Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan STRUMA ENDEMIK



MAKALAH
SISTEM ENDOKRIN
“STRUMA ENDEMIK
 
OLEH :
1.      RIKARDUS BAEK               (011100165)
2.      YOLANTA JEIN                   (011100205)
SEMESTER: VD


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2013












BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh seseorang.Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY tahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah endemik berat.,16 Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak dini.

1.2  TUJUAN
A.    Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengerti apa itu STRUMA ENDEMIK dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan STRUMA ENDEMIK



B.     Tujuan Khusus
1.      Mampu melakukan pengkajian dengan klien STRUMA ENDEMIK
2.      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan STRUMA ENDEMIK
3.      Mampu membuat perencanaan klien STRUMA ENDEMIK
4.      Mampu mengimplementasikan tindakan perencanaan klien dengan STRUMA ENDEMIK
5.      Mampu mengevaluasi dan mendokumentasi secara tepat dan benar pada klien dengan STRUMA ENDEMIK
1.3  MANFAAT

1.      Bagi mahasiswa/I :
Agar bisa mempelajari dan mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit  STRUMA ENDEMIK  pada seseorang

2.      Bagi perawat :
Agar perawat dapat memberikan Asuhan keperawatan yang komperhensif kepada penderita STRUMA ENDEMIK

3.      Bagi para pembaca :
Agar pembaca dapat mengetahui tentang penyakit STRUMA ENDEMIK  dan mengantisipasi untuk tidak terkena penyakit STRUMA ENDEMIK







BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma endemik adalahpembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.

2.2 ANATOMI KELENJAR THYROID
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.Lobus anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.
Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon thyroid.

1.      Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
2.      Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.

2.3 ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1.      Defisiensi Iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2.      Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid
3.      Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).
4.      Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

2.4 PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid.Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

2.5 MANIFESTASI KLINIK
Pada penyakit struma awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi seperti sesak, refleks batuk dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan, nyeri.

2.6  PEMERIKSAAN PENUNJANG
         Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
         Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
         Darah rutin
    • Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –10s/d +15
    • Kadar calsitoxin (hanya pada penderita yang dicurigai carsinoma meduler).
         Pemeriksaan radiologis
    • Dilakukan foto thorak posterior anterior
    • Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig .
    • Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

2.7  PENATALAKSANAAN
Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya.Pada masyarakat tempat struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium.

2.8  DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan tidak toksik, melalui :
1.      Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
2.      Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam batas normal.
3.      Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
4.      Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.










BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
  1. Identifikasi klien
  2. Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
  1. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
  1. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
  1. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
  1. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
7.      Pemeriksaan fisik
         Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
         Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
         Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
         Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
         Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
8.      Pengkajian data dasar
         Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
         Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
         Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
         Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
         Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
         Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
         Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

3.2 DIAGNOSA
  1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring
  2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah esofagus
  3. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laryngeal
  4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
  5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf
  6. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi
  7. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.

3.3 INTERVENSI
  1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria hasil :
         Tidak sesak
         Tidak ada sumbatan pada trachea

Intervensi :
1.      Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2.      Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
3.      Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4.      Atur posisi semifowler
R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5.      Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
R/ Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
6.      Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
R/ Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
7.      Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
R/ Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
  1. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
Tujuan : Klien dapat komunikasi secara verbal
Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.

Intervensi :
1.      Kaji pembicaraan klien secara periodic
R/ Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan / sebagai efek pembedahan.
2.      Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
R/ Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3.      Kunjungi klien sesering mungkin
R/ Mengurangi kecemasan klien
4.      Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/ Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien
  1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
1.      Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
2.      Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
3.      Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih posisi .
R/ Mengurangi ketegangan otot.
4.      Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
R/ Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
5.      Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
  1. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi :
1.      Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
R/ Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
2.      Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
R/ Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
3.      Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/ Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

  1. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan :tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
Intervensi :
2.      Observasi tanda-tanda vital.
R/ Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui perdarahan secara dini.
3.      Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
R/ Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.
4.      Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).
R/ Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi
6.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah esophagus
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan kembali normal,napsu makan klien bertambah, klien mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
1.      Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan alasan untuk tidak makan
R/ mengkaji penyebab gangguan makan
2.      Observasi dan catat asupan pasien ( cair dan padat )
R/ mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan
3.      Tentukan makanan kesukaan klien
R/ meningkatkan napsu makan
4.      Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ meningkatkan masukan nutrisi
7.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
Tujuan :klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Kriteria hasil :mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya, mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi :
1.      Berikan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaanya tentang perubahan dan penampilan  dan fungsi
R/ perawat mampu memberikan solusi yg rasional sesuai dengan kondisi pasien sehinnga mampu meningkatkan rasa percaya diri klien
2.      Identifikasi dan tekankan kekuatan pasien serta bantu pasien menyusun tujuan realistik
R/ untuk memudahkan adaptasi terhadap kehilangan fungsi dan pemulihan.
3.      Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
R/ kenali bahwa apa yang mungkin tampak merupakan perubahan kecil yang bermakna bagi pasien
4.      Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ membantu memulihkan mempertahankan koping yg efektif dan merasakan diri mereka sebagai individu yang bergerak
5.      Dorong pasien melakukan perawatan diri
R/ untuk meningkatkan rasa kemandirian dan kontrol
6.      Bimbing dan kuatkan pasien pada aspek – aspek positif dari penampilannya dan upayanya dalam menyusaikan diri dengan perubahan citra tubunya
R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutan.
7.      Ajarkan dan dorong strategi koping dan sehat
R/ untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif





BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama. Penyebab nya adalah hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain dimana akan menunukkan tanda dan gejala seperti  pembesaran pada daerah leher dimana akan menekan trakea , akan kesulitan menelan.
Terapi yang diberiksn untuk mengatasi struma endemic adalah Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium

SARAN
1.      Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.


2.      Bagi Pendidik
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya
3.      Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada klien STRUMA ENDEMIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar