Senin, 17 Oktober 2016

Asuhan Keperawatan Tumor Otak



BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR MEDIS
1.      Definisi
a.       Tumor adalah istilah umum yang mencakup setiap perubahan pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasite dan berkembang dengan mengorbakan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, Kamus Keperawatan, 1997).
b.      Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak . (Rosa Mariono, MA, Standart Asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000).
c.       Karsinoma otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d.      Neoplasma ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta, 1973).

2.      Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah system yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama system hormone, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan system organ manusia.
a.       Susunan saraf sadar (Voluntary Nervous System) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita.
b.      Susunan saraf otonom / tak sadar (Automatic Nervous System), saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti: hati, paru-paru, jantung dan saluran cerna.
Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme, sirkulas darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom.Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susuna saraf para simpatik (system pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
a.       Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b.      Lobus parietal merupakan lobus sensori yang berfungsi untuk menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c.       Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d.      Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.
Secara fungsional dan anatomis, otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a)      Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1)      Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/traktus piramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh atau sebaliknya
2)      Pons berupa inti (nucleus) yang merupakan switch dari jalur yang menghubungkan korteks serebri dan serebelum.
3)      Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan diensefalon.
b)      Otak kecil (cerebellum) terletak di belakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebellum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmen posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregagan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c)      Otak besar (cerebrum) adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu: hemisper kiri dan kanan.
d)     Diensefalon dibagi menjadi empat wilayah:
1)      Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi.
2)      Hipotalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3)      Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh.
4)      Epitalamus dengan system limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak terdiri dari:
a)      Sepasang pembuluh darah karotis: denyut pembuluh besar ini dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pembuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga:
1)      Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2)      Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3)      Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan posterior.
b)      Sepasang pembuluh darah vertebralis: denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba karena kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah tersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.

3.      Etiologi
Penyebaran tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena:
1)      Genetic
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagai kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2)      Kimia dan virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3)      Radiasi
Pada mausia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4)      Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).Pengaruh trauma pada pathogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.




4.      Klasifikasi
Tipe Kasus Patologi
a.    Glioma jumlah ½ tumor otak tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke jaringan hemisfer cerebral.
Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bisa hidup beberapa bulan sampai tahun.
b.   Meningioma 13-18 % tumor primer intracranial tumbuh dari selaput meningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah jadi maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan melalui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
c.    Tumor Pituitari, tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekambuhan kembali mungkin.
d.   Neuroma, neuroma akustik sangat sering tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tumbuh kembali bila tidak terangkat lengkap.
e.    Tumor metastase, dari 2-20 % penderita kanker menjadi metastase ke otak. Sel kanker menjangkau otak lewat system srkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pengobatan kurang berhasil.

5.      Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologic progresif. Gangguan neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor: gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak denga kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan denga gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala penurunan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intracranial dapat diakibatkan oleh beberapa factor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yag disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bila girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medulla oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

6.      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya, antara lain:
a.       Daerah otak lobus frontalis
Tanda dan gejalanya:
Ø  Gangguan kepribadian
Ø  Epilepsy
Ø  Afasia motoric
Ø  Hemiparesis
Ø  Ataksia
Ø  Gangguan bicara
Ø  Gangguan gaya berjalan.
b.      Daerah otak lobus oksipitalis
Tanda dan gejalanya:
Ø  Gangguan penglihatan.
c.       Daerah otak lobus temporalis
Tanda dan gejalanya:
Ø  Halusinasi
Ø  Kejang psikomotor
Ø  Tinnitus (bunyi berdengung atau berdesing)
Ø  Kesulitan menyebutkan objek.

d.      Daerah otak lobus parietalis
Tanda dan gejalanya:
Ø  Tidak mampu merekam gambar
Ø  Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.

7.      Pemeriksaan Diagnostik
Ø  Arterigrafi atau Ventricolugram: untuk mendeteksi kondisi patologi pada system ventrikel dan cisterna.
Ø  CT-SCAN: dasar dalam menentukan diagnose.
Ø  Radiogram: memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang mengapur, dan posisi selatursika.
Ø  Elektroensefalogram (EEG): memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
Ø  Ekoensefalogram: memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
Ø  Sidik otak radioaktif: memperlihatkan daerah-daerah akumulas abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

8.      Penatalaksanaan medis
Ø  Pembedahan
·         Craniotomy.
Ø  Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan terapi tunggal.
Adapun efek sampingnya: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pektoralis, radang tenggorokan.
Ø  Chemoterapi
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan, mudah terserang penyakit.
Ø  Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.

9.      Komplikasi
Ø  Gagguan fisik neurologis
Ø  Gangguan kognitif
Ø  Gangguan tidur dan mood
Ø  Disfungsi seksual.

B.     KONSEP DASAR ASKEP
                                 I.            Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Ø  Riwayat keluarga dengan tumor
Ø  Terpapar radiasi berlebih
Ø  Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
Ø  Kecanduan alcohol, perokok berat
Ø  Terjadi perasaan abnormal
Ø  Gangguan kepribadian / halusinasi.
b. Pola nutrisi metabolic
Ø  Riwayat epilepsy
Ø  Nafsu makan hilang
Ø  Adanya mual, muntah selama fase akut
Ø  Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
Ø  Kesulitan menelan (gangguan pada reflex palatum dan faringeal).
c. Pola eliminasi
Ø  Perubahan pola berkemih dan BAB (inkontinensia)
Ø  Bising usus negative.
d. Pola aktifitas dan latihan
Ø  Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
Ø  Resiko trauma karena epilepsy
Ø  Hamiparase, ataksia
Ø  Gangguan penglihatan
Ø  Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
e. Pola tidur dan istirahat
Ø  Susah untuk beristirahat dan atau mudah tidur.
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Ø  Pusing
Ø  Sakit kepala
Ø  Kelemahan
Ø  Tinnitus
Ø  Afasia motoric
Ø  Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
Ø  Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
Ø  Penurunan memori, pemecahan masalah
Ø  Kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
Ø  Penurunan kesadaran sampai dengan koma
Ø  Tidak mampu merekam gambar
Ø  Tidak mampu membedakan kiri / kanan.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Ø  Perasaan tidak berdaya dan putus asa
Ø  Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesame
Ø  Masalah bicara
Ø  Ketidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi verbal / bicara pelo)
i. Reproduksi dan seksualitas
Ø  Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
Ø  Pengaruh / hubungan penyakit terhadap seksualitas.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Ø  Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah
Ø  Mekanisme koping yang biasa digunakan
Ø  Perasaan tidak berdaya, putus asa
Ø  Respon emosional klien terhadap status saat ini
Ø  Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
Ø  Mudah tersinggung.
k. Sistem kepercayaan
Ø  Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu.

                              II.            Diagnose Keperawatan
v  Diagnose keperawatan Pre-Op
·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah dan tidak ada nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker.
·         Nyeri kepala b/d proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak / mendesak otak.
·         Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan.
·         Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral.
·         Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri.
·         Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit b/d kurangnya informasi.
·         Kecemasan b/d rencana pembedahan.
v  Diagnose Keperawatan Post-Op
·         Nyeri b/d efek dari pembedahan.
·         Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri.
·         Kurang pengetahuan tentang tumor otak b/d ketidaktahuan tentang sumber informasi.
·         Kecemasan b/d penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.

                           III.            Intervensi
·         DX Pre-Op
DX I: Ntyeri b/d proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil: Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi:
Ø  Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekuensi.
R/ mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya.
Ø  Kaji factor penyebab timbul nyeri (takut, marah, cemas)
R/ dengan mengetahui factor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Ø  Ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
R/ teknik relaksasi dapat mengatasi nyeri.
Ø  Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik
R/ aalgetik efektif untuk mengatasi nyeri.

DX II: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah, dan tidak nafsu makan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil: nutrisi klien terpenuhi dan mual berkurang sampai hilang.
Intervensi:
Ø  Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat
R/ makanan yang hangat menambah nafsu makan.
Ø  Kaji kebiasaan makan klien
R/ jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
Ø  Ajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas dalam
R/ tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
Ø  Timbang berat badan jika memungkinkan
R/ untuk mengetahui kehilangan berat badan
Ø  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ mencegah kekurangan vitamin karena penurunan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak.

DX III: Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan.
Tujuan: Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: pasien mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas.
Intervensi:
Ø  Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan 0-4
R/ seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
Ø  Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan
R/ perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
Ø  Bantu untuk melakukan rentang gerak
R/ mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi.
Ø  Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R/ proses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
Ø  Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab
R/ meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit.

DX IV: Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral.
Tujuan: Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
Criteria Hasil:
*      Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
*      Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
*      Menggunakan sumber-sumber dengan tepat.
Intervensi:
Ø  Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
Ø  Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
Ø  Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ menilai adanya kerusakan motorik.
Ø  Katakana secara langsung pada pasien,  perlahan dan tenang
R/ menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

DX V: Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri.
Tujuan: Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi:
Ø  Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/ untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
Ø  Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
Ø  Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
Ø  Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DX VI: Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit b/d kurangnya informasi.
Tujuan: pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit setelah di lakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Intervensi:
Ø  Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan penaganannya.
R/ instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
Ø  Jelaskan fungsi renal dan konsenkuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R/ menambah pengetahuan pasien.
Ø  Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat penyakit.
R/ pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak seharusnya berubah.

DX VII: Kecemasam b/d rencana pembedahan.
Tujuan: Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: kecemasan pasien berkurang.
Intervensi:
Ø  Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien.
Ø  Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya.
R/ untuk mengurangi kecemasan.
Ø  Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnose medik.
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
Ø  Akui rasa takut/masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan.
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/menerima kenyataan penyakit dan pengobatan.

·         DX Post-Op
DX I: Nyeri yang b/d efek dari pembedahan.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil:
*      Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri.
*      Ekspresi wajah rileks
*      Klien mendemostrasikan ketidak nyamanan hilang.
                                     Intervensi:
Ø  Kaji tingkat nyeri atau lokasi,durasi, intensitas,kualitas tiap 4-6 jam
R/ sebagai indicator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
Ø  Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ sebagai indicator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
Ø  Beri posisi yang menyengkan bagi pasien
R/ untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
Ø  Beri waktu istirahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ dapat menurunkan ketidak nyamanan fisik dan emosional
Ø  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ membantu dalam penyembuhan pasien


DX II Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri.
Tujuan: Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi:
Ø  Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/ untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
Ø  Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
Ø  Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
Ø  Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

DX III: Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang b/d ketidak tahuan    tentang sumber informasi.
Tujuan: informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Criteria Hasil:
*      Klien mengatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan.
*      Klien mengatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri.
Intervensi:
Ø  Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga dapat memberikan informasi secara tepat.
Ø  Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. paru
R/ memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus penyakit
Ø  Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ gejala perforasi adalah nyeri pada dada
Ø  Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
Ø  Diskusikan tentang metode penatalaksanaan stress
R/ cara penatalaksanaan stress: relaksasi, latihan dan pengobatan.

DX IV: Kecemasan yang b/d penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.
Tujuan: kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Criteria Hasil: kecemasan berkurang.
Intervensi:
Ø  Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R/ menghadapi isupasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian.
Ø  Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R/ membantu pasien yakin dan percaya.
Ø  Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R/ membantu kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
Ø  Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R/ menjalin hubungan saling percaya pasien.
Ø  Berikan kenyamanan fisik pasien.
R/ ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengelaman ekstrem/ketidak nyamanan fisik.




                                        
DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, 2003, Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta :    Gitamedia press.

Juall Carpenito, Iynda RN, 1999. Dianosa dan Rencana Keperawatan . Ed 3. Jakarta: Media Aesculappius.

Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perwat. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran: UI.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar