Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Hipopituitarisme



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.

B.     Tujuan Penulisan
1.1.  Tujuan umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem endokrin.
1.2.   Tujuan khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:
a)      Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme
b)      Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme
c)       Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme
d)     Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit hipopituitarisme
e)      Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit hipopituitarisme
f)       Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita hipopituitarisme

C.    Manfaat Penulisan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian tentang pasien dengan gangguan gagal jantung.
















BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A.      Pengertian
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonad dan hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis.
Hipopituitari adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis anterior (Barbara C. Long).
Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah (Elizabeth C Erorwin).
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior.

  1. Etiologi
Hipopitutarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnya mencakup :
a)      Infeksi atau peradangan
b)      Penyakit autoimun
c)      Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu dari semua hormon lain.
d)     Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH, dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.
e)      Nekrosis hipoksik (kematian akibat kekurangan oksigen) hipofisis dan hipotalamus yang terjadi karena penurunan aliran darah atau oksigenasi dapat merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Contoh dari nekrotik hipoksik meliputi :
·         Nekrosis postpartum ( sindrom Sheehan)
·         Cedera kepala
·         Penyakit vascular, sering akibat diabetes mellitus

  1. Patofisiologi
Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituetarisma bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan parut. Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakah pasien tersebut anak-anak atau dewasa.

Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak, gagal berkembang secara seksual. Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kelainan reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien memiliki kadar hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.
Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja menimbulkan sedikit kelainan pada orang dewasa.

  1. Manifestasi Klinis
Gejala hipopituitari bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.
a)      Kekurangan hormon GH
Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tanda-tandanya meliputi pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libido menurun, nyeri senggama pada wanita.
b)      Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa: kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan berat badan, sembelit, kulit kering.
c)      Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan: terhentinya siklus menstruasi (amenore), kemandulan, vagina yang kering, hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan impotensi, pengkisutan buah zakar, berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan, hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).
d)     Kekurangan hormon ADH menyebabkan diabetes insipidus gejalanya adalah : Poliuria (Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bisa mencapai 5-10 liter. Urine sangat encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.), Polidipsia (Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 liter cairan tiap hari, terutama membutuhkan air dingin) Penurunan berat badan, Noturia, Kelelahan, Konstipasi, Hipotensi.

  1. Pemeriksaan Diagnostik
a)        Foto tengkorak (cranium)
       Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b)        Foto tulang (osteo)
       Dilakukan untuk melihat kondisi tulang.
c)        CT Scan otak
       Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus melalui komputerisasi.
d)       Pemeriksaan darah dan urine
e)        Pemeriksaan kadar hormon GH
       Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran jumlahnya meningkat. Specimen adalah darah vena yang diambil lebih kurang 5 cc.






  1. Penatalaksanaan
·         Pemberian obat-obatan hormonal.
Defisiensi gonadotropin pria post pubertas diberikan androgen (testosteron). Untuk mencapai tingkat kesuburan yang maksimal harus ditambah atau dikombinasikan dengan HCG. HCG diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai kadar testosteron normal. Wanita yang telah mencapai pubertas, mendapat terapi estrogen dan progesteron.
Defisiensi hormon pertumbuhan dapat diberikan hormon pertumbuhan sintesis (eksogen). Somatotropin (humatrop) harus diberikan sebelum epifise tulang menutup yaitu sebelum masa pubertas.

·         Tindakan Operatif
Pembedahan transphenoidalis
Pendekatan transspenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu adenoma sella tursika dicapai melalui sinus sphenoid dan tumor diangkat dengan suatu mikroskop bedah. Insisi di buat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan inipun digunakan untuk memasang implant Y. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan masuk sella tursika. Biasanya ditutup dengan lapisan fascia yang di ambil dari tungkai, sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi tungkai. Pengambilan ini dilakukan untuk mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin mampet dan suatu slang perban ditempatkan di bawahnya untuk mengabsorpsi drainase. Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Pembedahan transfrontal
Jika tumor hipofise timbul di bawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar), kraniatomi dilakukakan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-tumor intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang berdekatan dengan hipofise dapat menyebabkan disfungsi sementara maupun permanen.




BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

  1. Pengkajian
1.      Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
2.      Sejak kapan keluhan diarasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
3.      Apakah keluhan terjadi sejak lahir.
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
4.      Berat dan tinggi badan saat lahir
5.      Keluhan utama klien :
·         Pertumbuhan lambat
·         Ukuran otot dan tulang kecil
·         tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tidak ada rambut pubis, tidak ada rambut aksila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid.
·         Infertilitas
·         Impotensi
·         libido menurun
·         nyeri senggama pada wanita.
6.      Pemeriksaan fisik
·         Inspeksi : Amati bentuk, ukuran tubuh, ukur berat dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksil dan pubis dan pada klien pria amati pertumbuhan rambut di wajah (jenggot dan kumis).
·         Palpasi :  kulit pada wanita biasanya kering dan kasar.
7.      Kaji dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.




8.      Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostic seperti ;
·         Foto cranium untuk melihat pelebaran dan erosi sella tursika.
·         Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol, aldosteron, testosteron, androgen, tes stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realising hormon.

  1. Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
2.      Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
3.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
4.      Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
5.      Ansietas (cemas) berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
6.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal

  1. Intervensi Keperawatan
Dx 1 Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.

Intervensi
Rasional
Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Agar klien mampu mengungkapkan perasaannya.
Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya
klien mampu mengenal masalah kesehatan yang dihadapinya
Berikan kesempatan pada klien untuk merawat dirinya sendiri
membuat klien bisa mandiri memenuhi kebutuhannya
Kolaborasi : pemberian hormon pertumbuhan sintetis (eksogen).





Dx 2 Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.

Intervensi
Rasional
Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang kehilangan penglihatan, seperti dampaknya terhadap gaya hidup.
Dengan memberikan kesempatan pasien untuk mengatakan ketakutannya, pasien dapat melakukan koping terhadap kehilangan penglihatan
Berikan stimulasi sensoris dengan menggunakan stimulus taktil, auditorius dan gustatorius
Untuk membantu mengompensasi kehilangan penglihatan

Berikan orientasi realitas bila pasien mengalami kebingungan atau disorientasi
Agar interaksi pasien – staf menjadi lebih efisien
Berikan dan pantau keefektifan obat yang diprogramkan.
Pengobatan dapat membantu menurunkan nyeri dan mengontrol proses penyakit.


Dx 3 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.

Intervensi
Rasional
Bantu klien untuk dapat berkomunikasi.
Agar klien mampu mengalami peningkatan komunikasi
Bantu klien dalam memecahkan masalah yang dialaminya
Agar klien dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Ajarkan klien untuk dapat melakukan tehnik relaksasi yang benar
Agar klien dapat melakukan relaksasi

Dx 4 Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh.
Intervensi
Rasional
Bantu klien dalam membina saling hubungan percaya antara klien dengan perawat
Agar klien mampu membina hubungan saling percaya antara klien dan perawat.
Bantu klien dalam hal berinteraksi social
Agar klien mampu berinteraksi sosial
Bantu klien untuk meningkatkan harga dirinya kembali dengan mendukung segala tindakan, harapan, dan keinginan pasien
Agar klien mampu mendiskusikan perasaannya


Dx 5 Ansietas (cemas) berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.
Intervensi
Rasional
Berikan kenyamanan dan ketentraman hati pada klien
Agar klien memiliki rasa percaya terhadap sesame
Bantu klien dalam melakukan aktifitas yang dapat menurunkan ketegangan emosi
Agar klien dapat memberikan respon secara verbal maupun non verbal.
Ajarkan tehnik penghentian ansietas
Agarklien dapat menstimulasi dirinya kembali

Dx 6 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal

Intervensi
Rasional
Ajarkan klien melakukan cara perawatan kulit secara teratur setiap hari
Perawatan kulit yang teratur dapat memperbaiki kerusakan kulit
Anjurkan klien menggunakan lotion pelembab
Lotion pelembab menbantu menjaga kelembaban kulit klien
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk kulitnya
Menggaruk kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit.
Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.
Terpenuhinya hidrasi yang adekuat


  1. Implementasi


  1. Evaluasi











BAB IV
PENUTUP


  1. Kesimpulan
1.      Hipopituitarisme adalah sindrom klinis yang ada kaitannya dengan kelainan fungsi kelenjar hipofisis atau pituitari antara lain mencakup penyakit – penyakit akibat kekurangan hormone.
2.      Penegakan diagnosis harus meliputi manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan radiologic sehingga bias dilakukan terapi yang tepat
3.      Prognosis tergantung pada factor penyebab dan ada tidaknya lesi anatomic.

  1. Saran
1.      Bagi pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan diatas, dan dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya hipopituitarisme
2.      Bagi mahasiswa, diharapkan agar terus menambah wawasan khususnya dalam  bidang keperawatan.
3.      Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.
4.      Bagi perpustakaan disarankan untuk menyediakan buku – buku kesehatan khususnya buku – buku tentang penyakit – penyakit.










DAFTAR PUSTAKA

Taylor Cynthia, 2010, Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan, edisi 10, Jakarta ; EGC
Robibins & Cotran, 2009, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, edisi 7, Jakarta ; EGC
Barados Mary, 2009, Seri Asuhan Keperawatan Dengan Klien Gangguan Endokrin, Jakarta; EGC





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar