Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Dengan Hiperadrenalis



KATA PENGANTAR


Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Dengan Hiperadrenalis”.

Penulis menyadari bahwa menghasilkan makalah yang baik tidaklah mudah karena harus didukung oleh pemahaman yang komperhensif untuk memperkaya kasana penulis dalam menelaah makalah yang aman dibahas. Namun dengan keterbatasan itu penulis mencoba menyelesaikan makalh ini dengan mengacu pada pemahaman dan literatur yang kami miliki. Untuk itu segala kritik dan saran yang konstruktif kami menerima dengan senang hati demi perbaikan dimasa mendatang.



Penulis














BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.
Penyakit Hiperadrenalisme  merupakan keadaan yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu lama.
Penyakit Cushing didefenisikan sebagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubungan Seuresi ACTH Hipofisis berlebihan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita:pria) dan umur saat diagnosa biasanya 20-40 tahun.
Hipersekresi ACTH Ektropi. Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus Hiperadrenalisme. Seuresi ATCH ektropik paling sering terjadi. Habitat karsinoma small cell diparu-paru, tumor ini menjadi penyebab pada 50% kasus sindrom ini tersebut. Sindrom ACTH ektropi paling sering pada laki-laki. Rasio wanita : laki-laki adalah 1 : 3 dan insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
Tumor-tumor adrenal primer.
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus. Kasus sindrom cushing. Adenoma-adenoma andrenal yang mensekresi glukokortikorid lebih sering terjadi pada wanita usia rata-rata pada saat diagnosa adalah 38 tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa. Tetapi baik kita hitung pada laki-laki.
Sindrom Cushing pada Anak-anak
Sindrom Cushing pada anak-anak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai 51%, adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 8 tahun. Penyakit cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan berjumlah sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosa dibuat, insiden jenis kelamin adalah sama.





1.2.Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Hiperadrenalisme?
2.      Bagaimana etiologi Hiperadrenalisme?
3.      Bagaimana patofisiologi Hiperadrenalisme?
4.      Bagaimana manifastasi klinis dari Hiperadrenalisme?
5.      Pemeriksaan apa saja yang dilkukan untuk mengetahui Hiperadrelisme?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan?

1.3.Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i S-1 Keperawatan bisa memahami dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hiperadrenalisme.

           b.Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i S-1 keperawatan mampu melaksanakan pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, implementasi serta evaluasi pada pasien dengan Hiperadrenalisme














BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1.      Konsep Dasar Medis
2.1.1    Defenisi Hiperadrenalisme merupakan keadaan klinis yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama
2.1.2    Klasifikasi Hiperadrenalisme dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
            a.         Penyakit Cushing.
Merupakan tipe sindrom cushing yang paling sering ditemukan berjumlah ± 70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita:pria) dan umur saat diagnosa biasanya 20-40 tahun.
b.                 Hipersekresi ACTH Ektropi
Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus sindrom cushing Sekresi ACTH ektropi paling sering terjadi akibat karsioma small cell di paru-paru, tumor ini menjadi penyebab pada 50% kasus sindrom ini. Sindrom ATCH ektropi lebih sering pada laki-laki rasio wanita : pria adalah 1:3 dan insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
c.                  Tumor-tumor adrenal primer.
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17%-19% kasus-kasus sindrom cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang menskresi glukortikoid lebih sering terjadi pada wanita. Karsioma-karsioma adrenokortikal yang menyebabkan korsisol berlebihan juga lebih sering terjadi pada wanita, tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insiden keseluruhan menjadi lebih tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosa dibuat adalah 38 tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa.



d.                  Sindrom cushing pada masa kanak-kanak
Sindrom cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai         ( 51%), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14 %. Tumor- tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan berjumlah sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosa dibuat, insiden jenis kelamin adalah sama.

            2.1.3    Etiologi
                        a. Celukokortikoid yang berlebih
                        b. Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
                        c. Hiperplasia korteks adrenal
                        d. Pemberian kortikosteroid yang berlebih
                        e. Sekresi steroid adrenokortinal yang berlebihan terutama kortisol
                        f. Tumor-tumor non hipofisis
g. Adenoma hipofifis
                        g. Tumor adrenal

            2.1.4    Manifestasi Klinis
                        1. Amenorea
                        2. Nyeri punggung
                        3. Kelemahan otot
                        4. Nyeri kepala
                        5. Luka sukar sembuh
                        6. Penipisan kulit
                        7. Petechie
                        8. Kimosis
                        9. Striae
                        10. Sirsutisme

                        11. Psikosis
                        12. Depresi
                        13. Jerawat
                        14. Penurunan konsentrasi
                        15. Moonface
                        16. Hiperpigmentasi
                        17. Edema pada eksternitas
                        18. Hipertensi
                        19. Miopati
                        20. Osteoporosis
                        21. Edema pada eksternitas
                        22. Obesitas
                        23. Hipokalenia
                        24. Refensi natrium
                        25. Perubahan emosi

            2.1.5    Patofisiologi Hiperadrenalisme
Dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan mensimulasi kortens adrenal untuk meningkatkan salerasi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Hiperplasia primer kelenjar adrenal dalam keadaan berupa adanya humor hipofisis (jaring terjadi) pemberian kortekostroid/ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab lain sindrom cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektropis ACTH oleh malignitas, karsinoa bronleogenik merupakan tipe malignitis yang paling sering ditemukan. Tanpa tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diamal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala sindrom cushing terutama terjadi sebagai akibat dari selerasi glukokortikoid dan androgen (hormon) yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat terpengaruh.
            2.1.6    Pemeriksaan Penunjang.
                        a. Tes supresi dexamethason
                        b. Kadar kartisol bebas dalam urin 24 jam
                        c. Stimulasi CRF (Corticotropin –Releasing Faktor)
                        d. Pemeriksaan Radioimmunoassary ACTH plasma
                        e. CT, USG dan MRI

            2.1.7    Penatalaksanaan
                        a.    Terapi Operatif
          -      Hipofisektomi transfenoidalis: operasi pengangkataan tumor pada kelenjar hipofisis.
          -      Adrenalektomi: terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer.
   b.    Terapi Medis
Preparat  penyekot emini adrenal (metytrapon, ammoglutethimide, milotane ketokonoral) digunakan untuk mengurangi hiper adrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektropi ATH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.

2.2.      Konsep Dasar ASKEP
            2.2.1    Pengkajian
                        a. Biodata
                        b. Riwayat kesehatan sekarang
                            1. Data subyektif
                                      -  Amenorea                         -      Luka sukar sembuh
                                      -  Nyeri punggung                -      Mudah lelah
                                      - Sakit kepala
                            2. Data obyektif
      -    integumen : kulit striae, petechie, kirsutisme ( pertumbuhan bulu-bulu wajah), enimosis, edem pada eksterrnitas, jerawat, hiperpigmentasi, moonface.
      -    kardiovaskuler : hipertensi
      -    muskuluskletal : kelemahan otot, miopati, osteoporosis
      -    Reproduksi pembesaran klitosis
      -    makanan dan cairan : obesitas, hipokalemia, retensi Na.
-    Psikiatrik perubahan emosi, psikosis, represi, penurunan konsentrasi.

            2.2.2    Diagnosa Keperawatan
1.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein.
2.    Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, respon inflamasi
3.    Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan
4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai pengobatan, proses penyakit dan penularan.

            2.2.3    Intervensi Keperawatan
Dx 1    :    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein.
Tujuan : klien menunjukan aktivitas kembali normal, setelah dilakukan tindakan keperawatan.
K.H :    -     menunjukan peningkatan kemampuan dan partisipasi dalam aktivitas.
              -     kelemahan dan kelelahan berkurang
              -     TTV dalam batas normal, setelah melakukan kegiatan
                        Intervensi :
1.      Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
R/ mengetahui tingkat perkembangan klien dalam melakukan aktivitas.
2.      Tingkatkan tirah baring/duduk
R/  periode istirahat merupakan klinik penghematan energi



3.      Catat adanya respon terhadap aktivitas seperti : takikardi, dispnew, fatigue,
R/ Respon tersebut menunjukan peningkatan O2, kelelahan dan  kelemahan.  
4.      Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya.
R/ menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang ditoleransi
5.      Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan kebutuhan
R/ memenuhi kebutuhan aktivitas klien
6.      Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan radio.
R/ meningkatkan relaksasi dan menghemat energi, memusatkan kembali perhatian dan meningkatkan koping.

                        Dx 2    : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, respon informasi.
                                    Tujuan : infeksi tidak terjadi, setelah dilakukan intervensi.
                                    K.H :    - Tanda-tanda infeksi tidak ada
                                                - Suhu normal
                                                - hasil lab. : Leukosit : 5000-10.000 gr/dl
                        Intervensi :
1.      Kaji tanda-tanda infeksi
R/ adanya tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, color, fungsio-lasea) meupakan indikator adanya infeksi.
2.      Ukur TTV setiap 8 jam
R/ suhu yang meningkat merupakan indikator adanya infeksi
3.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
R/ mencegah timbulnya infeksi silang
4.      Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/ mengurangi pemajaan terhadap patogen infeksi lain



5.      Tempatkan klien pada ruang isolasi sesuai indikasi
R/   Teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/melindungi pasien dari proses infeksi lain.
6.      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokonial
7.      Kolaborasi pemeriksaan lab (leukosit)
R/ leukosit meningkat indikasi-indikasi terjadinya infeksi.
                        Dx 3 :    Resiko Cedera berhubungan dengan kelemahan
                                 Tujuan : klien tidak mengalami cedera setelah dilakukan intervensi
                                 K.H :      - ekimosis berkurang
                                                - kelemahan berkurang
                                                - cidera jaringan lunak berkurang
         Intervensi :
1.      Ciptakan lingkungan yang aman
R/     lingkungan yang aman dapat mencegah jatuh, fraktur dengan cedara lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
2.      Bantu klien saat ambulansi
R/ kondisi yang lemah sangat beresiko terjatuh/terbentur saat ambulansi
3.      Berikan penghalang tempat tidur/tempat tidur dengan posisi yang rendah.
R/ menurunkan kemungkinan adanya trauma
4.      Anjurkan pada klien untuk istirahat secara adekuat dengan aktivitas yang sedang.
R/ memudahkan proses penyembuhan
5.      Anjurkan klien untuk diet tinggi protein, kalsium dan Vitamin D.
R/ untuk meminimalkan pengurangan masa otot
6.      Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti sedative.
R/ dapat meningkatkan istirahat.


                     Dx 4    :   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai pengobatan, proses penyakit dan perawatan.
                              Tujuan : pengetahuan klien bertambah
                              K.H : klien mengatakan paham tentang penyakitnya.
                     Intervensi :
1.      Kasih pengetahuan klien tentang etiologi, tanda dan gejala serta perawatan.
   R/ membuat data dasar dan mngidentifikasi kebutuhan terhadap informasi.
2.      Jelaskan pada klien tentang penyakit sindrom cushing.
   R/ meningkatkan pemahaman klien tentang penyakitnya.
3.      Lakukan evaluasi
R/ untuk mengetahui seberapa jauh daya tanggap/pemahaman pasien tentang penjelasan penyakit sindrom cushing.

            2.2.4    Implementasi
                                    Sesuai intervensi

            2.2.5    Evaluasi
                                    Sesuai tujuan













BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
                        Hiperadrenalisme adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. Penyakit cushing didefenisikan sebagai bentuk spesifikasi tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ATCH hipofisis berlebihan.
Hiperadrenalisme dapat diklasifikasi menjadi beberapa bagian yaitu :
a.       Penyakit cushing
b.      Hipersekresi ATCH ektropi
c.       Tumor-tumor adrenal primer
d.      Sindroma cushing pada masa kanak-kanak

Penyebab dari Hiperadrenalisme adalah
a.       Celukokortikoid yang berlebihan
b.      Aktivitas korteks adrenal yang berlebihan
c.       Hiperplasia korteus adrenal
d.      Pemberian kortenosteroid yang berlebihan
e.       Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebihan terutama kortisol.
f.       Tumor-tumor non hipofisis
g.      Adenorma hipofisis tumor adrenal

3.2.  Saran
                        Kami berharap mahasiswa/i S-1 Keperawatan, mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan dengan “ Hiperadrenalisme”, walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar