Rabu, 19 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Perikarditis



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada perikarditis ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau parietalis. Ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark  miokard dan uremia.
Perikardium dapat terlibat berbagai kelainan hemodinamika, radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh timbunan radang (yaitu perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder dimanapun ditubuh,contohnya : penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.

B.     Tujuan Penulisan
Khusus : diharapkan pada mahasiswa/i unipa memahami konsep dari perikarditis
Umum  :
·         Diharapkan pada seluruh masyarakat mahasiswa/i unipa khususnya memperoleh pengetahuan tentang perikarditis.
·         Mengkaji tanda-tanda dan gejala perikarditis
·         Mengetahui penyebab perikarditis
·         Mengetahui komplikasi dan sebagainya












BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR TEORI
1.      Pengertian
Ø  Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang mengelilingi jantung). (H.Winter Griffith M.D,1994)
Ø  Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal,perikardium viseral, atau kedua-duanya.(Arif Mansjoer,2000)
Kesimpulan perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral.

2.      Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergeseran antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri koronaria.
3.      Etiologi
a.       Bakteri (Stapilococus, Streptococus, Meningococus, Gonococus)
b.      Virus (Coksakie, Influenza)
c.       Jamur (Riktesia, Parasit)
4.      Faktor resiko
Penyakit baru ini seperti serangan jantung, penyakit akibat virus, atau demam ramatik, riwayat medik tuberculosis.
5.      Patofisiologi
Virus tampak kepentingannya meningkat sebagai penyebab perikarditis primer. Sebensrnya beberapa peneliti percaya bahwa virus terutama menyebabkan kasus perikarditis  “idiopatik “ akut, walaupun tidak semua.
Diantara kasus perikarditis virus yang dikenal yang disebabkan oleh virus Coxsackie B, influenza A, dan B. Beberapa virus echo dan epstein barr (dalam hubungan dengan mononukleosis) amat penting.

2
Patogenesis perikarditis virus tidak jelas. Sering terjadi infeksi akut saluran bagian pernapasan bagian atas. Walaupun demikian tidak diketahui dengan jelas virus penyebab itu kemudian menyebar kedalam perikardium. Terdapat beberapa penunjang pandangan itu, bahwa banyak virus tidak secara langsung menyerang jaringan perikardium, tetapi lebih utama dengan berbagai cara mengalakan hipersensitivitas yang kemudian melibatkan perikardium .
Bakteri dapat mencapai perikardium baik secara langsung dari struktur terkena seperti paru dan pleura, atau oleh karena penyebaran hematogen atau limfatik. Pada tahun terakhir ini, angka kejadian perikarditis bakteri telah nyata menurun. Meskipun penyebab stafilokokus dan tuberkulosis tetap penting. Terutama pada anak, perikarditis stafilokokus relatif sering dan hampir selalu diikuti entah dengan pneumoni atau osteomiolitis. Nyatanya baik penyertaan perikarditis spesis yang menguasai gambaran klinik maupun hanya sebagian kecil gambaran klinik, memang bervariasi.
Perikarditis bakteri telah merosot kepentingannya, jamur dan protozoa telah menjadi lebih penting selaku penyakit perikardium . Sering kali disertai dengan miokarditis. Diantara jamur, koksidioides imitis, histoplasma kapsulatun dan kandida albikans, dan diantara protozoa, toksoplasma gondi, dapat menyebabkan keterlibatan perikardium yang tampaknya primer dan harus dicurigai pada kasus perikarditis idiotik.
Diantara perikarditis metabolik, yang paling sering terjadi karena uremi, bentuk perikarditis metabolik yang jarang dengan etiologi tidak diketahui, disebut perikarditis kolesterol karena terdapat kristal kolesterol dalam cairan intraperikardium. Miksedema pun berakibat efusi perikardium, tetapi bukan radang meskipun tidak menunjukkan perikarditis yang sebenaranya.
Perikarditis neoplasi, hampir berasal dari tumor langsung atau metastase tumor  yang terjadi diluar kantung perikardium. Paling sering penyebaran langsung dari limfoma mediastinumatau dari karsinoma bronkogenik atau esofagus. Meskipun metastasis kanker apapun dalam tubuh dapat melibatkan perikardium, penyebaran semacam itu pada umumnya jarang.
Perikakardtis traumatik  relatif lebih sering di sebabkan oleh karena dada tak tembus.Hal ini mencerminkan baik kontusi rigan permukaan perikadium jantung maupun adanya darah dalam kantung  prikardium yang menyebabkan respon perbaikan,seperti dalam ruang pleura atau peritoneum.jarang luka tembus dada menyebabkan penyebaran langsung  kuman ke dalam ruang prikardium,yang menyebabkan perikarditis supuratif. Perikardium seperti selaput serosa lain,sagat retan pada status hipersensivitas.






3
6.      Manifestasi klinis
Gejala yang khas pada perikarditis adalah nyeri dada dan tanda yang khas
adalah :
a.       Friction rub ;
Nyeri hebat didalam dada merambat ke leher dan bahu, nyeri memburuk jika bergerak dan berkurang jika duduk atau bersandar kedepan.
b.      Nafas yang cepat
c.       Batuk-batuk
d.      Demam dan menggigil
e.       Lesu
f.       Cemas
7.      Tindakan Diagnostik
a.       Mengamati sendiri gejala yang timbul
b.      Pencatatan perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik oleh dokter
c.       EKG
d.      Sinar X dari dada
e.       Thoracentesis (pengangkatan cairan dengan sebuah jarum)




8.      Komplikasi
      Komplikasi yang dapat terjadi adalah cairan dilapis jantung paling luar dapat menyebabkan tekanan pada jantung. Hal ini dapat membawa kematian kecuali cairan itu diangkat dengan cepat.

9.      Penatalaksanaan Medis
Pasien dianjurkan untuk tetap berbaring di tempat tidur. Bila curah jantung belum baik dan nyeri dada belum menghilang.
§  Analgetik : diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi cairan pada perikarditis rematik.
§  Kortiko steroid : untuk mengontrol gejala, mempercepat resolusi proses inflamasi dalam pericardium dan mencegah kekambuhan efusi pericardium.
§  Antimikroba : harus segera diberikan pada klien dengan infeksi pericardium bila organisme penyebab diketahui.
§  Penisilin : diberikan pada penderita perikarditis yang berhubungan dengan deman rematik.

4

B.     KONSEP DASAR ASKEP
1.      Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang dapat muncul menurut Marllyn E. Doengoes, 1999 adalah sebagai berikut :
a.       Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan
Tanda : takikardi, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
b.      Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung kongenital, bedah jantung (CABG / penggantian akut / by pass kardiopulmonal lama), palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda ; takikardi, distrimia, perpindahan tim (titik impuls maksimal ) kiri dan inferior ( pembesaran jantung ) friction rub perikardia ( biasanya intermiten, terdengar dibatas sternal kiri ), murmur aortik, mitral, stenosis / insufisiensi trikuspidalis : perubahan dalam murmur yang mendahului : disfungsi otot papilar, irama gallop ( S3/S4 ). Edema, petekie ( konjungtiva, membran mukosa), hemoragi splinter ( punggung kuku), nodus oster (jari / ibu jari), lesi janeway ( telapak tangan, telapak kaki )
c.       Eliminasi
Gejala ; riwayat penyakit ginjal / gagal ginjal, penurunana frekuensi / jumlah urine.
Tanda : urine pekat gelap
d.      Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada anterior ( sedang sampai berat / tajam ) diperberat oleh inspirasi, bentuk, gerakan menelan, berbaring. Hilang dengan duduk, bersandar kedepan, tidak hilang dengan nitrogtoserin.


e.       Pernapasan
Gejala : napas pendek
Tanda : dispnea, bentuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels,ronki, pernapasan dangkal.
f.       Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun, SLE, atau penyakit kologen lainnya.
Tanda : demam
g.      Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateterrindwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.

5

Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama parawatan 4,3 hari
Rencana pemulangan : bantu dalam penyiapan makanan, berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatan diri, tugas dan pemeliharaan rumah tangga.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Pola nafas inefektif b/d peningkatan fungsi jantung
b.      Gangguan perfusi jaringan b/d ketidakmampuan jantung memompa darah
c.       Penurunan curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung perikardia
d.      Nyeri b/d proses inflamasi
e.       Peningkatan suhu tubuh b/d inflamasi pada pericardium
f.       Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
g.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan

3.      Intervensi
a.       Pola nafas inefektif b/d penurunan fungsi jantung
Kriteria hasil :
Ø  Mempertahankan pola nafas norma / efektif
Ø  Bebas sianosis dan tanda / gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area paru bersih.
Intervensi
1.      Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal.
R/ Respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri , takut, demam, penurunan volume sirkulasi ( kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia atau distensi gaster.
2.      Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun / tak ada bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan, contoh : krekels atau ronki.
R/ Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelumnya dapat menunjukan kolaps segmen paru, khususnya bila selang dada telah dilepaskan.
3.      Observasi penyimpanan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
R/ Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
4.      Lihat kulit dan adanya membran mukosa untuk adanya sianosis
R/ Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-abuan umum menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung.



6

5.      Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
R/  Merangsang fungsi pernapasan.


6.      Gangguan perfusi jaringan b/d ketidakmampuan jantung memompa darah
Kriteria hasil : mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer ada atau kuat, masukan atau keluaran seimbang.
Intervensi
1.      Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisi, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.
R/  Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.
2.      Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis pucat.
R/  Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan atau distritmia kronis.
3.      Observasi ekstermitas terhadap pembengkakan eritema. Perhatikan nyeri tekan atau nyeri, tanda Homan positif.
R/ Ketidakaktifan atau tirah baring lama mencetuskan statis vena, meningkatkan resiko pembentukan trombosit vena. 
4.      Observasi hematuria disertai dengan nyeri punggung atau pinggang, uliguria.
R/  Mendapatkan emboli ginjal.
5.      Tingkatkan tirah baring dengan cepat.
R/  Dapat membantu mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien dengan endokarditis

7.      Penurunan curah jantung b/d akumulasi cairan dalam kantung pericardia
Kriteria hasil :
Ø  Melaporkan atau menunjukkan penurunan episode dispnea, angina dan disritmia
Ø  Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung .

Intervensi
1.      Pantau frekuensi atau irama jantung
R/  Takikardi dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untukmeningkatkan curah berespons pada demam, hipoksia, dan asidosis karena iskemia.

7
2.      Auskultasi bunyi jantung, perhatikan jarak / muffed tonus jantung, murmur, gallop,S3 dan S4
R/  Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi, misalnya : GJK, Temponade jantung.
3.      Dorong tirah bening dalam posisi semi fowler
R/  Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
4.      Memberikan tindakan kenyamanan, misalnya ; aktivitas hiburan dalam toleransi jantung.
R/  Meningkatkan ralaksasi dan meningkatkan kembali perhatian


5.      Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya ; bimbingan imajinasi, latihan pernapasan.
R/  Perilaku yang bermanfaat untuk mendorong ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.
6.      Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan tekanan nadi, peningkatan CPD / DFJ, perubahan toonus jantung, penurunan tingkatan kesadaran.
R/  Manifestasi klinis dari tamponade jantung yang dapat terjadi pada perikarditis bila akumulasi cairan / eksudat dalam kantung perikardia membatasi pengisian dan curah jantung
7.      Bantu dalam perikardionsentesis darurat.
R/  Posedur dapat dilakukan di tempat tidur untuk menurunkan tekanan cairan di sekitar jantung, yang dapat dengan cepat memperbaiki curah jantung.
8.      Siapkan pasien untuk pembedahan, bila diindikasikan
R/  Perikardektomi mungkin diperlukan karena akumulasi cairan perikardial berulang atau jaringan parut dan kontriksi fungsi jantung
9.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotik / antimikrobial intravena
R/  Diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi, yang mencegah keterlibatan / keras.

8.      Nyeri b/d proses inflamasi
Kriteria hasil :
Ø  Melaporkan nyeri hilang terkontrol
Ø  Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas pengalih sesuai dengan indikaasi untuk situasi individual.


8
Intervensi
1.  Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun
R/  Nyeri perikarditis secara khas terletak subternal dan menyebar ke leher, punggung. Namun, ini berbeda dari iskemia miokard nyeri infark.
2.  Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan, Misalnya ; perubahan posisi, gesekan punggung, penggunaan kompres panas / dingin, dukungan emosional.
R/  Menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3.  Berikan aktivitas hiburan yang tepat
R/  Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu
4.  Berikan obat sesuai indikasi
R/  Menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi

5.   Memberikan oksigen suplemen sesuai indikasi
R/  Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk pengambilan untuk menurunkan beban kerja jantung dan menurunkan ketidaknyamanan berkenan dengan iskemia.


9.      Peningkatan suhu tubuh b/d inflamasi pada pericardium
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalan batas normal 36-37,5 C
Kriteria hasi :
Ø  Suhu tubuh 36-37,5 C
Ø  Tidak demam, kulit tidak merah
Intervensi
1.      Pantau suhu tubuh pasien (derajad dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis.
R/  Suhu 38,9 - 41,1 C menunjukkan proses penyakit infksius akut.
2.      Beri minum yang banyak
R/  Mendeteksi suhu tubuh yang ekstrim dan adanya komplikasi.
3.      Memberikan kompres hangat ; hindari penggunaan alkohol.
R/  Dapat membantu mengurangi demam.
4.      Memberikan antipiretik, misalnya ; ASA (Aspirin), asetominofen (tylenol).


9
R/  Digunakan untuk mengurangi demam dan aksi sentalnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
5.      Memberikan selimut pendingin
R/  Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5 – 40 C pada waktu terjadi kerusakan atau gangguan pada otak.

10.  Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Kriteria hasil :
Ø  Klien akan menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
Ø  Klien mampu mengidentifikasi   faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan penurunannya dengan efek negative.
 Intervensi
Mandiri
1.      Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut ; frekuensi 20 x/menit diatas frekuensi istirahat ; kelelahan berat dan kelelahan ; berkeringat ; pusing atau pingsan
R /  Parameter menunjukkan respon fisiologi pasien terhadap stress aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2.      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan atau kelelahan, tekanan darah stabil atau frekuensi nadi, peningkatan perhatian terhadap aktivitas dan perawatan diri.
R/  Stabilitas fisiologi pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individu.
3.      Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri
R/  Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi atau rambut dengan duduk.
R/  Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energy sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5.      Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/  Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.





10

11.  Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Kriteria hasil :
Ø  Menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Ø  Melaporkan penurunan / terkontrol
Ø  Menunjukkan relaksasi
Ø  Menunjukkan perilaku untuk menangani stress
Intervensi
1.      Pantau respon fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah
R/  Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan non verbal
2.      Beri tindakan kenyamanan (contoh ; mandi, gosokan punggung, perubahan posisi).
R/  Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
3.      Koordinasi waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi
R/  Memberikan rasa kontrol pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan (contoh ; aktivitas perawatan, waktu pribadi). Menurunkan kelemahan , meningkatkan energy.
4.      Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit , efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan datang. Kaji keefektifan koping dengan stressor.
R/  Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit perikarditis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari.
5.      Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh ; nafas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresi.
R/  Memberikan arti penglihatan ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.

4.      Implementasi
Sesuai dengan intervensi

5.      Evaluasi
Sesuai dengan tujuan






11

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Penyakit perikarditis tidak menular atau menjadi kanker, kecuali disebabkan penyebaran kanker ditempat lain. Adapun penyebab dari perikarditis belum diketahui secara pasti, akan tetapi secara umum yang menyebabkan perikarditis oleh banyak faktor baik bisa disebabkan oleh penyakit lain maupun infeksi dari virus.
Pada tanda dan gejala, pasien lebih sering merasakan nyeri pada daerah dada karena terjadinya peradangan pada lapisan jantung yang paling luar.

2.      Saran
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan perikarditis, diharapkan kepada mahasiswa/i khususnya Unipa dapat melakukan dan melaksanaan perencanaan dengan profesionan dengan perikarditis dan juga bagi setiap orang dapat menghindari penyakit perikarditis dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.













12

DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, marlynn. E, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien (edisi ketiga), Jakarta : EGC
Robin, dkk. (1995). Buku Ajar Patologi II, (edisi keempat), Jakarta : EGC
Syaifuddin. (1992). Anatomi Fisiologi : Untuk Siswa Perawat. (edisi revisi), Jakarta : EGC                 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar