KATA PENGANTAR
Puji Sykur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Cerebral
Palcy.
Dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kerja kelompok. Namun sebagai manusia biasa, kita semua tidak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata
bahasa. walaupun demikian penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini meskipun
tersusun sangat sederhana.
Kami menyadari
tanpa kerjasama antara guru pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat yang
memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya asuhan
keperawatan ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan
dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan para pembaca pada
umumnya. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Maumere, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................... ii Bab I pendahuluan 1
1.
Latar Belakang ......................................................................... 2
2.
Rumusan Masalah ................................................................... 2
3.
Tujuan Penulisan .................................................................... 2
4.
Metode Penuliasan 2
5.
Sistematika Penulisan ............................................................. 2
Bab
II Konsep Dasar Teori ................................................................... 3
1. Pengertian
................................................................................ 3
2. Etiologi
...................................................................................... 4
3. Patofiologi
................................................................................ 5
4. Manifestasi
Klinis ...................................................................... 6
5. Komplikas ................................................................................ 7
6. Pemeriksaan
Penunjang ............................................................. 8
7. Penatalaksanaan
........................................................................ 9
Bab III Konsep Dasar Askep ........................................................... 10
1. Pengkajian
................................................................................ 10
2. Diagnosa
Keperawatan ............................................................. 11
3. Intervensi
Keperawatan............................................................. 12
4. Implementasi
............................................................................. 13
5. Evaluasi ................................................................................ 14
Bab IV Penutup ................................................................................... 15
1. Kesimpulan
............................................................................ 15
2. Kritik
dan Saran ...................................................................... 16
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
saraf dan sistem hormonal adalah cara-cara bagian-bagian tubuh untuk saling
berkomunikasi
Sistem
saraf dapat dibagi menjadi susunan saraf pusat yang terdiri dari jalur-jalur
saraf-saraf di otak dari korda spinalis dari susunan saraf prifer yang terdiri
dari saraf-saraf yang mensarafi bagian tubuh lainya.
Koordinasi
sistem saraf pusat dan prifer memungkinkan kita bergerak ,berpikir,berbicara
dan berspon.
Cerebral
palcy merupakan penyakit/kelainan kognetal persarafan dimana terjadi kerusakan
jaringan otak yang kekal pada bunyi sebelum selama atau segera setelah lahir
yang dapat menyebabkan disfungsi motorik disetai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spatis juga kelainan mental.
Cerebral
palcy merupakan paralisis yang di akibatkan oleh kerusakan otak non-progresif
yang dapat terjadi setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan dari konspsi
hingga usia 5 atau 6 tahun(Garison,1995).Insiden kurang lebih 5,5 tiap 1000 kelahiran hidup
dan tersbar merta pada kedua jenis kelamin.segala ras dari berbagai Negara.
Di inggris 1,7
per 100 menurut ashner dan schonell,1950 dikutip oleh (pearson,1972)
Di
Indonesia sendiri angka kejadian cerebral palcy belum dapat di kaji secara
pasti,namun dilaporkan oleh instansi kesehatan di Indonesia diantarnya,
YPAC
: Tahun 2001
: 313 anak
2002 : 242 anak
2002
: 265 anak
2002
: 239 anak
2002
: 118 anak
2006
: 112 anak
2007
: 192 anak
Upaya
yang dilakukan dalam pencegahan cereral palsy yaitu dengan terapi dan dari
penelitian dilakukan untuk memperbaiki
keadaan tersebut terutama pada bayi-bayi yang mengalami masalah pernapasan dan
penggunaan terapi medikasi untuk mencegah perdarahan pada otak sebelum/segera
setelah lahir.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat
membuat masalah yaitu sebagai berikut :
·
Apa pengertian dari Cerebral Palcy ?
·
Apa Etiologi dari Cerebral Palcy ?
·
Bagaimanakah patofisiologis dari
Cerebral Palcy ?
·
Apa saja manifestasi klinis dari
Cerebral Palcy ?
·
Apa saja komplikasi dari Cerebral Palcy
?
·
Bagaimana pelaksanaannya ?
·
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Cerebral Palcy ? (Mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi ).
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/mahasiswi mampu membuat asuhan
keperawatan yang baik pada pasien dengan penyakit Cerebral Palcy.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mampu
mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan Cerebral Palcy.
2. Mampu
Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada klien dengan Cerebral Palcy.
3. Mampu
mengidentifikasi intervensi keperawatan pada klien dengan Cerebral Palsy.
4. Mengidentifikasi
implementasi den evaluasi pada klien dengan Cerebral Palcy.
1.4
Metode
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini menggunakan study
pustaka
1.5
Sistematika
Penulisan
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan
Penulisan
1.3 Rumusan
Masalah
1.4 Metode
Penulisan
1.5 Sistematika
Penulisan
Bab II Pembahasan
Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi
klinis
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan
diagnostik
7. Pinatalaksanaan
Konsep Dasar
Askep
I Pengkajian
II Diagnosa Keperawatan
III Intervensi Keperawatan
IV Implementasi
V Evaluasi
Bab III Penutup
1.
Kesimpulan
2.
Kritik dan Saran
Daftar Pustaka
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Teori
1.
Pengertian
Cerebral Parcy adalah
keadaan kerusakan jaringan otak yang tidak progresif, yang bisa terjadi pada
waktu muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan
gambaran klinik menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastic, gangguan ganglia basal dan sereblum,
serta kelainan mental.
(Ngastiyah,201)
Cerebral Palcy : suatu
gangguan non spesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system mayor piramida
(motorik korteks, basal ganglia dan otak kecil) yang di tandai dengan kerusakan
pergerakan dan postur pada serangan awal. (Suriadi
& Rita Yuliani.49)
2.
Etiologi
Penyebab Cerebral Palcy dapat dibagi
dalam 3 bagian yaitu prenatal.
Prenatal dan pascanatal
a. Pranatal
Infeksi terjadi
dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh Lues,
toxoplasmosis, rubella dan penyakit infeksi sitomegalitik. Kelainan menyolok
biasanya gangguan pergerakan dan retyardasi mental. Selain itu anoxia dalam
kandungan, terkena radiasi sinar X dan keracunan kehamilan dapat mimbulkan
cerebral palcy.
b. Periperal
·
Anoxia/hipoksia
·
Perdarahan otak
·
Prematuritas
·
Ikterus
·
Meningiritis purulenta
c. Pasca
natal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu
perkembangan dapat menyebabkan cerebral palcy, misalnya pada meningitis,
ensefalitis, dan luka parut pada otak pasca operasi.
(Ngastiyah,201)
3.
Patofisiologi
·
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan
pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan
narrowe gyri, saluran sulci dan berat otak rendah.
·
Anoxia merupakan penyebab yang berarti
dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain.
Cerebral palcy dapat dikaitkan dengan premature yaitu spastic diplegia yang
disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemmorage dalam ventrikel.
·
Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh
kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen
berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Selain itu
juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai dengan
tidak terkontrol, pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
·
Type Cerebral Palcy hemiparatik, karena
trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah. Cerebral hypoplasia :
hypogli-ceria neonatal dapat dihubungkan dengan ataxia cerebral palcy.
·
Spastic Cerebral Palcy yang paling
sering dan melibatkan kerusakan pada motor kortex yang ditandai dengan
ketegangan otot dan hiperesponsif. Reflex tendon yang dalam akan meningkatkan
dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada
sedikit atau semua ekstremitas.
·
Ataxic cerebral palcy adanya injuri dari
serebrum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan dan kinestik akan tampak
pergerakan yang tidak koordinasi pada ekstremitas atas bila anak memegang atau
mengapai benda. Adanya pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
·
Rigid/tremor/atonik cerebral palcy
ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan ekstensor. Type ini
mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple yang terkait
kurangnya pergerakan aktif.
(Suriadi &
Rita Yuliani, hal.50)
Cerebral Palcy dibagi menjadi 4
kelompok yaitu :
1. Tipe
Spastik ( 50% dari semua kasus cerebral palcy) dengan cirri-ciri otot-otot
menjadi kaku, kekakuan yang terjadi dapat berupa : Quardriplegi (kedua lengan
dan kedua tungkai), diplegi (kedua tungkai), hemiplegi ( lengan dan tungkai
pada salah satu sisi tubuh ).
2. Tipe
Diskinetik (Koreoathethoid,20% dan semua kasus cerebral palsy), dengan
cirri-ciri otot-otot lengan dan badan secara spontan bergerak perlahan,
menggeliat dan tak terkendali tetapi bisa juga timbul gerakan ksar dan
mengejang.
3. Tipe
Ataksik (10 % dari semua kasus cerebral palcy) resiko terkena cerebral palcy
meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah, dilaporkan bahwa bayi
dengan berat badan lahir rendah < 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali
lipat dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir normal. Angkah kejadian
cerebral palcy spastic diplegi dihubungkan dengan bayi dengan berat badan
rendah. Cerebral palcy tipe spastic diplegi merupakan tipe yang paling sering ditemukan.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus cerebral palsy)
resiko terkena cerebral palcy meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir
rendah, dilaporkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah < 1000 gram
mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan dengan bayi dengan berat
badan lahir normal.
Angka kejadian
cerebral palsy spastic diplegi dihugungkan dengan bayi dengan berat badan
rendah.
Cerebral palcy tipe
Spastic Diplegi merupakan tipe yang paling sering ditemukan.
4.
Manifestasi
Klinis
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dengan reflek yang
disertai dengan klonus dan reflex babinski yang positif. Tonus otot yang
meninggi itu menetap dan tidak menghilang, meskipun penderita dalam keadaan
tidur.
Peninggian tonus itu tidak sama derajatnya pada
suatu gabungan otok karena itu tampak sikap yang khas dengan kecenderungan
terjadi kontraktor misalnya lengan dalam aduksi.
Feksi pada sendi siku dan pergelangan tangan delam
posisi dan jari-jari dalam fleksi sehingga ibu jari melintang ditelapak tangan.
b. Tonus
otot yang berubah
Bayi pada golngan ini pada usia bulan pertama tampak
flaksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti
kelainan pada flower motor neuron bila bayi dibiarkan berbaring tampak flaksid
dan sikapnya seperti kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai
diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spatis.
c. Koreo-Atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan
pergerakan yang terjadi dengan sendirinya.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam
golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat.
e. Gangguan
Pendengaran
Gangguan berupa kelainan neurogen terutama presepsi
nada tinggi sehingga sulit menangkap kata-kata.
f. Gangguan
Bicara
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pendengaran
atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dnegan sendirinya di bibir dan
lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit
membentuk kata-kata dan sering anak tampak berliur.
g. Gangguan
mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konverjen
dan kelainan retraksi.
(Ngastiyah, 203-204)
5.
Komplikasi
a. Kontraktur
b. Retardasi
Mental
c. Konstipasi
(Suriadi & Rita Yuliani, 50)
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
a. EEG : dilakukan pada pasien yang kejang atau pada
golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
b. Foto
rontgen kepala
c. Pemeriksaan
reflex
d. CT
Scan
e. Fungsi
lumbal untuk menyingkirkan kemungkian penyebab suatu proses degeneratife.
f. Pemeriksaan
mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis serebral palcy
ditegakkan.
7.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptonatik. Pada
keadaan ini perlu kerjasama yang baik dan merupakan “satu tim” antara dokter
anak, neurology, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog,
fisiotrapi, occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar bisa dan
orang tua pasien.
·
Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif.
Orang tua turut membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah konraktur perlu
diperhatikan posisi pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang
berat dianjurkan untuk sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini
dilakukan sepanjang pasien hidup.
·
Tindakan Bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas,
dianjurkan untuk dilakukan pembedahan otot tendon atau tulang untuk reposisi
kelainan tersebut.
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
Tindakan
yang dapat dilakukan ialah :
·
Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi
baru lahir yang berisiko, (baca status bayi secara cermat mengenai riwayat
kehamilan). Jika dijumpai adanya kejang atau sikap bayi yang tidak biasa pada
neonates segera memberitahukan dokter agar dapat dilakukan penanganan
semestinya.
·
Jika telah diketahui bayi lahir dengan
resiko terjadi gangguan pda otak walaupun selama di ruang perawatan tidak
terjadi kelainan agar dipesankan pada orang tua jika melihat sikap bayi yang
tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.
c. Penatalaksanaan
Terapeutik
1. Terapi
Fisik
·
Brances (alat penokong)
·
Splint (pembalut)
·
Casting (pemasangan gibs)
·
Alat-alat : Kursi roda atau yang lainnya
·
Terapi kerja : menulis, makan, minum,
dll
·
Terapi bicara
·
Pendidikan khusus
·
Terapi social
·
Terapi psikolog
2. Terapi
Medikal
·
Diazepam untuk anak > 6 bln. dosis
0,12-0,8 mg/KG BB/hari/oral ( dibagi dalam 6-8 jam)
·
Baclofen untuk 2-7 tahun.dosis 10-40
mg/hari/oral. (dibagi dalam 3-4 dosis) dosis dimulai 2.5-5 mg/oral 3 x / hari
dinaikan 5-15 mg /hari.
Untuk 8-11 tahun, dosis 10-60 mg/hari/oral dibagi
dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 2.5-5 mg/oral 3x/hari, kemudian dinaikan 15
mg/hari, max 80 mg/hari.
Untuk >12 tahun, dosis 20-80
mg/hari/oral/3x/hari, di bagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg/oral/3x/hari,
kemudian dinaikan 15 mg/hari, max 80 mg/hari.
·
Dantroleng
Dosis dimuali dari 25 mg/hari, max 40 mg/hari
·
Botolinum Toxin (Botox)
Menghambat pelebaran acetylcholine dari presinaptik
pada pertemuan otot dan saraf. Kombinasinya melemahkan dan menguatkan otot yang
berlawanan kerja.
·
Baclofen Intratekal.
Indikasi : membantu penderita dalam mengatasi
kekakuan otot yang sangat mengganggu fungsi normal tubuh.
BAB
III
KONSEP
DASAR ASKEP
I.
Pengkajian
1.1 Biodata
a. Identitas
Klien
·
Nama
·
Umur
·
Tempat/tgl.lahir
·
Agama
·
Pendidikan
·
Tanggal MRS
·
Tanggal pengkajian
·
Diagnosa medic
·
Rencana terapi
b. Identitas
orang tua
c. Ayah
d. ibu
1.2 Keluhan
utama
1.3 Riwayat
keluarga
·
Riwayat obstetric (riwayat antenatal,
natal, post natal)
·
Riwayat penyakit sekarang
·
Riwayat penyakit masa lalu
·
Riwayat kesehatan keluarga
1.4 Riwayat
imunisasi
(BCG
; DPT I, II, III ; Poko I,II,III ; campak; hepatitis )
1.5 Riwayat
tumbuh kembang
(Pemeriksaan
fisik : BB, TB, LL)
·
Sosial
·
Kognitif
·
Motorik halus
·
Motorik kasar
1.6 Riwayat
nutrisi
·
Pemberian Asi : Pertama kali disusui,
cara pemberian, lama pemberian.
·
Pemberian susu formula : alas an
pemberian, jumlah pemberian, dana cara pemberian.
·
Pemberian makanan tambahan
·
Pola perubahan nutrisi saat ini
1.7 Riwayat
psikosial
1.8 Riwayat
spiritual
1.9 Reaksi
Hospitalisasi
Pemahaman orang tua tentang sakit dan rawat inap,
pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
1.10 Data
dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala
: perasaan tidak enak malaise
Tanda : Atasksim masalah berjalan, kelemahan,
keterbatasan dalam rentang gerak.
b. Makanan
dan Cairan
Gejala
: kesulitan melan
Tanda : Muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
c. Neurosensori
Gejala
: Sakit, kejang /kaku, gangguan
penglihatan, hilangnya koordinasi gerakan
Tanda : Penurunan keseimbangan, intention tremor
d. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
1.11 Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan
umum pasien
b. Tanda-tanda
vital
c. Pengukuran
antropometri
d. Sistem
pencernaan
Muntah,
kesulitan menelan
e. Sistem
indra
Gangguan
penglihatan dan pendengaran
f. Sistem
persyaratan
Perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan
kurang, refleksi bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot, hilangnya
koordinasi gerakan.
g. Sistem
muskuluskeletal
Spastisitas, tonus otot berubah, koreo atetosis,
postur tubuh abnormal, gaya jalan seperti posisi gunting, lutut bertemu lutut.
1.12 Pemeriksaan
Tingkat Perkembangan
a. Usia
0-6 tahun :
Dengan
menggunakan DOST
·
Motorik kasar : kemampuan untuk
melakukan gerakatn menurun karena terjadi penurunan tonus otot.
·
Motorik halus : keterlambatan
perkembangan motorik halus akibat hilangnya koordinasi.
·
Bahasa : gangguan bicara akibat gerakan
yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah sehingga anak sulit membentuk
kata-kata.
·
Personal sosial : gangguan dalam
berinteraksi dengan orang lain (menarik diri).
b. Usia
6 tahun keatas
·
Perkembangan kognitif : gangguan proses
berpikir atau daya ingat
·
Perkembangan psikososial : gangguan
dalam berinteraksi dengan orang lain (manarik diri).
II.
Diagnosa
keperawatan
1. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia jaringan otak.
2. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan spasme otot
3. Resiko
injury berhubungan dengan kejang
4. Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan neuromuskuler
5. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
III.
Intervensi
Keperawatan
Diagnosa I
Goal
: anak akan menunjukan perfusi jaringan yang
adekuat
Objektif : setelah dilakukan tindakan perawatan
diharapkan tingkat kesadaran baik, TTV stabil.
Intervensi :
1) Pantau
dan catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya atau standar.
R/ : Mengetahui tingkat kesadaran, peningkatan
tekanan intra cranial dan mengetahui lokal, luas dan kemajuan resolusi
kerusakan sistem saraf pusat.
2) Pantau
tanda-tanda vital
R/ : Variasi
perubahan TTV mungkin terjadi oleh karena tekanan atau trauma serebral pada
daerah vasomotor otak.
3) Latakan
dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anotmi (netral)
R/ : Menurunkan
tekanan arteri dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi cerebral
4) Pertahankan
keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung atau
aktivitas pasien sesuai indikasi, berikan kesempatan untuk istirahat.
R/ : Aktivitas
atau stimulus yang kontinu dapat meningkatkan tekanan intracranial, istirahat
yang cukup dan ketenangan dapat memberikan kenyamanan.
5) Kolaborasi
·
Berikan cairan IV sesuai indikasi,
batasi pemasukan cairan
R/ : Meminimalkan
fluktusi dalam vaskuler dan tekanan intrakranial
·
Berikan O2 seuai indikasi
R/ : Terjadinya
asidosis dapat menghambat masuknya O2 pada tingkat sel yang
memperburuk atau meningkatkan iskemia serebral.
Diagnosa
II
Goal : Anak akan menunjukan kemampuan pergerakan
yang maksimum dan tidak mengalami kontraktur.
Objektif : Setelah dilakukan tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan :
·
Peningkatan kekuatan/control otot
·
Rentang gerak dalam batas normal
·
Mampu melakukan aktivitas dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji
pergerakan sendi-sendi dan tonus otot anak serta kemampuan secara fungsional
R/ : Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. Bantu
dalam pemilihan intervensi.
2) Ubah
posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan jika
memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagain yang
terganggu.
R/ : Menurunkan
resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan darah yang terkena mengalami
pertukaran/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi yang lebih besar
menimbulkan kerusakan pada kulit atau dekubitus.
3) Mulailah
melakukan latihan gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas. Anjurkan
melakukan latihan seperti latihan quadrisep/glukal, meremas bola karet,
melebarkan jari-jari tangan dan kaki.
R/ : Meningkatkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi dan membantu mencegah kontraktur
4) Kolaborasi
·
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistef dan ambulasi pasien.
R/ : Program
yang khusus dapat dikembangkan untuk menigkatkan kebutuhan yang berarti/menjaga
kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.
·
Berikan obat relaksan otot,
antispasmodic sesuai indikasi, seperti baklofen dan trolen.
R/ : Mungkin
diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu.
Diagnosa III
Goal : Anak akan menunjukkan keadaan aman dan terbebas dari injury
Objektif : Setelah
dilakukan tindakan perawatan diharapkan pergerakan anak terkontrol dan dalam
keadaan aman, anak tidak kejang.
Intervensi
1) Pantau
adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain
R/ : Mencerminkan adanya iritasi SSP secara
umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah
komplikasi.
2) Berikan
keamanan pada anak dengan memberikan bantalan pada penghalang tempat tidur,
pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan hindari anak dari
benda-benda yang membahayakan misalnya dapat terjatuh.
R/ : Melindungi anak jika terjadi kejang
3) Bila
anak kejang : pasang alat pengaman di mulut
R/ : Agar lidah tidak tergigit
Catatan : memasukan alat pengaman hanya jika
rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup dan
jaringan lunak akan rusak
4) Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin
(dilatin), diazepam (valium), fenobarbital (luminal)
R/ : Merupakan indikasi untuk penanganan dan
pencegahan kejang
Diagnosa IV
Goal : Anak akan menunjukkan peningkatan
komunikasi
Objektif
: Setelah dilakukan tindakan perawatan :
·
Anak
mampu memberikan respon terhadap komunikasi
·
Anak
mampu berkomunikasi
Intervensi
1)
Kaji
respon anak terhadap komunikasi
R/ : Membantu untuk menentukan daerah atau derajat
kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan anak dalam beberapa atau seluruh
tanpa proses komunikasi
2)
Mintalah
anak untuk mengikuti perintah sederhana (seperti : “buka mata”, tunjuk ke
pintu”) ulangi dengan kata atau kalimat yang sederhana
R/ : Melakukan
penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik)
3)
Berikan
metode komunikasi alternatif seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan
petunjuk visua; (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan).
R/ : Memberikan
komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/defisit yang mendasarinya.
4)
Latih
anak dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah
R/ : Mencegah
terjadinya kekakuan otot
5)
Anjurkan
pengunjung atau orang terdekat mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi
dengan baik.
R/
: Mengurangi
isolasi sosial dan meningkatkan penciptaan komuniksi yang efektif
6)
Kolaborasi
Konsultasi dengan
atau rujuk ahli terapi wicara
R/
: Pengkajian secara individual
kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi mengidentifikasi
kekurangan atau kebutuhan terapi.
Diagnosa
V
Goal
: Meningkatkan tumbuh kembang anak dalam tingkat yang optimal
Objektif
: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan anak akan mengekspresikan
cara belajar dan ikut berpartisipasi dengan anak lain dalam melakukan
aktifitas.
Intervensi
1)
Kaji
tingkat tumbuh kembang anak dalam tingkat yang optimal
R/
: Membantu untuk menentukan daerah
atau kerusakan serebral yang mempengaruhi seluruh proses tumbuh kembang anak.
2)
Ajarkan
untuk intervensi awal dengan terapi reaksi dan aktivitas sekolah
R/
: Mengurangi isolasi diri dan
meningkatkan penciptaan tumbuh kembang anak yang efektif melalui proses
bermain.
3) Berikan aktifitas yang sesuai, manarik dan dapat dilakukan oleh anak,
R/
: Mengurangki altifitas yang
berlebihan yang dapat menyebabkan perubahan tonus otot dan aktivitas yang dapat
merangsang anak bermain
4) Anjurkan orang tua untuk selalu mengantar anak ke rumah
sakit untuk deteksi tumbuh kembang oleh spesialis
R/ : Deteksi dini tumbuh kembang anak dan untuk
menentukan kerusakan daeah cerebral
5) Rangsang anak agar dapat berkembang dan bermain sesuai
usianya
R/ : Penciptaan tumbuh kembang anak yang ektif melalui proses
bermain.
IV.
Implementasi
Sesuai
intervensi keperawatan
V.
Evaluasi
SOAP
Pendidikan Pasien/Orang Tua
- Ajarkan bagaimana untuk mencegah kerusakan kulit bilamana ada pemasangan alat bantu atau penyokong.
- Jelaskkan pentingnyaa menstimulasi anak dengan terapi barmain ynag sesuai indikasi dan sosialisasi dengan orang lain.
- Berikan informasi pada orang tua/keluarga tentang perkembangan anak, prognosis, rencana keperawatan dan berikan jawaban yang jujur bila mereka menanyakan.
- Pasien cerebral palcy dididik sesuai dengan tingkat intelektualnya di sekolah luar biasa.
- Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal seperti pulang ke rumah dengan kendaraan bersama-bersama sehingmereka tidak merasa diasingkan dan hidup dalam suasana normal
- Lakukan tindakan proteksi pada anak sesuai dengan toleransi kemampuannya
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
- Pada keadaan cerebral palcy kerja sama yang baik antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, perawatan, guru sekolah dan orang tua dalam pengobatan gejala.
- Peran Perawat
·
Meningkatkan
kebutuhan keamanan dan mencegah injury
·
Meningkatkan
kemampuan mobilitas fisik
·
Meningkatkan
kebutuhan tumbuh kembang dalam tingkat yang optimum
·
Meningkatkan
komunikasi
·
Meningkatkan
kebutuhan status nutrisi
·
Mencegah
terjadi aspirasi
·
Memenuhi
kebutuhan sehari-hari
·
Meningkatkan
pengetahuan dan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
·
Menganjurkan
orang tua pasien jika hamil selalu dibawah pengawasan dokter ahli kandungan.
2. KRITIK
DAN SARAN
·
Kita
sebagai warga negara Indonesia jika menemukan pasien cerebral palcy harus
memperlakukan mereka seperti anak yang normal agar mereka tidak merasa tersisih
dan tiap wanita yang hamil harus melakukan pemeriksaan ANC (Antenatal New Care)
secara rutin untuk deteksi dini beresiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar