Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Troiditis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Troiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid, keadaan ini bisa bersifat akut,subakut,atau kronis.tiroiditis inflamasi kelenjar troid atau tiroiditis mencakup sekelompok kelainan yang beragam meliputi berbagai keadaanyang menyebabkan sakit akut dsengan nyeri tiroid yang hebat (misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa sub akut ) dan kelainan dengan inflamasi yang relative ringan : penyakit ini terutama bermanifestasi dalam bentuk disfungsi tiroid ( tiroiditis limfositik subakut (tanpa rasa nyeri) dan tiroiditis fibrosa.
Infeksi akut dapat mengenai kelenjar tiroid lewat penyebaran hematogen atau invasi langsung pada kelenjar ( misalnya lewat fistula dari sinus piriformis ). Infeksikelemjar tiroid lainnya bersifat lebih kronik dan meliputi kronik dan meliputi infeksi mikobakterial, fungus serta preumocystis yang terjadi pada pasien – pasien dengan tanggap imun lemah, kelainan 9inflamasi  tersebut dapat menyebabkan nyeri leher mendadak dan nyeri tekan di daerah dengan disertai  demam, menggigil, serta tanda-tanda infeksi yang lain. 

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswqa mampu menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system endokrin
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tiroiditis
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan, etiologi, patofisiologi, manivestasi kinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan tiroditis
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kklien dengan penyakit tiroditid









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.KONSEP DASAR MEDIS
 1.        PENGERTIAN
          Tiroiditis merupakan: inflamasi kelenjar tiroid,keadaan ini bisa bersifat akut,sub akut atau kronis(Brunner& Sudrath,2001,hal.1314)
          Tiroiditis adalah: suatu peradang pada kelenjar tiroid,menyebabkan hepertiroidisme sementar yang sering kali di ikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
          Tiroiditis adalah umumnya di tandai oleh pembesaran,peradangan dan disfungsi kelenjar tiroid(IDP,Jilid 1,hal.761)

2.    KLASIFIKASI
a.  Tiroiditis Akut: 
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, mikrobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid.Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan penyebab yang paling sering dijumpai.Secara khas, penyakit ini menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher pada bagian anterior, panas,disfagia,dandispocia.Faringitis atau gejala sakit leher sering ditemukan.Pemeriksaan dapat menunjukkan rasa hangat, eritema (kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid.Tetapi teoriditis akut mencakup pemberian preperat antibiotik dan penggantian cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b.   Tiroiditis Subakut   
Tiroiditis sub akut dapat berupa tiroiditis garanula matosa sub akut (tiroiditis de quervam) atau tiroiditis tanpa nyeri (silent thiroiditis atau tiroiditis limpfositik sub akut).Tiroiditis granulomatosa sub akut merupakan kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang terutama menterang wanita berusia antara 40 hingga 50 tahun (sakiyuma 1993) kelainan ini ditemukan sebagai pembengkakan yang nyeri pada leher bagian anterior, dan berlangsung selama1 atau 2 bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini sering terjadi setelah infeksi respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secra simetris dan kadang-kadang terasa nyeri. Kulit diatasnya sering tampak kemerah dan terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman, iritabilitas, kegelisahan insoumnia dan penurunan berat badan yang kesemuanya merupakan manipestasi dari hipertiroidisme sering dijumpai, dan banyak pasien juga merasakan gejala demam serta menggigil.Tiroiditis tanpa nyeri (tiroiditis limposifik sub akut) sering terjadi pada periode pasca partus dan diperkirakan disebabka oleh autoimun. Gejala hipertiroidisme atau hipertiroidisme mungkin saja timbul, tetapi ditunjukkan untuk menangani gejala, dan pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setahun sekali perlu dianjurkan untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipertiroidisma yang kemudian.

c.  Tiroiditis kronis (tiroiditis hashimoto)
Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun diberi nama penyakit hashimoto atau tiroiditis limfosik kronis.Penegakan diagnostiknya dilakukan berdasarkan gambaran histopatologis kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.Berbeda denag tiroiditis akut, bentuk yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan ataupun rasa panas, aktifitas kelenjar tiroid biasaya normal atau rendah dan bukan meningkat.

3. ETIOLOGI
    Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
a.       Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
1.      Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus,mikrobakteri,parasit pada kelenjar tiroid.
2.      pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.Kelainan yang terjadi dapat disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke mediastinum, bahkan dapat
b.      Tiroditis Sub Akut
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
c.       Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut supuratif
3.      Disebabkan oleh infeksi bakteri stafilokokus aureus, mikrobakteri, parasit pada kelenjar tiroid.
4.      pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.2. Tiroiditis Limfositik sub akut/ tiroiditis tanpa nyeri(silent tiroiditis)
     a.  Sering terjadi dalam peiode pascapartus dan di perkirakan di sebabkan oleh proses autoimun.
b.  Gejala hipetiroidisme atau hipotiroidisme mungkin saja timbul.
     c.  Terapi di tunjukkan untuk menangani gejala dan pemeriksaan tindak lanjut yang di lakukan setahun sekali perlu di anjurkan untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipotiroidisme yang timbul kemudian.

d.      Tiroidisme Kronis/ tiroiditis limfositik kronik(Tiroiditis hasimoto)/ struma Limfomatosa/ Tiroiditis Autoimun.
1.      Tiroiditis yang sering di jumpai pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun di beri nama penyakit Hasimoto atau tiroiditis limfositik kronis.
2.      Predisposisi genetic(imunitas yang perantarai sel).
3.      Bentuk yang kronis biasanya tidak di sertai nyeri.gejala penekanan ataupun rasa besar,simetris,regular, panas;aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau renda dan bukan meningkat.
Kelenjar tiroid biasanya membesar secara lambat,tidak teerlalu besar,simetris,regular,dan padat.kadang-kadang ada nyeri spoontan dan nyeri tekan.pasien dapat eutiroid,hipotiroid,dan jarang hipertiroid.
4.      Penegakan diagnosisnya di lakukan berdasarkan gambaran histology kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.jika  tidak di obati tiroiditis kronis akan berjalan lambat,tetapi progresif akhirnya akan tejadi hipotiroidisme.

4.  PATOFISIOLOGI
a.    Tiroiditis Sub Akut
Pada fase awal, kadar T4 serum meningkat dan penderita mungkinmempunyai gejala tirotoksikosis, tetapi ambilan yodium radioaktif jelastersupresi..T3 dan T4 meningkat, sementara TSH serum dan ambilan iodineradioaktif tiroid sangat rendah. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-3  ,kadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen. Autoantiboditiroid biasanya tidak ditemukan di serum. Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat,mencerminkan adanya penyembuhan kelenjar dan serangan akut.Tiroiditis subakut biasanya sembuh spontan setelah beberapaminggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini dapat mulai menyembuh dan tiba-tiba memburuk.Kadang-kadang menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru kemudian lobus satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar T4 telah turun, TSH telah meningkat dan kelenjar mulai berfungsi kembali.

b.      Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis Limfositik)
Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang bereaksi dengan antigen-antigen.Tiga auto antibodi tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab Tg), antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blockingantibody (TSH-R Ab [blok]). Selama fase awal, Ab Tg meningkat sedikit,kemudian Ab Tg akan menghilang, tapi TPD akan menetap untuk  bertahun-tahun.Destruksi kelenjar berakibat turunnya kadar T3 dan T4serum, dan naiknya TSH.Mula-mula TSH bisa mempertahankan sintesishormone yang adekuat denganterjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapidalam banyak kasus kelenjar gagal dan terjadilah hipotiroidisme dengan atautanpa goiter.4
            Terjadinya tiroiditis di sebabkan oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi melalui penyebarn hematogen dan lewat fistula dari sinus piriformis yang berdekatan dengan laring,sehingga dapat mengiritasi kelenjar tiroid yang akan menyebabkan terjadinya peradangan.sebetulnya kelenjar tiroid itu sendiri resisten terhadap infeksi karena beberapa hal diantaranya berkapsula mengandung iodium tinggi,kaya suplai darah dan saluran limfe untuk drainaseTiroiditis bias terjadi kadang-kadang tertentu seperti pengaruh lingkungan yang kotor dan berpolusi(penyebaran kuman),kelainan congenital dan proses penyakit autoimun.


5          MANIFESTASI KLINIS
a.    Tiroiditis Akut
-       Rasa nyeri serta pembengkakan pada leher anterior
-       Panas
-       Disfgia dan disfonia
-       Faringitis / gejala sakit pada leher
-            Eritema dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid
b.    Tiroiditis Sub Akut
-   Nyeri pada leher bagian depan menjalar ke telinga
-  Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan terasa nyeri,kulit di atasnya sering tampak kemerahan dan terasa hangat
-  pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa nyaman
-   Iritabilitas,kegelisahan,insomnia,dan penurunan BB
-   Demam mengigil.
c.    Tiroiditis Kronis
 Biasanya tidak di sertai nyeri,gejala penekanan ataupun rasa panas,tetapi kadang-kadang ada nyeri spontan dan nyeri tekan

6          PEMERIKSAAN FISIK
Ditemukan tiroid membesar,nyeri tekan biaasanya di sertai takikardi,berkeringat,demam,tremor,dan tanda-tanda lain hepertiroidisme.

7          PEMERIKSAAN PENUNJANG
-  Pemeriksaan Laboratorium:LED meningkat,kadar hormone tiroid meningkat karena pelepasan hormone tiroid yang berlebihan akibat dekstruksi kelenjar tiroid oleh proses inflmasi.
-  USG: sidiktiroid,pemeriksaan CT Scan dan MRI

8          PENATALAKSANAAN
a.    Penatalaksanaan Medis
1.    Tiroiditis Akut
-  Pemberian preparat antibiotic dan penganti cairan
-  Tindakan insisi dan drainase di perlukan jika terdapat abses

2.    Tiroiditis Sub Akut
-  Pemberiaan preparat anti inflamasi nonsteroid(NSAID)di gunakan untuk mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
-  Pemberian asetanol untuk mengurangi rasa nyeri .
-  Glukokortikoid untuk mengurangi gejala dan mempercepat terjadinya remisi

3.    Tiroiditis Kronis
-  Tujuan terapi adalah mengurangi ukuran kelenjar tiroid dan mencegah hipotiroidisme.
-  Terapi hormon tiroid di berikan untuk mengurangi aktifitas kelenjar tiroid dan produksi preparat hormone tiroid dan produksi tiroglobulin.jika terdapat gejala hippotiroidisme preparat hormone tiroid harus di resepkan.
-  Tindakan bedah di perlukan jika gejala penekanan tetap ada.
b.    Penatalaksanaan Keperawatan
-  Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
-  Berikan kompres hangat jika pasien panas dan demam.

9          KOMPLIKASI
a.    Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
b.    Kerusakan pita suara (disfonia)
c.    Penyakit DM Tipe I

B.  KONSEP DASAR ASKEP
      1.  PENGKAJIAN
     Dasar Data Pengkajian
a.   Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan otot.
Tanda : atrofi otot.
b.  Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c.  Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
d.  Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat (emosional, fisik)
Tanda : emosi labil qeuforia sedang sampai delirium), depresi
e.  Makanan & cairan
Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f.  Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g.Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.

h. Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i.   Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
j.   Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

       2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
5.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi.
6.      Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan bentuk mata (exoptalmus)

        3.  PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
Tujuan: klien mempertahankan suhu dalam batas normal dengan   kriteria hasil :
·         Kulit tidak teraba panas
·         Bibir lembab
·         Kulit elastis
Intervensi
a.       Bina hubungan therapeutik dengan klien
 R/ meningkatkan kerjasama
b.      Kaji penyebab peningkatan termoregulasi
R/ mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
c.       Observasi TTV
R/ / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
d.      Beri minum air hangat yang cukup / teh hangat
R/ Meningkatkan evaporasi
e.       Berikan pakaian yang tipis
R/ Menyerap keringat
f.       Lakukan kompres hangat
R/ meningkatkan vasodilatasi
g.      Kolaborasi dengan dokter untuk terapi antipiretik, antibiotik,
R/ antipiretik untuk menurunkan panas, antibiotik untuk membunuh mikroorganisme.

Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
Tujuan: klien akan menunjukkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi  dengan kriteria hasil :
·         Nyeri hilang
·         Wajah klien rileks
·         Skala nyeri 0

      Intervensi :                                                                                                               
a.       Kaji tingkat nyeri, lokasi, waktu dan penyebab
R/ Indikator tindak lanjut
b.      Observasi TTV
R/ Peningkatan TTV sebagai kompensasi nyeri
c.       Anjurkan teknik relaksasi ( menarik napas dalam)
R/ mengurangi ketegangan otot sehingga menghambat stimulasi  nyeri
d.      Berikan kompres dingin pada leher
     R/ mengurangi impuls saraf
e.       Ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman ( contoh : sprei yang kering / tak telipat, gosokan punggung ).
     R / menurunkan rangsang eksternal yang dapat menimbulkan 
     rasa tidak nyaman
f.       Kolaborasi pemberian obat analgetik,antibiotik dan incici abses bila perlu.
R / dapat mengurangi nyeri dan membunuh mikroorganisme


Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat 
Tujuanl: Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat aktivitas  dan metabolik, dengan
kriteria hasil :
·         Tidak ada nyeri dan kesulitan menelan
·         Napsu makan baik
·         Dapat menghabiskan porsi yang diberikan
·         BB  normal


Intervensi:
a.       Jelaskan pentingnya diet : lunak, hindari makanan yang asam, lemak dan membuat jadwal makan yang tepat.
                              R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
                             sama
b.      Sajikan  makanan yang mudah dicerna, pantang lemak, hangat, tertutup dan beri makan sedikit tapi sering.
                              R / meningkatkan selera makan dan mengurangi rasa mual.
c.       Berikan Diet TKTP
R/ memenuhi kebutuhan kalori
d.      Kolaborasi untuk pemberian obat antihipertiroisme
R/ mengurangi metabolisme tubuh

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan: klien akan menunjukan toleransi terhadap  aktivitas dengan kriteria hasil :
·         Keadaan umum baik
·         Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi:
a.       Kaji kemampuan klien untuk beraktivitas dan bantuan yang diberikan oleh keluarga .
R / mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
b.      Anjurkan keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
( higiene personal ) dan WC besar dan WC kecil.
R / memenuhi  kebutuhan perawatan diri dan eliminasi.
c.       Mendampingi klien saat melakukan aktivitas
R/ memantau kemampuan klien untuk beraktivitas
d.      Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kondisinya
R / aktivitas yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi dan mendukung proses pemulihan
e.       Evaluasi keluhan setelah klien melakukan aktivitas
                             R / mengidentifikasi tanda – tanda kelelahan

Diagnosa 5 : Gangguan konsep diri ( body image ) b.d perubahan bentuk bola mata (exoptalmus)
Tujuan:  klien dapat menerima diri apa adanya dengan
kriteria hasil:
·         Tidak merasa malu dengan keadaan matanya (bola mata menonjol keluar lebih dari  normal)
   Intervensi
a.       Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya.
    R/ meningkatkan kerjasama mengidentifikasi masalah
b.      Berikan pemahaman tentang keadaan sakit dan penanganannya
    R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga dapat bekerja 
   sama
c.       Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata berwarna gelap
   R/ dapat mengurangi perasaan malu
d.      Meningkatkan interaksi sosial dengan cara menganjurkan pasien untuk menerima pertolongan dari orang lain
   R/ meningkatkan relasi sosial
e.       Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sosial dan menerima keadaan dirinya.
R/ meningkatkan rasa percaya diri






Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi 
Tujuan:klien akan memahami penyakit tiroiditis,dengan                                                 kriteriahasil:
·         Dapat menjawab kembali apa yang ditanyakan tentang penyakit tiroiditis
·         Mentaati pengobatan sesuai therapi

Intervensi:
a.       Kaji tingkat pendidikan dan persepsi klien dan keluarga tentang penyakit tyroiditis
R / meningkatkan pengetahuan klien sehingga dan bekerja sam 
b.     Jelaskan tentang pengertian, penyebab, perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnosa, penatalaksanaan penyakit tyroiditis.
R / meningkatkan pengetahuan sehingga dapat  bekerjasama
c.    Jelaskan tindakan pencegahan .
R / meningkatkan pengetahuan agar dapat merubah pola hidup 
yang sehat dan dapat minum obat secara teratur sesuai resep
dokter.

4.      IMPLEMENTASI
Sesuai intervensi

5.             EVALUASI
Sesuai implementasi




















BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid,menyebabkan hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
          Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik pada kelenjar tiroid.

B.SARAN
Ø  Diharapkan siswa dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien thyroiditis dengan menggunakan metode proses keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar