Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan GASTROENTERITIS



GASTROENTERITIS

I. Konsep Dasar Teori
1.      Pengertian
a)      Gastroenteritis merupakan peradangan yang terjadi secara umum pada lambung dan intestinal terutama pada duodenum dan usus halus.
b)      Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar (BAB) dengan air frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cairan yang bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu lebih dari dua minggu.
c)      Gastroenteritis akut merupakan peradangan yang terjadi pada saluran pencernaan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan frekuensi. Defekasi lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses encer yang terjadi secara tiba-tiba, bercampur darah dan lendir.

2.      Etiologi
a.       Factor infeksi
1)      Factor infeksi: vibrio E.coli, sakni bella shingella
2)      Inveksi virus: adenovirus, enterovirus, dll
3)      Infeksi parasite: cacing, protozoa, jamur.
b.      Factor mal absorbsi
1)      Mal absorbsi karbohidrat disakarida, monosakarida
2)      Mal absorbsi lemak
3)      Mal absorbsi protein.
c.       Factor makanan
Makanan beracun, basi, alergi.
d.      Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.

3.      Patofisiologi
a)      Gangguan osmotic
Makanan tidak dapat diserap mengakibatkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b)      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (mis. Toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c)      Gangguan metalitas usus
Hiperperistaltik akan meningkatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul lebih banyak sehingga timbul diare.

4.      Manifestasi klinik
a)      Gelisah, suhu tubuh meningkat, kurang tidur
b)      Tidak ada nafsu makan, BAB kurang lebih tiga kali sehari, BB menurun
c)      Feses darah dan berlendir, sering berubah warna kehijauan
d)     Mual, muntah
e)      Mata cekung
f)       Denyut jantung menjadi cepat
g)      RR cepat dan dalam
h)      Perut kembung
i)        Turgor kulit tidak elastis
j)        Selaput lendir, bibir, mulut serta kulit tampak kering
k)      Nadi meningkat.

5.      Komplikasi
a)      Dehidrasi (ringan, sedang, akut)
b)      Hypokalemia
c)      Hipoglikemia
d)     Renjatan hipovolemik.

6.      Penatalaksanaan
a.       Medic
1)      Penberian cairan per oral: oralit atau terapi
2)      Obat-obat anti diare: antibiotic.
Rencana pengobatan A
Tujuan: untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah dan memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.
Empat dasar terapi di rumah:
1)      Berikan banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga seperti oralit, sup, air matang dan minum yogurt. Berikan larutan tersebut sebanyak mungkin dan teruskan hingga diare berhenti.
2)      Berikan makanan untuk meningkatkan gizi.
3)      Bawa ke rumah sakit apabila tidak membaik dalam tiga hari dan menderita lagi:
a.       BAB cair seringkali
b.      Muntah berulang-ulang
c.       Sangat haus
d.      Makan atau minum sedikit
e.       Demam
f.       Tinja darah.
4)      Berikan larutan oralit setiap habis BAB dan berikan oralit yang cukup untuk dua hari dengan jumlah oralit yang diberikan 300-400 ml sedangkan oralit yang disediakan di rumah 1200-2800 ml/hr.
Cara memberikan oralit:
a.       Berikan beberapa teguk dari gelas
b.      Bila muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih sedikit dari yang pertama.

Rencana pengobatan B
5)      Dalam tiga jam pertama berikan 75 ml/kg BB bila berat badan tidak diketahui sedangkan pada orang dewasa 2400 ml.
6)      Ambil dengan saksama/bantu ibu memberikan oralit:
a.       Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan yaitu 2400 ml
b.      Berikan beberapa teguk dari cangkir
c.       Periksa dari waktu ke waktu
d.      Bila muntah, tunggu 10 menit lalu berikan lagi
e.       Bila kelopak mata bengkak hentikan pemberian oralit
f.       Berikan oralit sesuai rencana.

Rencana pengobatan C
a.       Cairan intravena adalah larutan ringer laktat. Bila tidak tersedia garam faat (NaCl). Larutan DC ana (25 gr/50 gr) atau dekstrose 2a (50 gr/100 gr).


II. konsep Dasar Askep
2.1. Pengkajian
1)      Keluhan utama: BAB lebih dari 3 kali/hr, lemah, pusing, tidak ada nafsu makan
2)      Riwayat penyakit:
b.      Riwayat penyakit sekarang
c.       Riwayat penyakit masa lalu
d.      Riwayat penyakit keluarga.
3)      Pengkajian data dasar
a.       Makanan/cairan
Gejala: anoreksia, mual muntah
Tanda: penurunan BAB, membrane mukosa kering, mata dan ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek.
b.      Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri tekan abdomen
Tanda: distensi abdomen pusat.
c.       Eliminasi
Gejala: feses bercampur lendir
Tanda: peningkatan peristaltic usus.
d.      Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan.

2.2.Diagnose keperawatan
1)      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat
2)      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
3)      Kurang perawatan diri b/d kelemahan fisik
4)      Kerusakan integritas kulit b/d iritasi kulit sekitar anal
5)      Perubahan pola tidur b/d BAB berlebihan
6)      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
7)      Kurang pengetahuan b/d kurang terpajangnya informasi.

2.3.Intervensi keperawatan
1.      DX 1 : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
     Tujuan: deficit cairan dan elektrolit teratasi
    Kriteria hasil: tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, cairan seimbang.
    Intervensi:
a.       Kaji penyebab kehilangan cairan
R/ sebagai data dasar dalam pemberian intervensi selanjutnya
b.      Observasi TTV, turgor kulit, membrane mukosa serta ubun-ubun dan mata klien
R/ menunjukkan kehilangan cairan yang berlebihan atau dehidrasi
c.       Catat frekuensi muntah
R/ kehilangan cairan yang berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit
d.      Catat kelemahan otot atau distrimio jantung
R/ kehilangan cairan yang berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbanga elektrolit
e.       Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan cairan parental, transfuse darah sesuai indikasi
R/ mempertahankan istirahat akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan
f.       Kolaborasi dengan hasil lab
R/ menentukan kebutuhan pengganti dan keefektifan terapi.

2.      DX 2 : gangguan kebutuha nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
Tujuan: gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil: intake nutrisi klien meningkat, diet habis/porsi yang disediakan, mual muntah tidak ada.
Intervensi:
a.       Anjurkan klien untuk berbaring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
      R/ menurunkan metabolisme untuk kalori dan simpanan energy
b.      Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan
      R/ mencegah peristaltic usus dan meningkatkan energy untuk makan
c.       Lakukan perawatan mulut/lakukan oral hygiene
      R/ mulut yang bersih meningkatkan selera makan
d.      Batas makanan yang dapat menyebabkan nyeri pada lambung
      R/ mencegah serangan akut
e.       Kolaborasi untuk memberikan obat
R/ anti kilo energy diberikan 15-30 menit sebelum makan, mengatasi klien dari diare, menurunkan mobilitas gaster dan meningkatkan waktu observasi klien.



3.      DX 3 : kurang perawatan diri b/d kelemahan fisik
Tujuan: bersihkan diri
Kriteria hasil: pasien tampak rileks, tampak segar kembali.
Intervensi:
f.       Kaji kemampuan klien dengan perawatan diri
R/ para meter untuk menentuksn intervensi selanjutnya
g.      Anjurkan klien dan keluarga tentang perawatan diri dan teknik pengurangan aktivitas energy
h.      Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
R/ menuju kemandirian dan rasa diri klien.

4.      DX 4 : kerusakan integritas kulit b/d iritasi kulit sekitar anal
Tujuan: kerusakan kulit teratasi
Kriteria hasil: integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda- tanda infeksi tidak ada.



Intervensi:
·         Observasi kemerahan, pucat
R/ area ini meningkatkan resiko untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan yang efektif
·         Motivasi klien untuk mandi setiap hari
R/ sering mandi membuat kekeringan kulit
·         Gunakan cream kulit 2x sehari setelah mandi
R/ mengatasi kerusakan
·         Berikan seprey nerasol
R/ membantu penyembuhan bila terjadi iritasi atau infeksi jamur.




5.      DX 5 : perubahan pola tidur  b/d BAB berlebihan
Tujuan: pola tidurnya kembali normal
Kriteria hasil: pola tidur pasien normal kembali.
Intervensi:
·         Kaji pola tidur
R/ sebagai para meter untuk menentukan intervensi selanjutnya
·         Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
R/ meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
·         Kolaborasi berikan analgesic saat tidur sesuai indikasi
R/ pemberian obat tepat waktu dapat meningkatkan istirahat selama tidur.

6.      DX 6 : intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
Tujuan: klien bisa melakukan aktivitas
Kriteria hasil: klien bias melakukan aktivitas sendiri.
Intervensi:
·         Kaji tingkat aktivitas yang dihasilkan
·         Dorong aktivitas sesuai dengan toleransi periode istirahat
·         Libatkan keluarga klien dalam melakukan aktivitas
·         Anjurkan klien untuk banyak beristirahat
·         Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan TKTP dan rendah serat.

7.      DX 7 : kurang pengetahuan b/d kurang terpajangnya informasi
Tujuan: pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil: keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang penyakit klien.
Intervensi:
·         Kaji pengetahuan klien dengan orang tua tentang penyakit yang dialami
R/ membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan pengobatan
·         Berikan informasi tentang penyakit yang dialami
R/ memberikan pemahaman tentang penyakit yang dialami
·         Berikan pengawasan tentang pentingnyakerja sama akan terjadinya kegagalan terapi
R/ kurang kerja sama akan terjadinya kegagalan terapi
·         Berikan informasi perawatan, tindak lanjut bila pasien pulang
R/ klien dan orang tua mungkin perlu kembali untuk keteraturan pengobatan.

8.      Implementasi
Sesuai dengan intervensi.

9.      Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.

































DAFTAR PUSTAKA

Ahlquist David A, Cammileri M. Horrison’s Principles of Internal Medicine. 15th Edition Braun Wald, Fauci, Kasper et all (editor). 2001
Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 1 Fakultas Kedokteran UI. 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar