Senin, 17 Oktober 2016

ASUHAN KEPERAWATAN “SINDROM GUILLAIN BARRE”



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
“SINDROM GUILLAIN BARRE”
 
 



OLEH

RIKARDUS BAEK
011100165




FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2014






KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan bimbingannya, penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan unutk mendapat nilai tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah keperawatan sistem persyaratan pada fakultas ilmu-ilmu kesehatan. program studi S1 keperawatan, sekaligus sebagai ajang latihan bagi kami dalam penyusunan makalah. Di mana makalah ini mengajukan serangkaian penjelasan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan” Guillain Barre Syndrom.
Penulisan sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf bila pembaca menemukan berbagai bentuk kesalahan dan juga bila ada sarapan dan kritik yang bersifat yang bersifat membangun sangat dinantikan dengan lapang dada.
Akhir kata penulis berharap, semoga makalah itu dapat mermanfaat, bagi kita semua.


Maumere, Februari 2014

                                                                                                            Penulis













DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..........................................................................................................             i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................             ii

BAB I PENDAHU1LUAN..................................................................................................             1
1.1.     Latar Belakang....................................................................................................             1
1.2.     Tujuan.................................................................................................................             1
1.3.     Manfaat Penulisan..............................................................................................             2
1.4.     Metode Penulisan...............................................................................................             2
1.5.     Sistematika Penulisan.........................................................................................             2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................             3
A.       Konsep Dasar Medis...........................................................................................             3
1.      Pengertian....................................................................................................             3
2.      Etiologi........................................................................................................             3
3.      Patofisiologi.................................................................................................             3
4.      Tanda dan Gejala.........................................................................................             4
B.       Asuhan Keperawatan..........................................................................................             7
1.      Pengkajian....................................................................................................             7
2.      Pemeriksaan Fisik........................................................................................             7
3.      Pemeriksaan Psikososial...............................................................................             7
4.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan........................................................             8

BAB III PENUTUP..............................................................................................................             11
1.1.   Kesimpulan.........................................................................................................             11
1.2.   Saran...................................................................................................................             11

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sindrom Guillain Barre (SGB) merupakan suatu sindromm klinis yang ditandai adanya parasilis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses automun di mana targetnya adalah saraf perifer, radiks dan servus krantalis.
Pada tahun 1859, seorang neurologis Perancis, Jean-Batiste Landry pertama kali menulis tentang penyakit ini. sedangkan istilah Landry Scending Paralisis diperkenalkan oleh Westphal. Asler menyatakan terdapatnya hubungan GBS dengan kejadian infeksi akut. Pada tahun 1916, Guillain barre dan Strohl menjelaskan tentang adanya perubahan khas berupa peninggian protein cairan  serebral (CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. Nama GBS dipopulerkan oleh Digonesca dan Claudin. Menurut Lambert dan Murder mengatakan bahwa unutk menegakkan diagnosa GBS selain berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan CSS, juga adanya kelainan pada pemeriksaan EMG dapat membantu menegakkan diagnosa. Terdapat perlambatan kecepatan hantar saraf pada EMG.
Insiden sindrom Guillain Barre bervariasi antara 0,6-1,9 per 100.000 orang pertahun. Selama periode 42 tahun central medical  mayo clinic melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate 1,1/100.000 orang. Data di Indonesia mengenai gambaran epidemologi belum banyak penelitian chandra menyebutkan bahwa insiden terbanyak di Indonesia adalah dibawah usia 35 tahun dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir sama.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar memperoleh nilai tugas
1.2.2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian, penyebab perjalanan penyakit, dan pencegahan dari sindrom Guillain Barre.





1.3.Manfaat Penulisan
1.3.1.  Bagi penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Sindrom Guillain  Barre (GBS)
1.3.2. Bagi pembaca
Menambah referensi sumber bacaan singakt tentang Sindrom Guillain Barre (GBS)

1.4.Metode Penulisan
Penulis menulisakan makalah ini dengan metode kepustakaan

1.5.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan terdiri dari III Bab:
BAB I       : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Metode
BAB II      : Landasan Teori, terdiri Konsep Dasar Askep dan Konsep Dasar Medis
BAB III    : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran




















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar Medis
1.      Pengertian
·      Guillan barre Syndrome (GBS) adalah proses peradangan akut dengan karakteristik kelemahan motorik dan paralisis yang disebabkan karena demyelin pada saraf preifer.
·      Guillan Barre Syndrome (GBS) adalah akut idiopatik, polyneuritis, infeksus polyneuritis, Landry Guillain Bare Stohi Syndrome Landdrys Paralisis.
Sindrom penyakit ini berupa paralisis flaccid asenden simetris yang berkembang secara tepat, biasanya mengikuti infeksi virus.

2.      Etiologi
Secara pasti pnyebab GBS tidak diketahui, namun diduga berkaitan dengan :
·         Penyakit akut, trauma, pembedahan, dan imunisasi 1-4 minggu sebelum tanda dan gejala.
·         Infeksi saluran pernapasan akut, penyakit gastrointestinal
·         Reaksi Imunologi.
·         Infeksi virus : meosis, mumps, rubella, influenza A, influenza B.
·         Vaksin : rabies swine flu.

3.      Patofisiologi
Adanya kerusakan myelin diantara Node Of ranvier ditemukan pada sebagian besar kasus GBS, sehingga konduksi impuls akan lambat dan terganggu. Seperti diketahui myelin berfungsi menghantarkan impuls yang pada respon motorik berasal dari otak. Keadaan ini yang mengakibatkan kelemahan/paralisis pada ekstermitas bawah kemudian berjalan ke tubuh bagian atas. Bila terjadi kompresi dan demyelin pada saraf bagian interkosta dan diafragma maka berpotensi terhadap gangguan pernapasan.
Kerusakan myelin menurut beberapa teori disebabkan karena infltrasi virus ke spinal dan terkadang pada akar-akar saraf cranial, yang kemudian menimbulkan respon peradangan. Teori lain mengatakan bahwa kerusakan myelin karena respon auto imun dari tubuh yang disebabkan oleh toksin atau agen infeksi.

4. Tanda dan Gejala
1. Gangguan Motorik
·      Kelemahan otot secara ascending dengan paralisis flaksid dan atropi
·      Kesulitan berjalan
·      Menurun atau tidak adanya refleks tendon dalam
·      Gangguan pernapasan (dispnea, menurunya bunyi napas, menurunya tidal volume dan vital capacity)
·      Kehilangan kontrol bowel dan bladder.

2. Gangguan Sensorik
·      Parasthesia
·      Nyeri (kram)

3. Kerusakan saraf Keinial
·      Kelemahan otot wajah
·      Dysphagia
·      Diplopia
·      Kerusakan saraf karnial (IX,X,XI,XII)

4. Gangguan Darah Tidak Stabil
·      Tekanan darah tidak stabil
·      Kardidak Distritmia
·      Takhikardi.

5. Komplikasi
·      Kegagalan jantung
·      Kegagalan pernapasan
·      Infeksi dan sepsis (adanya mikroorganisme di dalam darah)
·      Trombosis vena
·      Emboli paru
·      Hipokalemia
·      Kelumpuhan otot pernapasan
·      Dekubitus

6. Test Diagnostik
·      Cairan serebrospinalis : meningkatnya kadar protein limposit normal
·      Elektromyografi : menurunya konduksi saraf
·      Test fungsi paru : menurunya kapasitas vital, perubahan nilai AGD (penurunan PaO2, meningkatnya PaO2 atau peningkatan (PH))

7. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan GBS adalah pencegahan komplikasi imobilitas, infeksi dan kegagalan pernapasan.
·      Perawatan pernapasan : antisipasi kegagalan pernapasan, persiapan ventilator, pemeriksaan AGD
·      Monitoring hemodinamik dan kardiovaskuler
·      Managemen bowel dan bladder
·      Support nutrisi
·      Perawatan imobilisasi
·      Plasmopheresis : penggantian plasma untuk meningkatkan kemampuan motorik.













B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas Klien : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status.
Keluhan Utama : Kelumpuhan dan kelemahan, lemas, parastesia
Riwayat Keperawatan : sejak kapan memburuknya kondisi/kelumpuhan upaya yang dilakukan selama menderita penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik
·      B1 (Breathing)
Kesulitan bernapas/sesak pernapasan abdomen, apneu, menurunya kapasitas vital atau paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
·      B2 (Brain)
kesemutan, kelemahan, kelumpuhan, ekstresmitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, gangguan keseimbangan tubuh, afasis(kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.
·      B3 (Bleeding)
Hipotensi/hipertensi, takikardi, wajah kemarahan.
·      B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
·      B5 (Bowel)
kesullitan menelan, mengunyah, kelemahan otot abdomen. Peristaltik usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
·      B6 (Bone)
Gangguan mobilitas resiko-resiko cedera/injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.
·      Refleks
Tidak adanya refleks tendon dalam.

3. Pemeriksaan psikososial
·      Rasa kecemasan ketakutan dan panik
·      Intonasi bicara yang lambat
·      Penampilan fisik
·      Kemampuan kognitif

4. Diagnosa dan Interval Keperawatan
                    1.       Tidak efektifitasnya pola atau tidak efektifitasnya bersihan jalan napas.
                    2.       Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.
                    3.       Resiko gangguan kulit dekubitus
                    4.       Tidak efektifitasnya koping pasien
a.       Tidak efektifitasnya pola nafas atau tidak efektifitasnya bersihan jalan napas b/d kelemahan otot pernapasan atau paralisis.
Ø  Tujuan
·         Kesulitan bernapas
·         Berkurangnya bunyi napas
·         Penumpukkan sekret
Ø  Kriteria hasil
·         Pernapasan optimal
·         Bunyi napas normal
·         Jalan napas paten
·         Nilai AGD dalam batas normal
Ø  Rencana tindakan
·         Monitor jumlah pernapasan irama dan kedalamannya setiap 1-4 jam
R/ Paralisis pernapasan dapat terjadi 48 jam
·         Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam
R/ Bunyi napas indikasi adekuatnya ventilasi
·         Pertahankan kepatenan jalan napas
R/ Jalan napas paten
·         Bantu pasien unuk batuk efektif
R/ Meningkatkan kepatenan jalan napas
·         Kolaborasi dalam pembersihan O2
R/ Pemenuhan kebutuhan oksigen
·         Monitor AGD
R/ Mengetahui perubahan oksigen dalam darah




b.      Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot, paralisis ataksia
Ø  Tujuan
·         Pasien menyatakan kelemahan dan paresthesia
·         Ketidakmampuan melakukan aktivitas
·         Adanya kelemahan otot menjalan ke atas
Ø  Kriteria hasil
·         Pasien partisipasi dalam perawatan
·         Mobilisasi aktif atau pasif
·         Tidak terdapat komplikasi berhubungan dengan imobilisasi
Ø  Rencana tindakan
·         Kaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam
R/ Paralisasi otot dapat terjai dengan cepat dengan pola yang mulai naik
·         Kaji derajat ketergantungan pasien
R/ Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL
·         Kaji saraf krunial setiap 4 jam
R/ Saraf yang mungkin terganggu adalah nervus cranial VII, IX, X, XI, XII.
·         Lakukan alih posisi setiap 2 jam
R/ Mneghindari dekubitus

c.       Resiko gangguan integritas kulit dekubitus b/d kelemahan otot, paralisir gangguan sensasi.
Ø  Tujuan
·         Pasien mengatakan kelemahan otot
·         Ketidakmampuan melakukan aktivitas
·         Kekuatan otot menurun
Ø  Kriteria hasil
·         Pasien tetap mempertahankan  kulit tetap kering dan utuh
·         Mempertahankan daerah yang tertekan tetap kering dan utuh, bebas dari dekubitus


Ø  Rencana tindakan
·         Kaji fungsi motorik dan sensorik setiap 4 jam
R/ Paralisis otot dapat terjadi dengan cepat dengan pola yang makin naik
·         Kai derajat ketergangtungan pasien
R/ Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam kebutuhan ADL
·         Monitor intake dan output nutrisi
R/ Nutrisi yang adekuat mengurangri resiko dekubitus ADL
·         Lakukan message pada daerah yang tertekan
R/ Memperlancar aliran darah

d.      Tidak efektifitasnya koping pasien b/d keadaan penyakitnya
Ø  Tujuan
·         Kepatis
·         Sensitif
·         Kesulitan tidur
Ø  Kriteria hasil
Pasien dapat mendemonstrasikan koping yang efektif
·         Pasien dapat memandang secara realistik tentang penyakitnya
·         Pasien dapat mengekspresikan perasaan kehilangan dan berespon
·         Positif terhadap keadaan dirinya
Ø  Rencana tindakan
·         Kaji perilaku dan mekanisme koping pasien
R/ Penyakit GBS dapat menimbulkan perubahan perilaku dan gaya hidup








BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah suatu sindrom klinis dari kelemahan akut ekstremitas tubuh. Yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan oleh penyakit sistemik. Penyakit ini merupakan suatu kelainan kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karakterisasi berupa kelemahan atau arefleksia juga dari saraf metorik yang sifatnyaprogesif. Kelainan ini kadang-kadang juga menyerang saraf sensori, otonom maupun susunan saraf pusat. Guillain barre Syndrome (GBS) dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun ras. GBS diduga disebabkan oleh respon imunilogik baik secara primary imune maupun secara meddiated process.
Pada umumnya sindrom ini didahului oleh penyakit influensa atau infeksi saluran pernapasan atas atau saluran pencernaan.
Penyebab infeksi pada umumnya adalah kelompok virus dan kelompok herfes. Sindrom ini dapat didahului pula oleh vaksinasi, gangguan endokrin, anastesi, tindakan operasi dan sebagainya.

3.2. Saran
3.2.1. Bagi Pasien
Diharapkan kepada pasien agar selalu bekerja sama dalam melakukan tindakan keperawatan.
3.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai kebutuhan klien, baik bio, psiko, sosio dan spiritual klien.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar