Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Hiperparatiroidisme



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Hiperparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. Dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit ini tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.
Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena hiperparatiroidisme tiap tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyak hiperfungsi kelenjar adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen).

B.     TUJUAN
1.         Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa/i memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan hiperparatiroidisme.

2.         Tujuan khusus
Setelah menyelesaikam makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a)    Mengetahui pengkajian pada pasien dengan hiperparatiroidisme.
b)    Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hiperparatiroidisme.
c)    Menetukan intervensi keperawatan.
d)   Melakukan tindakan keperawatan pada pasien hiperparatiroidisme.
e)    Membuat evaluasi keperawatan pada pasien hiperparatiroidisme.
f)     Pendokumentasian


BAB II
KONSEP DASAR MEDIS


A.       DEFINISI HIPERPARATIROIDISME
1.      Hiperparatiroidisme adalah terjadi akibat produksi berlebihan hormon paratirod oleh kelenjar paratiroid yang ditandai dengan dekalsifikasi dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium.
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1319)
2.      Hiperparatiroidisme adalah kondisi yang diakibatkan oleh over sekresi parathormone, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid.
(MD, gibson, J.M, 1996 : 243).
3.      Hiperparatiroidisme adalah hiperfungsi kelenjar paratiroid yang mengakibatkan peningkatan kadar PTH dalam darah yang bersirkulasi.
(Rumahorbo, Hotma, SKp, 1999 : 73).
4.      Kesimpulan hipeparatirodisme adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid yang diakibatkan oleh sekresi parathormone dan bersirkulasi dalam darah.

B.       ETIOLOGI
1.      Adenoma paratiroid
2.      gagal ginjal kronik

C.       KLASIFIKASI
1.      Hiperparatiroidisme primer
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma tunggal salah satu kelenjar paratiroid. sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hiperplasia).
2.      Hiperparatiroidisme sekunder
Penyebab Hiperparatiroidisme sekunder adalah hipokalsemia karena gagal ginjal menahun atau malabsorbsi kalsium. Hipokalseuria  menahun ini merangsang peningkatan sekresi PTH secara adaptif. Hiperkalsemia merupakan gejala yang jarang tetapi dapat timbul sesudah terjadi otonomi kelenjar paratiroid. Kelainan ini berhubungan dengan dialisis ginjal yang berlangsung lama atau transplantasi ginjal.
3.      Hiperparatiroidisme tersier
Hiperparatiroidisme tersier adalah perkembangan dari hiperparatiroidisme sekunder yang telah diderita lama. Penyakit hiperparatiroidisme tersier ini ditandai dengan perkembangan hipersekresi hormon paratiroid karena hiperkalsemia.
Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin sama dengan yang sekunder, kecuali bahwa hiperkalsemia berkembang dari hiperplasia kelenjar tiroid.

D.       PATOFISIOLOGI

Hiperparatiroidisme secara umum ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan reabsorbsi tulang dan pelepasan kalsium ke dalam sirkulasi.
Dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium dari lumen tubulus ginjal, dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga meningkatkan pembentukan vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipopospatemia adalah abnormalitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak; 18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid; dan 2% kasus disebabkan oleh karsinoma paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh penyebaran satu kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia paratiroid keempat kelenjar membesar.
Pada hyperparatiroidisme sekunder produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulang yang sering terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya reabsorbsi tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien tapi tidak muncul secara langsung.
Pada hyperparatiroidisme tersier paling umum diamati pada pasien penderita hyperparatiroidisme sekunder yang kronis dan yang telah mengalami cangkok ginjal. Kelenjar hiperthropied paratiroid gagal kembali menjadi normal dan terus mengeluarkan hormon paratiroid berlebih, meskipun kadar cairan kalsium masih dalam level normal atau bahkan berada diatas normal. Pada keadaan ini, kelenjar hipertropid menjadi autonomi dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah penekanan kadar kalsium dan terapi kalsitrol. Penyakit tipe ini sangat berbahaya karena kadar pospat sering naik.

E.        MANIFESTASI KLINIS
1.      Asimtomatik
2.      Kelemahan otot
3.      Kelelahan
4.      Nyeri tulang
5.      Tukak peptik
6.      Aritmia jantung
7.      Apatis
8.      Mual muntah
9.      Fraktur
10.  Retensi urin

F.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan laboratorium
a)        Peningkatan kalsium serum dalam darah
b)        Penurunan fosfat serum
c)        Peningkatan kaslium dan fosfat dalam urin
2.      Pemeriksaan Sinar x
3.      Pemeriksaan radio immunoassay

G.    KOMPLIKASI
1.    Batu ginjal
2.    Osteitis fibrosis cystica

G.       PENATALAKSANAAN
1.      Medis
a)    eksplorasi leher dan reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungsi atau tumor.
b)   Pada hyperparathyroidisme sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah. namun pada waktu yang sama lebih penting untuk memperbaiki kelainan metabolik yang menyababkan hipersekresi PTH.
c)    Bila hiperplasia, paratiriodektomi subtotal
d)   Obat obatan

2.      Keperawatan 
a)    Hidrasi
Pasien dianjurkan untuk minum air  sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk mencegah batu ginjal. Karena adanya resiko krisis hiperkalsemia kepada pasien harus diberitahukan untuk segera mencari bantuan medis jika terjadi kondisi yang menimbulkan dehidrasi.
b)   Mobilisasi
Mobilisasi pasien untuk banyak berjalan atau penggunaan kursi goyang harus diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stres, normalnya akan melepaskan kalsium dalam jumlah sedikit.
c)    Diet
Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas

H.       HE
a)     Anjurkan kepada pasien untuk minum banyak air putih
b)    Latihan.
c)     Jangan merokok.
d)    Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat.


BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

A.    PENGKAJIAN
1.    Biodata meliputi ( nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan, pendidikan, pekerjaaan, alamat, TMR )
2.    Keluhan utama
Fraktur tulang. Kelemahan otot , kelelahan, tukak peptik, nyreri tulang
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit gagal ginjal
5.    Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah  ada anggota keluarga yang menderita penyakit hiperparatiroidisme?
6.    Pengkajian data dasar
a)    Aktivitas / istirahat
Gejala : otot lemah, kelelahan
Tanda : atrofi otot
b)   Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : disritmia, takikardi saat isirahat, syok
c)    Makanan/ cairan
Gejala : mual muntah, anoreksia
Tanda : pembesaran tiroid
d)   Neurosensori
Tanda : gangguan status mental dan perilaku seperti: bingung, gelisah, diorientasi
e)    Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri tulang
f)    Pernapasan
Pernapasan : takipnea



B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hyperparathyroidisme, antara lain :
1)        Resiko tinggi  cedera b/d dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
2)        Perubahan eliminasi urine b/d keterlibatan ginjal terhadap hiperkalsemia
3)        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan mual.
4)        Konstipasi b/d efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.
5)        Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot.

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN
1)        Resiko tinggi  cedera b/d dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :  tidak terjadi cedera dan tidak adanya fraktur patologik
Intervensi keperawatan
Mandiri
a)         Kendalikan lingkungan dengan menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam, siapkan lampu panggil.
R/ : lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan klien dari kekhawatiran konstan.
b)      Pertahankan tirah baring, hindarkan klien dari posisi menetap dan ubah klien dengan hati-hati.
R/ : meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi / penyembuhan dan mengubah posisi meningkatkan kenyamanan.

c)      Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi tubuh dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
R/ : meningkatkan koping individu dan mengurangi resiko cedera.
d)     Ijinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman.
R/ : memberikan kemandirian pada pasien.
e)      Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin.
R/:mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
Kolaborasi :
f)       Konsul dengan ahli terapi fisik / okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
R/ : berguna dalam membuat aktifitas individual / program latihan karena pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dalam gerakan.
g)      Kaji ulang foto/evaluasi.
R/ : memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus atau proses penyembuhan untuk menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan perubahan / tambahan terapi.

2)        Perubahan eliminasi urine b/d keterlibatan ginjal terhadap hiperkalsemia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien     dapat BAK dengan normal
Kriteria hasil : haluaran urin normal, dan tidak adanya batu
Intervensi keperawatan

Mandiri
a)    Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
R/ : memberi informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b)    Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi
R/ : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
c)    Tingkatkan asupan cairan
R/ : mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi traktus urinarius, mencegah pembentukan batu ginjal.
d)   Periksa urin catat adanya batu ginjal untuk dianalisa
R/ :  dapat mengidentifikasi tipe batu sehingga membantu dalam program terapi
e)    Kaji keluhan kandung kemih , palpasi untuk distensi suprapubik
R/ : retensi urin dapat terjadi yang menyebabkan distensi jaringan dan potensial risiko  infeksi
f)     Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
R/ : akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
3)        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan mual.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien tidak merasa mual dan muntah lagi
Kriteria hasil : napsu makan meningkat dan peningkatan berat badan
Intervensi keperawatan
Mandiri :
1)   Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk memperbaiki hiperkalsemia.
R/ : mengurangi jumlah absorbsi kalsium dalam darah sehingga dapat menurunkan kadar PTH.
2)    Jelaskan pada klien bahwa mengkonsumsi susu dan produk yang mengandung susu dapat menghilangkan sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak enak.
R/ : susu dan produk yang mengandung susu dapat meningkatkan asam lambung sehingga dapat merangsang muntah.
3)      Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori.
R/ : membantu menjaga pemasukan kalori yang cukup tinggi sehingga dapat mempertahankan berat badan ideal.
4)      Timbang berat badan sesuai indikasi, catat masukan dan haluaran.
R/ : mengidentifikasi status cairan serta memastikan kebutuhan metabolik.
5)      Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
R/ : rasa tidak enak pada mulut menambah anoreksia.
Kolaborasi :
6)      Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
·         Antiemetik, misal : proklamperasin (compazined)
R/ : mencegah muntah.
·         Antasida / inhibitor histamine, misal : simetidin (tagamet)
R/ : menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.                             
4)        Konstipasi b/d efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan  tidak terjadi konstipasi lagi
Kriteria hasil : Klien akan mempertahankan pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan kebiasaan klien)
Intervensi keperawatan
Mandiri :
1)   Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan fekal yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
R/ : membantu klien untuk bisa melaksanakan eliminasi BAB secara teratur dan meningkatkan rasa nyaman.
2)        Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
R/ : aktifitas dapat merangsang peristaltik, meningkatkan kembalinya aktifitas usus normal.
3)   Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum sedikitnya 6-8 gelas perhari kecuali bila ada kontra indikasi.
R/ : dapat memperbaiki konsistensi feces.


5)        Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat kembali beraktivitas lagi
Kriteria hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
Intervensi keperawatan
Mandiri :
1)    Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan
R/ : untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
2)    Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
R/ : meningtkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3)    Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
R/ : memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4)    Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
R/ : menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
Kolaborasi :
5)    Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
R/ : untuk menekan inflamasi sistemik akut.

D.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sesuai intervensi

E.     EVALUASI
Sesuai tujuan dan kriteria hasil






BAB IV
PENNUTUP

A.    KESIMPULAN
Hiperparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. Dengan manifestasi yang khas yaitu kelelahan, fraktur patologik, dan kelemahan otot.
Penatalaksanaannya meliputi Medis (eksplorasi leher dan reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungsi atau tumor )Pada hyperparathyroidisme sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah. namun pada waktu yang sama lebih penting untuk memperbaiki kelainan metabolik yang menyababkan hipersekresi PTH. Bila hiperplasia, paratiriodektomi subtotal dan Obat obatan. Penatalaksanaan keperawatanya meliputi hidrasi,mobilisasi, diet.

B.     SARAN
1)   Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan hiperparatiroidisme secara benar.
2) Bagi pasien
Diharapkan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam mengatasi dan mengobati hiperparatiroidisme








DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah.vol.2. EGC : jakarta
Wim de jong. ( 1997 ). Ilmu penyakit dalam. EGC : jakarta
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. EGC : jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar