokter.

1.   Informasi memberikan dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi.

2.   Ketidak nyamanan adalah umum (misal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala). Terbantu pada prosedur yang digunakan.

3.   Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.



4.   Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.


5.   Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS).
6.   Untuk menurunkan nyeri pasien
2.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman kematian, pola interaksi.
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam kondisi ancietas pasien menurun.
1.   Pasien melaporkan perasaan ansietas dan factor penyebabnya
2.   Pasien mampu mempertahankan pola tidur dan nutrisi yang normal.
3.   Ansietas pasien menurun.
1.  Tinjau ulang pengalaman klien sebelum menglami kanker.



2.  Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.




3.  Pertahankan kontak sering dengan klien. Berikan sentuhan jika memungkinkan.
4.  Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.


5.  Tingkatkan rasa dan lingkungan tenang.
1.   Membantu dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
2.   Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
3.   Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4.   Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan berdasarkan realita.
5.   Memudahkan istirahat, menghemat energy, dan meningkatkan kemampuan koping.
3.
Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial (ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut atau kehilangan).
Selama dilakukan perawatan kondisi pasien membaik
1.   Pasien mengungkapakan bagaimana kondisi harga dirinya saat ini.
2.   Pasien terlihat percaya dirinya meningkat
1.     Diskusikan dengan klien/orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang memengaruhi kehidupan pribadi klien dan aktivitas kerja.
2.     Tinjauan ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek pada aktivitas seksual dan rasa ketertarikan/keingina, misal alopesia, kecacatan bedah.






3.     Beri tahu klien bahwa tidak semua efek samping terjadi.






4.     Dorong klien untuk mendiskusikan tentang masalah efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sabagainya.

5.     Akui kesulitan yang mungkin dialami klien. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptif.

6.     Evaluasi strutur pendukung yang ada dan digunakan oleh klien/orang terdekat.
1.   Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.


2.   Bimbingan antipasti dapat membantu klien atau orang terdekat melalui proses adaptasi pada status baru dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, misal membeli wig sebelum menjalin radioterapi, jadwal waktu libur kerja, memberikan rujukan pada resiko perubahan seksual.
3.   Dapat membantu menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
4.   Memvalidasi realita perasaan dan memberikan izin untuk melakukan tindakan apapun perlu dalam mengatasi apa yang terjadi.
5.   Membantu merencanakan peralatan saat di rumah sakit setelah pulang.
4.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan , atau control nyeri buruk.
Setelah dilakukan perawatan selama 7x24 jam kondisi nutrisi pasien meningkat
1.   BB pasien mengalami peningkatan
2.   Pasien mampu mengkonsumsi makanan habis
3.   Pasien mampu makan dengan sendiri tanpa didorong
1.   Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
2.   Ukur tinggi badan (TB), berat baan (BB), dan ketebalan lipatan kulit trisep atau dengan antrokometrik lainnya. Pastikan jumplah penurunan BB saat ini.
3.   Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan supplement dan makan sedikit terapi sering.



4.   Nilai diet sebelum dan setelah pengobatan misal makanan cairan dingin, bubur kering, roti krekes, minuman berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau sesudah makan.

5.   Kontrol factor lingkungan, misal bau atau tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
6.   Berikan obat sesuai dengan indikasi
1.   Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.




2.   Membantu dalam identifikasi mal nutrisi protein sampai kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
3.   Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa. Suplemen berguna untuk mempertahankan, masukkan kalori dan protein.

4.   Aktifitas penilaian diet sangat individual dalam mengurangi mual paska terapi. Klien harus mencoba untuk menemukan solusi atau kombinasi terbaik.
5.   Dapat meningkatkan respons mual/muntah.




6.   Untuk meningkatkan nafsu makan, mengurangi mual, dsn pemenuhan nutrisi.
5.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
Selama dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan adanya dehidrasi
1.   Pasien mempertahankan kondisi TTV dalam batas normal
2.   Pasien mampu mempertahankan BB sesuai dengan TB dan usia.
3.   Turgor kulit pasien bagus
2.                                                                                          4.      Pasien mempertahankan kadar elektrol
1.   Pantau masukan dan keluaran, berat jenis; masukkan semua sumber keluaran, misal muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.







2.   Timbang berat badan sesuai indikasi.


3.   Pantau tanda vital, evaluasi, nadi perifer dan pengisian kapiler.
4.   Observasi turgor kulit dan kelembapan membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.

5.   Dorong peningkatan, masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu
1.     Keseimbangan cairan negative yang terus menerus dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine. Hal ini menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
2.     sensitive terhadap fluktruasi keseimbangan cairan.
3.     Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
4.     Indicator tidak langsung dari status hidrasi atau derajat kekurangan.

5.     Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping membahayakan, sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamit.
6.
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis atau prosedur invasive.
Selama dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan tanda – tanda terjadinya infeksi
Suhu tubuh pasien dalam batas normal
2.       
1.     Tingkatan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien.
2.     Tekanan hygiene personal.


3.     Pantau suhu tubuh pasien.

4.     Pantau semua sistem, misal kulit, pernafasan, genitaurineira dari adanya gejala atau tanda infeksi secara continue.
5.     Ubah posisi dengan sering, pertahankan klinen kering dan bebas kerutan.
1.    Lindungi klien dari sumber infeksi seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK.


2.    Mengurangi resiko sumber infeksi dan atau pertumbuhan sekunder.
3.    Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor.
4.    Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi atau sepsis yang lebih serius.
5.    Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
7.
Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Selama dilakukan perawatan pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit
1.  Pasien tidak mengalami kerusakan kulit
2.  Pasien mempertahanakan asupan dan haluaran cairan secara adekuat
1.   Pantau kulit dengan sering terdapat efek samping terapi kanker, perhatikan kerusakan atau lembatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area terbuka pada member perawatan.
2.   Mandikan klien dengan air hangat dan sabun ringan.
3.   Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
4.   Ubah posisi klien dengan sering.




5.   Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali atas izin dokter.
1.   Efek kemerahan dapat terjadi pada area radiasi. Deskuamasi kering (kekeringan pruritus).





2.   Mempertahankan tanpa komunitas kulit.
3.   Membantu friksi atau trauma kulit.



4.   Meningkatkan sirkulasi dan mencegah makanan pada kulit atau jaringan yang tidak perlu.
5.   Dapat meningkatkan iritasi reaksi secara nyata.
4.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan , atau control nyeri buruk.
Setelah dilakukan perawatan selama 7x24 jam kondisi nutrisi pasien meningkat
1.   BB pasien mengalami peningkatan
2.   Pasien mampu mengkonsumsi makanan habis
3.   Pasien mampu makan dengan sendiri tanpa didorong
1.   Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
2.   Ukur tinggi badan (TB), berat baan (BB), dan ketebalan lipatan kulit trisep atau dengan antrokometrik lainnya. Pastikan jumplah penurunan BB saat ini.
3.   Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan supplement dan makan sedikit terapi sering.



4.   Nilai diet sebelum dan setelah pengobatan misal makanan cairan dingin, bubur kering, roti krekes, minuman berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau sesudah makan.

5.   Kontrol factor lingkungan, misal bau atau tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
6.   Berikan obat sesuai dengan indikasi
1.      Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.




2.   Membantu dalam identifikasi mal nutrisi protein sampai kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
3.   Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa. Suplemen berguna untuk mempertahankan, masukkan kalori dan protein.

4.   Aktifitas penilaian diet sangat individual dalam mengurangi mual paska terapi. Klien harus mencoba untuk menemukan solusi atau kombinasi terbaik.

5.   Dapat meningkatkan respons mual/muntah.



6.   Untuk meningkatkan nafsu makan, mengurangi mual, dsn pemenuhan nutrisi.
5.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
Selama dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan adanya dehidrasi
1.   Pasien mempertahankan kondisi TTV dalam batas normal
2.   Pasien mampu mempertahankan BB sesuai dengan TB dan usia.
3.   Turgor kulit pasien bagus
3.                                                                                          4.      Pasien mempertahankan kadarlektro el
1.      Pantau masukan dan keluaran, berat jenis; masukkan semua sumber keluaran, misal muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.




2.   Timbang berat badan sesuai indikasi.


3.   Pantau tanda vital, evaluasi, nadi perifer dan pengisian kapiler.
4.   Observasi turgor kulit dan kelembapan membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.
5.   Dorong peningkatan, masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu
1.      Keseimbangan cairan negative yang terus menerus dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine. Hal ini menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
2.     Sensitive terhadap fluktruasi keseimbangan cairan.
3.     Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
4.     Indicator tidak langsung dari status hidrasi atau derajat kekurangan.

5.     Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping membahayakan, sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamit.
6.
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis atau prosedur invasive.
Selama dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan tanda – tanda terjadinya infeksi
Suhu tubuh pasien dalam batas normal
2.       
1.   Tingkatan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien.
2.   Tekanan hygiene personal.


3.   Pantau suhu tubuh pasien.

4.   Pantau semua sistem, misal kulit, pernafasan, genitaurineira dari adanya gejala atau tanda infeksi secara continue.
5.   Ubah posisi dengan sering, pertahankan klinen kering dan bebas kerutan.
1.      Lindungi klien dari sumber infeksi seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK.

2.    Mengurangi resiko sumber infeksi dan atau pertumbuhan sekunder.
3.    Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor.
4.    Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi atau sepsis yang lebih serius.
5.    Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
7.
Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
Selama dilakukan perawatan pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit
1.   Pasien tidak mengalami kerusakan kulit
2.   Pasien mempertahanakan asupan dan haluaran cairan secara adekuat
1.   Pantau kulit dengan sering terdapat efek samping terapi kanker, perhatikan kerusakan atau lembatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area terbuka pada member perawatan.
2.   Mandikan klien dengan air hangat dan sabun ringan.
3.   Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
4.   Ubah posisi klien dengan sering.




5.   Anjurkan klien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali atas izin dokter.
1.   Efek kemerahan dapat terjadi pada area radiasi. Deskuamasi kering (kekeringan pruritus).





2.   Mempertahankan tanpa komunitas kulit.
3.   Membantu friksi atau trauma kulit.



4.   Meningkatkan sirkulasi dan mencegah makanan pada kulit atau jaringan yang tidak perlu.
5.   Dapat meningkatkan iritasi reaksi secara nyata.














BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan.
Kanker kulit merupakan bentuk penyakit yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat. Jika angka insidensinya tetap berlanjut seperti sekarang, diperkirakan seperdelapan penduduk Amerika yang berkulit cerah akan menderita kanker kulit, khususnya karsinoma sel basal.
Etiologi Pajanan sinar matahari merupakan penyebab utama kanker kulit, insidensinya berhubungan dengan jumlah total pajanan sinar matahari. Kerusakan akibat sinar matahari bersifat kumulatif dan efek berbahaya dapat mencapai taraf yang berat pada usia 20 tahun. Peningkatan insidensi kanker kulit kemungkinan disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan orang untuk berjemur serta melakukan aktivitas di bawah sinar matahari.
B.        Saran
Pajanan sinar matahari merupakan etiologi utama dari pertumbuhan sel kanker pada kulit, sehingga kita perlu memperhatikan kondisi kulit kita saat terpapar matahari.  Angka kejadia kanker kulit yang terus meningkat harus mendapat perhatian dari tenaga kesehatan, sehingga edukasi pada masyarakat dapat tercapai dengan baik.




 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner. Suddarth. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
David servan. Schreiber.2010. Hidup Bebas Kanker. Bandung : Qanita.
Judith M, Wilkinson & Nancy R Ahern. 2012. Buku Saku Diangnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta EGC.
Made Putri Hendaria, Asmarajaya & Sri Maliawan. Jurnal Kesehatan PDF Kanker kulit. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diakses 27 nov- 2013
Muttaqin Arif. Sari Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda international, 2012-2014. Diangnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. Lorraine M. 1995. Patofisiologi Konsep klinis Proses- Proses Penyakit buku 2 edisi 4. Jakarta: EGC.
Rahayu. Wahyu.2002. Mengenal Mencegah Dan Mengobati 35 Jenis Kanker. Jogjakarta : Victoria inti Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar