Senin, 17 Oktober 2016

MAKALAH PERAWATAN LUKA GANGREN



MAKALAH
PERAWATAN LUKA GANGREN

 

 
O L E H

KELOMPOK
SEMESTER IV/D



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2013





KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yg Maha Esa, Karena atas segala Rahmat dan Karunia Nya saya bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini.Makalah kami ini berjudul Perawatan Luka Gangren yang merupakan salah satu persyaratan bagi kami dalam menyelasaikan tugas-tugas sebagai seorang mahasiswa SI keperawatan.
Penyajian Materi dalam makalah ini, kami tampilkan dalam bentuk yg mudah dipahami.Berdasarkan Penyusunan seperti ini,kami berharap dapat memahami konsep Perawatan  ini dengan mudah serta mengenal aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun Demikian kami menyadari keterbatasan kami dalam penyususnan makalah ini.Untuk itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,terutama dosen keperawatan demi penyempurnaan makalah pada edisi-edisi beriukutnya.
Akhir kata, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senag hati.

                                                                                                         Maumere,   April 2013

                                                                                                           
                                                                                                                      Penulis










BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang mati. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah komplikasi pada pembuluh darah. Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun kapiler penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah (angiopati diabetik)
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
Beberapa faktor secara bersama-sama berperan pada terjadinya ulkus/gangren diabetes. Dimulai dari faktor pengelolaan penderita DM terhadap penyakitnya yang tidak baik, adanya neuropati perifer dan autonom, faktor komplikasi vaskuler yang memeperburuk aliran darah ke kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap infeksi akibat respons kekebalan tubuh yang menurun pada keadaan DM tidak terkendali, serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien sehingga terjadi masalah gangren diabetik.
Secara umum, gangren diabetik biasanya terjadi akibat triad berikut :
1.         Neuropati perifer
2.         Insufisiensi Vaskuler Perifer (Iskemik)
3.         Infeksi
Penderita yang beresiko tinggi mengalami gangren diabetik adalah :
1.         Lama penyakit diabetes yang melebihi 10 tahun
2.         Usia pasien yang lebih dari 40 tahun
3.         Riwayat merokok
4.         Penurunan denyut nadi perifer
5.         Penurunan sensibilitas
6.         Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion atau kalus)
7.         Riwayat ulkus kaki atau amputasi
8.         Pengendalian kadar gula darah yang buruk
1.2    Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka gangrene pada pasien/klien yg menderita luka DM.
1.2.2    Tujuan Khusus
Mencegah komplikasi akibat luka gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap perawatan luka.

1.3    Manfaat
Perawat  mampu menjadi educator bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara holistik.






















BAB II
ISI

Rangkaian yang khas dalam proses timbulnya gangren diabetik pada kaki dimulai dari cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit kering, atau pembentukan sebuah kalus. Jaringan yang terkena mula-mula menjadi kebiruan dan terasa dingin bila disentuh. Kemudian, jaringan yang mati, menghitam dan berbau busuk.
Cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaannya sudah menghilang dan bisa berupa cedera termal, cedera kimia atau cedera traumatik. Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis) atau akibat gangren biasanya merupakan tanda pertama masalah kaki yang menjadi perhatian penderita.
Gangren diabetik diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu :

Tingkat 0
·       Resiko tinggi untuk mengalami luka pada kaki
·       Tidak ada luka
Tingkat 1
·       Luka ringan tanpa adanya infeksi, biasanya luka yang terjadi akibat kerusakan saraf
·       Kadang timbul kalus
Tingkat 2
·       Luka yang lebih dalam, sering kali dikaitkan dengan peradangan jaringan disekitarnya
·       Tidak ada infeksi pada tulang dan pembentukan abses
Tingkat 3
·       Luka yang lebih dalam hingga ke tulang dan terbentuk abses
Tingkat 4
·       Gangren yang terlokalisasi, seperti pada jari kaki, bagian depan kaki atau tumit
Tingkat 5
Gangren pada seluruh kaki







Klasifikasi gangren diabetik lain (gabungan dari klasifikasi Wagner dan Liverpool) :
Stadium
Grade

0
1
2
3
A
·       Tanpa tukak atau pasca tukak
·       Kulit intak/utuh
Luka superficial tidak sampai tendom kapsul sensi atau tulang
Luka sampai tendon atau kapsul sendi
Luka sampai tulang dan sendi
B
………………………………………dengan infeksi………………………….
C
…………………………dengan iskemia………………………………………
D
…………………………dengan infeksi dan iskemia…………………………

Penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari proses inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren, tindakan debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang memadai. Prinsip dasar pengelolaan gangren diabetik, adalah :
1.        Evaluasi keadaan luka dengan cermat
a.       keadaan klinis luka
b.      dalamnya luka
c.       gambaran radiologi (adakah benda asing, osteomielitis, gas subkutis)
d.      lokasi luka
e.       vaskularisasi luka
2.        Pengendalian keadaan metabolik sebaik-baiknya
3.        Debridement luka yang adekuat dan radikal, sampai bagian yang hidup
4.        Biakan kuman baik aerob maupun anaerob
5.        Antibiotik yang adekuat
6.        Perawatan luka yang baik, balutan yang memadai sesuai dengan tingkat keadaan luka
7.        Mengurangi edema
8.        Non weight bearing : tirah baring, tongkat penyangga, kursi roda, alas kaki khusus, total contact casting
9.        Perbaikan sirkulasi-vasculer surgery
10.    Tindakan bedah rehabilitatif untuk memperbaiki kemungkinan dan kecepatan penyembuhan
11.    Rehabilitasi
            Peran perawat dalam perawatan luka gangren adalah mencegah komplikasi akibat luka gangren dengan menerapkan teknik aseptik pada tiap perawatan luka, selain itu perawat harus mampu menjadi educator bagi pasien, dan memberi asuhan keperawatan secara holistik.

2.1  CARA MERAWAT LUKA GANGREN:
2.1.1    Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan:
1.        Pinset anatomi 1 buah dan pinset cirurgis 1 buah
2.        Gunting Arteri 1
3.        Cucing
4.        Persegi satu buah
5.        Kom satu buah
6.        Bengkok
7.        Larutan NaCl 0,9 %
8.        Sarung tangan satu pasang
9.        Spuit 50 cc
10.    Kassa
11.    Alkohol 70 %
12.    Metronidazole powder
13.    Duoderm gel
14.    Kaltostat, Aquacel
15.    Pembalut Duoderm CGF
16.    Duoderm Paste
17.    Duk steril
2.1.2    Persiapan Pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan klien disiapkan pada posisi yang nyaman.
2.1.3    Cara Perawatan Luka :
1.        Letakkan cucing (dua buah), kapas, kassa, pinset anatomis, gunting di atas duk steril.
2.        Isi cucing dengan kapas dan larutan NaCl
3.        Cuci luka dengan cairan NS (NaCl 0,9%) sambil digosok secara lembut dengan tangan yang terbungkus sarung tangan
4.        Jika luka berongga gunakan tube (NSV bayi atau folley kateter anak) & spuit 50 cc
5.        Keringkan luka dengan kassa secara lembut (ditutul), jangan digosok.
6.        Bersihkan kulit utuh sekeliling luka dengan alkohol 70% (radius 3-5cm dari tepi luka)
7.        Taburi dasar luka dengan metronidazole powder (500 mg) secara merata untuk   mengurangi bau pada luka.
8.        Isi rongga luka/dasar luka dengan Duoderm Hydroactive gel sampai 1/2 kedalaman  rongga luka
9.        Campurkan Duoderm Hydroactive gel dengan metronidazole powder (500mg) dalam  cucing steril.
10.    Isikan ke dalam luka sampai terisi ½ kedalaman luka
11.    Tutup luka dengan absorbent dressing:
a.         Kaltostat
b.        Aquacel
12.     Masukkan Kaltostat rope / Aquacel (absorbent as primary dressing) ke dalam rongga luka (fill dead space) & di atas luka untuk mengabsorbsi exudate yg berlebihan.
13.    Sisakan 1 cm absorbent dari tepi rongga luka.
14.    Tutup dengan pembalut: Duoderm CGF Extrathin secara tepat untuk memberikan moist   environment. Jangan menarik pembalut.
15.    Berikan penekanan ringan secara merata pada pembalut selama 30 detik agar melekat  rata dipermukaan kulit
16.    Jika warna dasar luka merah (granulasi) namun masih cekung beri Duoderm Paste secara merata diatas permukaan luka.
17.    Tutup absorbent jika perlu.
18.    Tutup dengan Duoderm CGF secara tepat
19.    Ganti pembalut jika telah jenuh oleh exudate.
20.    Jadwal penggantian balutan dapat ditentukan setiap 3 - 7 hari sekali, tergantung warna dasar luka dan jumlah exudates

2.1.4    Dokumentasi keadaan luka, dan perawatan luka
Sebagai educator bagi pasien, perawat memberi informasi tentang pentingnya nutrisi bagi kesembuhan luka dan pemberian terapi antibiotik. Penderita gangren disarankan untuk tirah baring, dan menhjaga kesehatan (terutama gula darahnya). Nutrisi yang diberikan harus sesuai prinsip 3 J (Jumlah kalori, Jadwal diit, dan Jenis makanan).
Pencegahan jauh lebih disukai daripada penyembuhan. Beberapa faktor resiko untuk penyakit vaskuler perifer pada pasien DM tidak dapat diobati, misalnya usia dan lamanya menderita DM, tetapi banyak faktor resiko laon yang dapat ditangani misalnya merokok, hipertensi, hiperlipidemia, hiperglikemia, dan obesitas.
Pendidikan tentang perawatan kaki merupakan kunci mencegah ulserasi kaki. Perawatan kaki dimulai dengan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan menminyakinya (menggunakan lotion), kemudian inspeksi kaki tiap hari (periksa adanya gejala kemerahan, lepuh, fisura, kalus atau ulserasi), memotong kuku dengan hati-hati. Pasien disarankan untuk mengenalan sepatu yang pas dan tertutup pada bagian jari kaki. Perilaku beresiko tinggi harus dihindari, misalnya : berjalan tanpa alas kaki, menggunakan bantal pemanas pada kaki, mengenakan sepat terbuka pada bagian jarinya, memangkas kalus.














BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penyembuhan luka selalu terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai dari proses inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren, tindakan debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang memadai

3.2  Saran
·           Merawat Luka tersebut agar tidak terkonta minasi
·           Menghilangkan jaringan Oleh bakteri dan benda asing yang terkontaminasi sehingga Pasien dilindungi terhadap kemingkinan invasi bakteri.
·           Menghilangkan jaringan yg sdh mati dalam persiapan penyembuhan luka.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar