Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Artritis Reumatoid Juvenil ( JRA )



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Peyakit reumatik merupakan penyakit yang sebelum nya dikenal sebagai penyakit jaringan ikat.
Artritis Reumatoid Juvenil ( JRA ) adalah salah satu penyakit rheumatoid yang paling sering pada anak-anak, dan merupakan kelainan yang paling sering mennyebabkan kecaatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari sendi kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi.
Ada 3 tipe JRA  menurut awal penyakit yaitu: Oligoartritis, poliartritis, dan sistematik
 Faktor rheumatoid adalah suatu antibiotic yang biasanya ditemukan didalam darah orang dewasa yang menderita arthritis rheumatoid. Faktor RH jarang dtemukan pada anak-anak yang menderita JRA. Faktor RA lebih sering ditemukan pada anak perempuan dengan ARJ yang menyerang banyak persendian.
Pada 40 % penderita penyakit ini hanya menyerang sedikit persendian pada 40 % lainnya menyerang banyak persendian pada 20 % merupakan ARJ sistenik.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk menguangi efek rheumatoid Juvenil, yaitu : uapaya gaya hidup dan pengobatan dirumah, coping dan dukungan.


1.2.Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyususnan makalah ini adalah studi kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku dan sumber ilmiah lainnya yang berhubungna dengan makalah ini.

1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentangasuhan keperawatan Artritis Rheumatoid Juvenil, serta dapat melakukan pendekatan asuhan keperawatan.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
2.      Mahasiswa mampu menegakan diagnose keperawatan
3.      Mahasiswa mampu memberikan intervensi keperawatan
4.      Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan
5.      Mahasiswa mampu  melakukan evaluasi keperawatan

1.4.Rumusan masalah
1.      Apakah pengertian dari Arthritis Rematoid Juvenile?
2.      Apa saja etiologi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
3.      Apa sajagejala klinis dari Arthritis Rematoid Juvenile?
4.      Apa saja komplikasi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
5.      Apa saja penatalaksanan pada Arthritis Rematoid Juvenile?

1.5.Manfaat
Mahasiswa / mahasiswi mampu memahami tentang asuhan keperawatan Arthritis Rematoid Juvenile, serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Arthritis Rematoid Juvenile.

1.6. Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari  3 bab yang disusun secara sistematik dengan urutan sebagai bebrikut :
Bab I      : pendahuluan , yang terdiri dari latar belakang, metode penulisan, tujuan  rumusan masalah, manfaat dan sistematika penulisan
Bab II     : tinjauan pustaka, yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep dasar askep.
Bab III : penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Dasar Teori
2.1.1.   Pengertian
v  Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik yang krinik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristik kerusakan dan proliferasi membrane synovial, yang memnyebabkan kerusakan pada tulang sendi ankiosis dan depromitas. ( Marilyon E Doenges )
v  Arthritis Rematoid Juvenile adalah istiah yang digunakan menggambarkan jenis umum arthritis pada anak-anak
v  Arthritis Rematoid Juvenile adalah suatu penyakit autonium,dimana menyerang  persendian, yang ditandai  dengan pembengkakan nyeri dan sering kakli menyebabkan kerusakan bagian  dalam sendi.
2.1.2.   Etiologi
 Penyebabkan Arthritis Rematoid Juvenile tidak diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan akibat gangguan autonomi yang berate bahwa system kekebalan tubuh menyerang sel sendiri dan jaringan namun faktor keturunan dan lingkungan juga tampak berperan, dimana mutasi gen tertentu dapat membuat seseorang lebih rentn terhadap faktor lingkungan epeertoi virus yang dapat memicu penyakit.

2.1.3.   Patofisiologi
Arthritis Rematoid Juvenile Reaksi autonomi terjadi dalam jaringan sinolil dimana ditandia denga peradangan synovial kronis yang non suoeraktif. Jaringan synovial akan terkena edematoda, hipertensi dan infiltrasi oleh  limfosit dan sel plasma. Bertambahnya sekresi cairan sendi menimbulkan efusi penonjolandari membrane synovial yang menebalmembentuk villi yang menonjol kedalam ruang sendi. Sendi rheumatoid sinvial yang  hiperplastik dapat menyebar dan melekat pada kartilago artikuler dan struktur sendi lain nya dapat tererosi dan rusak secara progresif. Kerusakan kartilago artikuler terakhir dalam perjalanan JRA. Penghancuran sendi terjadi lebuih sering pada anak dengan penyakit faktorreumatoid positif atau penyakit yang timbul secara sistemik. Otopun akan terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

2.1.4.   Manifestasi klinis
·         Nyeri sendi
·         Pembengkakan
·         Kekakuan
·         Penurunan penggunaan satu atau lebih sendi tertentu
·         Nafsu makan berkurang, pertumbuhan lambat
·         Terbatasnya rentang gerak
·         Demam
·         Sendi terasa panas
·         Tampak kemerahan pada sendi
·         Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

2.1.5.   Faktor resiko
Anak-anak yang mederita JRA mungkin system kekebalan tubuh terlalu aktif, infeksi atau cenderung genetic untuk gangguan yang mempengaruhi sendi. Umumnya terjdi pada anak-anak yang berusia sebelum 16 tahun. Faktor resiko Arthritis Rematoid Juvenile meliputi :
a.       Seks
Secara umum Arthritis Rematoid Juvenile lebih sering dialami oleh anak perempuan
b.      Ras
Pada umumnya Arthritis Rematoid Juvenile sering dialami oleh anak-anak kulit putih dari pada anak-anak kulit hitam.

2.1.6.   Klasifikasi Arthritis Rematoid Juvenile
Penyakit ini diklarifikasi menjadi 4 kategori yaitu :
a.       Pauciarthritis
b.      Polyarthritis
c.       Oligoartritis
d.      Sistemi


a.       Pauciartritis
Merupakan jenis yang paling umum dan paling serious dari ARJ yang biasanya hanya  mempengaruhi satu sampai empat sendi, seperti : jari-jari, pergelangan kaki, pergelangan tangan pinggul atau lutut, dan biasanya pada siku.
Biasanya diderita oleh anak  perempuan muda usia 7 tahun, dan anak laki-laki lebih tua dari usia 8 tahun. Gejala meliput pembengkakan, kekakuan dan nyeri dikurang dari 4 sendi jenis ARJ ini sering mempengaruhi artikulasi lutut dan pergelangan



b.      Polyartritis
Hapir 30 % anak dengan ARJ dipengaruhi oleh penyakit yang mempengaruhi 5 aau sendi selama 6 bulan pertama dari penyakit termasuk tulang belakang, dan dapat berkembang menjadi reumamtoid arthritis dewasa. Tanda dan gejala biasanya terbatas pada sendi. Cenderung mempengaruhi sendi kecil, seperti tangan dan kaki dan sering pada kedua sisi tubuh. Gejala meliputi nyeri dan pembengkakkan dilebih dari 5 sendi disertai dengan demamringan.

c.       Oligoartritis
Varietas ini mempengaruhi kurang dari 5 sendi selama 6 bulan pertama dari penyakit. Ini juga merupakan variasi yang paling mungkin untuk fitur radang mata,  yang dapat menyebabkan kebutaan pada kasus yang jarang terjadi.

d.      Sistemik
Bentuk yang paling serius, mempengaruhi stu atau lebih sendi dan menyebabkan peradangan pada organ terminal, termasuk jantung,hati limbah dan kelenjar getah bening. Jenis yang paling sering tapi yang paling langkah dari sistemik yang dapat menyebar keorgan –organ dan menyebabkan nyeri sendi yang lebih parah dan bengkak, ruam dan demam.

2.1.7.   Pemeikaan diagnosa
1.      Tes laboratorium
·         Antinuclear antibbodi (ANA)
·         Darah lengkap (CBC)
·         Kreatinin
·         Laju endapan darah (LED)
·         hematokrtik
·         rendahnya tingkat sel darah merah
2.      X-ray
Tes diagnose yang menggunakan energy elektromagnetik
3.       Ct-scan
Sebuah prosedur pencitraan diagnose yang mengguankan kombinasi dari X-ray dan teknologi computer untu menghasilkan gambar
4.      MRI ( magnetic resonanace imaging )
Sebuah prosedur diagnostic yang mengunakan  kombinasi mmamgnet besar, radiofrequencies dan computer  untuk menghasilkan gambar detildari organ dan struktur dalam tubuh.

2.1.8.   Penatalaksanaan
v  Pendidikan  : meliputi tentang pengertian, etiologi, patofisiologi dan prognosis penyakit
v  Istirahat , karena pasien dengan ARJ disertai rasa lelah yang hebat
v  Latihan , bertujuan utuk mempertahankan sendi pasien
v  Kemoterapi
v  Pemberian gizi yang tepat
v  Terapi farmakologi
1.      Anti inflamasi non steroid ( NSAID) untuk mengurangi rasa sakit, nyeri/ bengkak
Contoh :
-        Naprosen, untuk anak-anak dosis 7 -20 mg/ kg bb/ hari peroarl dan tidak melebihi 1 gr / hari
-        Ibu proven unuk anak-aak dosis 30-50 mg/ kg bb/ hari peroral, tidak melebihi 2.4 gr per hari
2.      Kartikossteroid
Conoh methyprednisolone, pada anak dosisintravena 15- 30 mg/ kg bb/ hari diberikan 30-60 menitun tuk 2-3 hari.
3.      Antireutamik pemodifikasi penyakit ( DMARD) untuk memperlambat perkembangan penyakit
Contoh : sulfasalazine, untuk anak > 6 tahun diberikan dosis 30-50 mg/ kg bb/ hari dan tidak melebihi 2 gr / hari

2.1.9.   Komplikasi  
·         Yveitis/ peradangan mata
·         Lambat laju pertumbuhan
·         Tidak rata pertumbuhan tangan atau kaki
·         Anemia
·         Pembengkakkan disekitar jantung.

2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian
a.       Identitas
b.      Kebutuhan utama : keluhan utama yang sering menjadi alas an pada klien untuk memintah pertolonngan
c.       Riwayat kesehatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang
2.      Riwayat kesehatan terdahulu
3.      Riwayat kesehatan keluarga
d.      Pengkajian psikososial spiritual
1.      Pengkajian status emosi, kognitif dan prilaku klien
2.      Pengkajian mekanisme koping
e.       Pemeriksaan fisik
1.      keadaan umum
2.      tanda-tanda vital
3.      penfis B6 (bone)





2.2.2.      Data Dasar Pengkajian
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala        : nyeri sendi karena gerakan, nyeri takan, memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral, dan simetris
Tanda        : Malaise.
                     Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kullit, kontraktur/ kelainan pada sendi dan otot
2.      Kardiovaskuler
Gejala        : Fenomena raynaud jari tangan/ kaki                                                
3.      Intergritas EGO
Gejala      : Faktor-faktor stress akkut/ kronis;mis;financial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.keputusan  dan ketidak berdayaan ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi

4.      Makanan/ cairan
Gejela        : Ketidakmampuan  untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat; mual anereksia
Tanda        : Penurunan berat badan. Kekeringan pada makanan mukosa
5.      Hygiene
Gejala        : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan pada orang lain
6.      Neuronsensori
Gejala        : kesemutan pada tangan dan kaki; hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala        : pembekan sendi simetris
7.      Nyari/ kenyaman
Gejala        : Fase akut dari nyeri (mungkkin tidak di sertai oleh pempekakkan jaringan lunak pada sendi)
8.      Keamanan
Gejala        : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkas kaki. Demam ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
9.      Interaksi social
Gejala        : Kerusakan interaksi social dengan keluarga/ orang lain : perubahan peran, isolasi.
10.  Penyuluhan/ pembelajaran

2.2.3.      Diagnosa keperawatan.
1.      Nyeri akut/ kronis b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan, proses inflamasi, distruksi sendi.
2.      Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan muskulaskeletal dan neuromuscular serta kelakuan sendi atau kontraktur
3.      Ganguan citra tubuh b/d penyakit dan biofisik
4.      Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
5.      Resiko cedera b/d kerusakan mobilitas fisik
6.      Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi


2.2.4.      Intervensi keperawatan/d penyakit pada biofisik
1.      Dx I : Nyeri akut/kroni b/d proses inflamasi
Hasil yang diharapkan :
v    Menunjukan nyeri hilang/ terkontrol
v    Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
v    Mengikuti program farmologi yang  diresepkan
Intervensi :
1.      Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi insentitas, catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan menejemen nyeri dan efektifan program
2.      Dorong klien untuk sering mengubah posisi
R/ mencegah terjadinya kelelahan umum kekuatan sendi, menstabilkan sendi mengurangi gerakan pada sendi
3.      Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
R/ meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekuatan di pagi hari
4.      Dorong penggunaan teknik menejemen stress, misalnya relasasi progresif.
R/ meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control, menindaklanjutkan kemampuanKolaborasi pemberian analgetik sesuai
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringa dalam mengurangi kekuatan dan meningkatkan mobilitas

2.      Ganguan mobilitas fisik b/d kerusakan mukkuluskeletal, kekakuan sendi
v  Mempertahankan funngsi posisi dengan pembatasan kontraktur
v  Meningkatkatkan kekuatan dan fungsi/ kompensesi bagian tubuh
v  Mendemonstrasikan teknik yang memmungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi :
1.      Evaluasi/ lanjutan pemantauan tingkat inflamasi
R/ tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resulusi dan proses inflamasi
2.      Pertahanan istirahat tirah/ duduk
R/ istirahat sistenik di anjurkan selama akserbesi akut dan seluruh fase
3.      Bantu dengan rentang pasif/ aktif
R/ mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umur

4.      Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dan penggunaan banntuan mobilitas

R/ menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
5.      Kolaborasi, konsul, dengan individual
R/  berguna dalam memformasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan induvidal

3.      Gangguan citra tubuh b/d penyakit dan biofifisik
Hasil yang di harapkan :
v  Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan
v  Menyusun rencana realistis untuk masa depan
   Intervensi ;
1.      Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
R/ untuk mengidentivikasikan rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya langsung.
2.      Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
R/mengidentifikasi  bagaimana penyakit mempengaruhi presepsi dirindan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhanterhadap intervensi/ konseling lebi lanjut.
3.      Diskusikan presepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan
R/ istirahat verbal/ non verbal orang terdekat daapat pengaruhi bagaimana pasien memmandang dirinya sendiri
4.      Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat  jadwal aktivitas
R/ meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, berpatisipasi dalam therapi
5.      Bantu dalam kebutuhan perawatan yang di perlukan
R/ mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
4.      Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
Hasil yang di harapkan :
v  Melaksanakan aktiviytas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
v  Mendemonstrasikan perrubahan teknik/ gaya  hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
v  Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan keperawatan diri
Intervensi :
1.      Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
R/ menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
2.      Diskusikan tentang tingkat fungsi umum sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial
R/dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adptasi yang di perlukan dalam keterbatasan saat ini
3.      Pertahankan mmobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan
R/ mendukung kemandirian fisik/ emosional
4.      Konsul dengan ahli therapinokupasi
R/ untuk menentukan alat bantu dalam  kebutuhan individual.
5.      Kolaborasi : atur evaluasi kesehatan di rumah  sebelum pemulangan dengan evaluasi dengan  setelahnyan.
R/ mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkkin di hadapi, karena tingkat kemampuan aktual
5.      Resiko cedera b/d kerusakan mobilitas fisik
Hasil yang di harapkan :
v Mengidentifikasi faktor-faktor resiko induvidu
v Memodifkasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan mengguanakan sumber-sumber secara tepat
Intervensi :
1.      Pantau tanda-tanda  vital dan warna kulit, misalnya tekanan darah, denyut nadi, pernapasan pucat, kulit/ perubahan warna
R/ timbulnya pendarahan dapat menimbulkan sirkulasi /syok
2.      Pantau perubahan tinngkat kesadaran dan ganngguan pengelihatan
R/ perubahan dapat menunjukan adanya pendarahan otak
3.      Mempartahankan lingkungan yang aman, misalnya : menjagah agar seluruh benda yang di perlukan dan bel pemanggil berada dalam jangkauan pasien
R/ mengurangi cedera yang tidak di sengaja, yang dapat menyebabkan pendarahan.
4.      Hindari benda-benda tajam dari klien
R/ agar tidak terjadi cedera pada klien
6.      Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
Hasil yang di harapkan :
v  Menunjukan pemahaman tentang kondisi dan perawatan
v  Mengembanngkan rencana untuk perawatan diri
Intervensi :
1.      Diskusi kebiasaan pasien dalam piƱatalaksanaan proses penyakit
R/ untuk menekan inflamasi, mempertahankan fungsi sendi, dan mencegah deformitas
2.      Tekanan tentang pentingnya melanjutkan menejemen farmakoterapeutik
R/ keuntungan dari therapy obat-obatan tergabtung pada ketetapan dosis
3.      Berikan informasi mengenai alat bantu
R/ memungkinkan induvidu untuk ikut serta  secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutukan
4.      Diskusikan teknik mrnghemat energy
R/ mencegah kepenatan, memberikan nkemudahan keperawatan diri, dan kemandirian
5.      Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisi dan manejemen stress.
R/ mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks

2.2.5.   Implementasi
           Sesuai intervensi
2.2.6.   Evaluasi
           Sesuai tujuan
































BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
ARJ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis umum atrithis pada anak-anak. ARJ pennyakit kronis jangkah panjang yang mengakibatkan nyeri, sendi dan bekat.
Artiritis rematoid juvenile juga dikenal sebagai atritis idiopotik remaja, adalah jenis arthritis yang paling umum pada anak-anak di bawah usia 16, namun penyakit bisa mempengaruhi perkembangan tulang  pada anak  yang sedang tumbuh. ARJ di anggap sebagai penyakit yang sednag tumbuh. ARJ di annggap sebagai penyakit automiun, dan bukan merupakan penyakit bawaan, sering terjadi pada anak perempuan di bandingkan anak laki-laki, ARJ menyebabkan nyeri yang terus-terus, pembekakan dan ketakutan
Secara umum penyakit ini di cirikan sebagai penyakit oleh inflamasi kronik, sendi, edema, bengkak, nyery, infiltrasi limfosit das el plasma,, penebalan membrane synovial, pembentukan pannus, destruksinkartilago, dll.

3.2.      Saran
Bagi mahasiswa agar benar-benar dapat memahami asuhan keperawana dengan arthritis rematoid juvenile, dan mampu melaksanakan penanganan yangtepat dan benar dalam masalah. Khususnya masalah atritis rheumatoid juvenile, sehinngga masalah  dapat diatasi dengan maik dan benar.


















DAFTAR PUSTAKA


Bruner d Sudat, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 vol 2. Egc : Jakarta
Muuaqin arif , 2002. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan System mukuluskeletal. Egc  : Jakarta
Silryn A. price, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6 volume 2. Egc : Jakarta
www. Medikastore. Com

1 komentar:

  1. Impotensi / Disfungsi ereksi atau dikenal juga dengan lemah syahwat merupakan kondisi dimana seorang pria tidak mampu ereksi (penis tegang/keras).

    Kondisi ini juga bisa diartikan ketidakmampuan seorang pria mempertahankan ereksinya ketika melakukan hubungan seksual. Dengan kata lain, Penis atau alat vital pria kurang keras atau lembek.

    Kondisi ini sebenarnya sangat berbahaya bagi kehidupan seksual sebuah pasangan. Namun kebanyakan pria malu untuk mengakui dan mengkonsultasikan masalah ini. Padahal dengan berkonsultasi, komunikasi dengan pasangan dan pengobatan yang tepat akan membuat lebh mudah menyembuhkan kondisi ini.

    Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang

    Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini

    hubungi Dokter | Chatting gratis

    BalasHapus