Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Morbili




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal(kataral), stadium erupsi dan stadium konvalensen yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa.Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.Cara penularan dengan droplet infeksi.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Pencegahan dapat dilakukan dengan Imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Melalui imunisasi aktif dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.






B.     Tujuan 

1.      Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/i memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan morbili
2.      Tujuan khusus
Setelah menyelesaikam makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
·       Mengetahui pengkajian pada pasien dengan morbili
·       Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien morbili
·       Menetukan intervensi keperawatan.
·       Melakukan tindakan keperawatan pada pasien morbili
·       Membuat evaluasi keperawatan pada pasien morbili
·       Pendokumentasian




















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian
1.        Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik .
( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
2.        Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi .
( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

B.     Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah. Virus ini sangat sensitife tehadap panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 30°C dan -20°C, sinar ultraviolet, tripsin dan betapropiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak menggangu aktivitas komplemen. Penyakit ini bisa menyebar lewat udara.






C.    Manifestasi klinis
1.        Stadium Inkubasi
Berlangsung selama 10-12 hari, tanpa gejala namun selama 6-10 hari timbul ruam (gejala awitan).
2.        Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eritema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumonia. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
3.        Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
4.        Stadium konvalesensi
Ruam bersifat hemorhagis pada kasus yang berat disertai dengan ruam-ruam kulit yang menyatu sehingga dapat dijumpai peteki dalam jumlah yang besar serta ekimosis ekstensif. Perasaan gatal umumnya hanya sedikit. Dengan menghilangnya ruam-ruam kulit maka terjadi pengelupasan kulit seperti sekam dan perubahan warna menjadi kecoklatan yang kemudian menghilang dalam waktu 7-10 hari.Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

D.    Penatalaksanaan
1.        Morbili merupakan suatu penyakit self limiting sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu :
·         Memperbaiki keadaan umum
·         Antipiretika bila suhu tinggi.
·         Sedativum
·         Obat batuk
2.        Antibiotika diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder.
Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili yang mengalami ensefalitis yaitu :
·      Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari
·      Prednikson 2mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu seminggu.
3.        Indikasi masuk rumah sakit, dianjurkan apabila :
·      Morbili yang disertai komplikasi berat.
·      Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat, yaitu bila ditemukan:
ü  Bercak atau eksentem merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.
ü  Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan pneumonia.
ü  Dehidrasi berat
ü  Kejang dengan kesadaran menurun.



E.     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit morbili adalah pemeriksaan IgM campak, kenaikan titer signifikan dari Ig G pada fase akut (4 hari timbul ruam) dan masa konvalesensi (2-4 minggu kemudian), pemeriksaan Ig M spesifik campak, dan pemeriksaan lisa deteksi Ig M dan Ig G.
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
F.     Pencegahan
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang dapat diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
1.    Imunisasi aktif
 Vaksin yang diberikan ialah “ Live attenuated measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin dilengan lain.Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.


Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibodi yang dibawa sejak lahir.
Vaksin ini tidak boleh dilakukan bila :
·         Menderita infeksi saluran pernapasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 380C.
·         Riwayat kejang demam.
·         Defisiensi imunologik.
·         Sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.
Efek samping :
·         Hiperpireksia (5-15 %)
·         Gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas ( 10-20 %)
·         Morbili form rash (3-15%)
·         Kejang demam ( 0,2%)
·         Ensefalitis ( 1 diantara 1,16 juta anak)
·         Demam ( 13,95%)

2.    Imunisasi Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena resiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose. Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin
G.    Komplikasi
1.      Otitis Media
Merupakan salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan.
2.      Mastoiditis
Merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotika komplikasi ini dapat dicegah.
3.         Pneumonia
Merupakan penyebab kematian utama dari morbili. Hal ini dapat terjadi oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Secara klinis manifestasinya dapat berupa bronkiolitis, bronkiopneumoni, dan lobar pneumoni. Bakteri yang sering menimbulkan pneumoni pada morbili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influenzae,dan kadang – kadang disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela. Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya gangguan pernafasan disertai panas yang menetap. Dengan foto thorax dapat memperkuat diagnosis.
4.         Ensefalitis
Merupakan komplikasi yang berat dan sering menyebabkan kematian. Insiden komplikasi ini berkisar 0,1 – 2 % dan biasanya tmbul di hari ke 2-6 setelah timbul rash. Patogenesis komplikasi ini belum diketahui secara pasti, beberapa dugaan seperti akibat invasi langsung virus morbili ke otak aktivasi virus yang laten, atau enselofalomielitis tipe alergi. Gejala – gejalanya berupa panas, koma atau kelemahan umum.
5.         Gastroenteritis
Merupakan komplikasi yang cukup banyak ditemukan, dengan insidens berkisar 19,1-30,4 %.
6.         Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang ( anoreksia; muntah) menderita komplikasi.







BAB III
KONSEP DASAR ASKEP


A.    Pengkajian
1.         Identitasdiri
2.         Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a)        Pertumbuhan fisik : Berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala pada saat lahir dan sebelum berusia 2 tahun; periode pertumbuhan cepat atau lambat.
b)        Tahap perkembangan yang penting: usia anak ketika ia dapat angkat kepala, berguling, duduk, berdiri, berjalan, dan berbicara.
c)        Perkembangan wicara : performa di pra-sekolah dan sekolah.
d)       Perkembangan sosial : pola tidur malam dan siang hari; toilet training; masalah dalam bicara; kebiasaan perilaku; masalah disiplin; prestasi di sekolah; hubungan dengan orang tua,saudara kandung, dan teman sebaya.
e)        Riwayat imunisasi.
3.         Riwayat Penyakit Keluarga
Jika ibu penderita Morbili sudah menderita morbili, maka secara tidak langsung bayi akan mendapatkan kekebalan secara pasif ( plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan menurun, sehingga si bayi dapat menderita morbili.Bila si ibu belum pernah menderita Morbili maka bayi yang dilahirkannya tidak memiliki kekebalan trhadap morbili dan dapat menderita Morbili setelah dilahirkan.
4.         PemeriksaanFisik
1.        Keadaan Umum :
·      Kondisi umum
·      TTV




Suhu : peningkatan suhu
RR : penurunan RR
TD : 108/ 58 mmHg
Nadi : 90 x per menit

2.      HEENT :
·      Head ( kepala ) :   sakit kepala
·      Eye ( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
·      Ear ( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian belakang
·      Nose (hidung) :  Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
·      Mouth ( mulut ) : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit. Terdapat Koplik’s Spot.
3.   Leher :
·      Terdapat eritema makulopapuler.
·      Terjadi hiperplasia jaringan limfe pada tonsil, adenoid, dan hiperplasia.
4.   Nodus Limfe :
·      Terdapat eritema makulopapuler
·      terjadi pembesaran karena mengalami hiperplasia jaringan limpatik.
5.   Paru :
·      terdapat sputum mukopurulent
·      dispnea
·      kongesti dapat didengar, tetapi tampak dari jalan napas atas ( lebih keras didekat mulut)
·      wheezing, ronchi, batuk






6.   Kardiovaskular :
·      titik impuls maksimum (TIM) pada ruang antar iga ke 4 atau ke 5 dan garis mediastinum
·      S1 dan S2 normal
·      tidak ada murmur atau bunyi jantung abnormal
·      nadi femoralis normal, nadi dorsalis pedis dapat diraba bilateral
7.   Payudara :
normal, dengan beberapa lemak dibawah keduanya
8.   Abdomen :
·      menonjol, tapi lunak tidak ada rasa nyeri tekan
·      hepar meluas 2 cm di bawah margin kosta kanan (MKKa) dan tidak ada nyeri tekan
9.   Genetalia :
·      tanner I penis yang disirkumsisi
·      tidak ada rambut pubis, lesi, atau rabas
·      testis turun, sulit untuk memalpasi karena reflek kresmaterik aktif
·      skrotum normal di kedua sisi
10.               Muskuloskeletal :
·      rentang gerak normal pada ekstermitas atas dan bawah serta semua sendi
·      tulang belakang lurus
·      cara berjalan normal
11.               Neurologis :
 status mental, gembira (anak yang kooperatif)
 perkembangan (DDDST) motorik kasar






12.    Integumen:
Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makulopapular merah pada leher, muka, lengan dan kaki, eritema, panas demam).
Berkelompok pada tempat timbul yang pertama, kemudian terpisah ke tempat lain. Menjadi kecoklat-coklatan dalam 3-4 hari, dan mengalami desquamasi.
Pada stadium konvalensi terdapat ruam bersifat hemorhagis dan dapat dijumpai peteki dalam jumlah yang besar serta ekimosis ekstensif
Keterangan:
o   Makula : kelainan warna kulit, berupa bercak datar dan kecil dari kulit sekitarnya berukuran < 1 cm.
o   Papula : peninggian kulit, agak padat/solid, diameter < 1,5 cm. Terjadi karena penumpukan hasil metabolit.
o   Ekimosis:
Tampilan : berwarna ungu memudar menjadi berwarna hijau, kuning dan cokelat setiap saat. Berukuran lebih besar dari peteki; melingkar, oval atau tidak teratur.
Penyebaran : bervariasi.
Pengertian : darah di luar pembuluh darah; sering terjadi akibat memar atau trauma; juga terlihat pada gangguan perdarahan.
o    Petekia:
Tampilan : merah gelap atau ungu kemerahan; memudar setiap saat; berukuran 1-3 mm atau lebih besar; melingkar, kadang-kadang tidak teratur, datar.
Distribusi : bervariasi.
Makna : darah diluar pembuluh darah; dapat menunjukkan gangguan perdarahan atau jika merupakan peteki emboli pada kulit.






B.     Diagnosa keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas inefektif b/d adanyapenumpukan sekret
2.      Hipertermi  b/d adanya proses inflamasi.
3.      Resiko kekurangan volume cairan tubuh b/d diare
4.      Kerusakan Integritas Kulit b/d adanya Ploriferasi sel-sel endotel kapiler di dalam korneum.
5.      Nutrisikurangdarikebutuhantubuh b/d intake yang tidakadekuat
C.    Intervensi
Dx 1.Bersihan jalan nafas inefektif berhubungandenganadanyapenumpukan sekret
Intervensi :
1)    Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis., mengi, krekles, ronki.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis., penyebaran, krekles basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas
2)   Kaji frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres / adanya proses infeksi memanjang dibanding inspirasi
3)   Catat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu
R/ Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4)   Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
5)   Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut
6)   Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
Kolaborasi:
7)   Berikan obat sesuai indikasi
Bronkodilator, mis., β-agonis : epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin (Brethine, Brethaire); isotetarin (Brokosol, Bronkometer); Xantin, mis., aminofilin, oxitrifilin (Choledyl); teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)

Dx 2. Hipertermi  berhubungan dengan adanya proses inflamasi
Intervensi:
1)   Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
R/ aktivitas berlebih saat suhu sedang naik akan mengakibatkan metabolisme juga meningkat.
2)    Berikan kompres air hangat
R/ air hangat dapat menyebabkan vasodilatasi. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
3)    Anjurkan pasien untuk banyak minum.
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4)    Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
R/ pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
5)    Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
R / pemberian cairan sangat penting untuk pasien dengan suhu tunggi.
                   Kolaborasi :
                   Berikan analgesic sedative saat tidur sesuai indikatornya


Dx 3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diare
1)    Pantau turgor kulit setiap giliran jaga dan catat penurunanya
R/ turgor kulit buruk merupakan suatu tanda dehidrasi
2)    Periksa membran mukosa mulut setiap giliran jaga
R/ Membran mukosa yang kering merupakan suatu tanda dehidrasi
3)    Pantau tanda tanda vital setiap 4 jam
R/ takikardia, hipotensi, dispnea, atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan
4)    Ukur berat badan pasien setiap hari dan catat hasilnya
R/ pengukuran berat badan setiap hari dapat membantu memperkirakanstatus cairan tubuh
5)    Berikan dan pantau cairan parenteral, sesuai anjuran
R/ untuk mengembalikan kehilangan cairan
6)    Pantau nilai elektrolit dan laporkan ketidaknormalanya
R/ kehilangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit signifikan
Kolaborasi
7)    Berikan pengobatan antiemetik dan antidiare
R/ untuk mencegah kehilangan cairan 

Dx 4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan adanya Ploriferasi sel-sel endotel kapiler di dalam korneum.
Intervensi :
1)   Jelaskan pada px tentang kondisi penyakitnya
R/ pasien dapat mengerti tentang alasan dilakukannya tindakan agar dapat meningkatkan kepatuhan pada tindakan perlindungan dan pencegahan.
2)   Jelaskan tentang pentingnya masukan nutrisi
 R/ selama dilakukan pengobatan tubuh harus membangun dan memperbaiki jaringan dan melindungi diri dari infeksi. Proses ini memerlukan peningkatan masukan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral
3)      Ajarkan kewaspadaan untuk melindungi integritas kulit seperti  Jangan mencuci area luka
R/ kelembaban meningkatkan reaksi kulit.
4)    Hindari sabun keras, salep, krim kosmetik dan deodoran pada daerah luka, kecuali diijinkan tenaga kesehatan
R/ bahan kasar dapat meningkatkan kerentanan kulit terhadap kerusakan
5)    Hindari pemajanan pada kulit yang luka terhadap matahari, kolam renang dengan klorida, angin dan pencukuran
R/  pemajanan ini dapat menyebabkan kerusakan tambahan
6)    Gunakan pakaian katun yang longgar pada kulit yang luka
R/ pakaian katun longgar dapat meminimalkan iritasi dan cidera pada permukaan epitel
Kolaborasi
7)    Gunakan salep vit.A dan vit.D tipis pada kulit yang kering bila diperlukan
R/ salep vit.A dan vit.D dapat mencegah/ mengatasi kulit kering

Dx 5. Nutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandenganintake yang tidakadekuat

Intervensi :
1)    Beri kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
R/ untuk membantu mengkaji penyebab gangguan makan
2)    Observasi dan asupan pasien (cair dan padat )
R/ untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplement yang diperlukan
3)   Tawarkan suplement tinggi protein, tinggi kalori, seperti susu kocok, puding, atau es krim
R/  makanan tersebut mencegah kerusakan protein tubuh dan memberikan kalori energi




4)    Ciptakan lingkungan yagn menyenangkan pada waktu  makan
R/ untuk meningkatkan nafsu makan klien
5)    Pantau dan catat pola eliminasi
R/ pasien dapat menggunakan laksatif atau diuretik untuk memprtahankan berat badan rendah karena tidak menyukai makanan


D.    Implementasi
Sesuia dengan intervensi

E.     Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil























BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium ; (1) stadium inkubasi, yang berlangsung kurang lebih 10-12 hari disertai dengan sedikit tanda-tanda atau gejal-gejala; (2) stadium prodromal yang disertai suatu enatema ( bercak koplik) pada mukosa pipi dan faring, demam ringan hingga sedang, konjungtivitis ringan, coryza dan batuk yang bertambah berat serta (3) stadium akhir, yang disertai raum-ruam kulit berbentuk makulopapuler, muncul berurutan mulai dari leher dan muka, lengan serta tungkai diiringi dengan demam tinggi. Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang dapat diberikan dapat berupa pasif dan aktif. Dalam asuhan keperawatan pada klien dengan morbili terdapat diagnosa diagnosa bersuhan jalan napas, hipertermi, kekurangan volume caiaran dan gangguan integritas kulit dengan fokus utama dalam asuhan keperawatanya yaitu pada sistem integumen.

B.     Saran
1.    Mahasiswa/i diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan morbili.
2.    Bagi pasien morbili
Diharapkan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam mengatasi dan mengobati morbili.









DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E. 1993. Ilmu kesehatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.EGC. Jakarta 
Engel, Joyce. 1998. Pengkajian Pediatrik. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar