BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
MEDIK
1. Definisi
Sirosis Hepatis penyakit kronik
progresif pada hati dengan karakteristik degenerasi luas dan destruksi sel
parenchym hati. (Lewis, 2000, hal. 1203).
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula
regenerasi sel hati. (Sylvia A. Price, 1995, hal. 445).
2. Anatomi Fisiologi
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian
teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara
luas dilindungi iga-iga. Terbagi dalam dua belahan utama kiri dan kanan.
Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk keluar hati.
Selanjutnya dibagi lagi dalam empat belahan. Dan setiap belahan atau lobus yang
terdiri atas lobulus. Lobulus ini berbentuk polihedral (segi banyak) dan sel
hati berbentuk kubus, dan cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama oleh
jaringan hati.
Pembuluh darah pada hati, mencakup :
-
Arteri hepatika, yang keluar dari aorta dan memberikan
seperlima darahnya kepada hati.
-
Vena porta, yang terbentuk dari vena lienalis dan vena
mesentrika superior, mengantarkan empat per lima darahnya ke hati. Darah vena
porta ini membawa kepada hati zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa
usus halus.
-
Vena hepatika, mengembalikan darah dari hati ke vena
kava inferior.
-
Saluran empedu terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler
empedu yang mengumpulkan empedu dari sel hati.
Fungsi hati :
a. Pembentukan dan sekresi empedu; garam empedu
penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak
di usus.
b.
Metabolisme pigmen empedu; bilirubin pigmen utama
empedu, merupakan hal akhir metabolisme pemecahan sel darah merah yang sudah
tua, proses konyugasinya berlangsung dalam hati dan diekskresi ke dalam empedu.
c.
Metabolisme karbohidrat; glikogenesis, glikogenolisis,
gluko-neogenesis. Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar
glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan
dalam hati sebagai glikogen.
d.
Metabolisme protein; sintesis protein. Protein serum
yang disintesis oleh hati termasuk albumin serta alfa dan beta globulin. Faktor
pembekuan darah yang disintesis oleh hati adalah fibrinogen, protrombin.
Pembentukan urea yang kemudian diekskresi dalam kemih dan feses. Penyimpanan
protein (asam amino).
e.
Metabolisme lemak, yang diabsorpsi dari susu menjadi
asam lemak dan gliserol. Ketogenesis dan sintesis kolesterol, sebagian besar
diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam kolat.
f.
Penyimpanan lemak, vitamin dan mineral. Vitamin yang
larut dalam lemak (A,D,E,K) dan vitamin B12, tembaga dan besi.
g.
Metabolisme steroid. Hati menginaktifkan dan mensekresi
aldosteron, glukokortikoid, estrogen, progesteron dan testosteron.
h.
Detoksikasi. Hati bertanggung jawab atas bio
transformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang
kemudian diekskresikan oleh ginjal.
i.
Ruang pengapung dan fungsi penyaring. Kerja fagostik
sel kupffer membuat bakteri dan debris dari darah.
3. Etiologi
Etiologi
dari berbagai bentuk sirosis tidak dimengerti dengan baik, ada 3 pola khas yang
ditemukan, yaitu :
1)
Sirosis Laennec
Suatu
pola sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol kronik.
2)
Sirosis post nekrotik terjadi nekrosis berbercak pada
jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang
dipisahkan jaringan parut, karena hepatotoksin dan biasanya hepatitis virus.
3)
Sirosis biliaris, karena obstruksi bilier pada hati
dengan kegagalan drainase empedu kronis, mula-mula hati membesar kemudian
mengeras dan noduler.
4. Patofisiologi
Sirosis
merupakan akhir dari bermacam penyakit hepar, dari sebab-sebab dan fibrogenesis
pada hepar. Sehingga mengakibatkan perubahan pada struktur dan fungsi sel-sel
hepar, pada akhirnya gangguan aliran darah dan gangguan aliran empedu.
Akibatnya kematian sel hati, formasi jaringan parut dan regenerasi sehingga
terjadinya sirosis hepatis. Hepar akan mengalami gangguan metabolisme,
regenerasi bertambah banyak dan terjadinya proliferasi jaringan fibrosis. Pada
gastrointestinal menimbulkan gejala nausea, vomitus, anoreksia, perubahan
defekasi (diare atau konstipasi), penurunan berat badan, obstruksi aliran vena
porta menyebabkan kompensasi tubuh meningkat sehingga terjadi sirkulasi
kolateral guna menghindari obstruksi hepatik dengan gejala ascites, edema,
splenomegali dan peningkatan tekanan vena. Terjadi dilatasi vena pada esofagus,
lambung dan rektum (hemorrhoid) yang dapat terjadi perdarahan. Metabolisme
bilirubin menurun berakibat ikterus, penurunan empedu di saluran cerna dan
peningkatan urobilinogen. Gangguan endokrin terjadi sehingga hormon tidak dapat
dimetabolisme dengan baik akibatnya kelebihan estrogen dalam sirkulasi dan akan
tampak angioma laba-laba pada kulit (leher, baku dan dada), atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila serta eritema palmaris. Terjadinya
perdarahan merupakan akibat berkurangnya faktor pembekuan oleh hepar. Anemia,
leukopenia dan trombositopenia terjadi akibat limpa aktif menghancurkan sel-sel
darah dalam sirkulasi, kegagalan sel hepar untuk menginaktifkan aldosteron
dan hormon diuretik merupakan penyebab
retensi natrium. Pada sirosis lanjut dapat terjadi enselofati hepatik akibat
kelainan metabolisme amonia dan kepekaan otak terhadap toksin.
5. Tanda
dan Gejala
-
Gejala dini adalah samar dan non spesifik; kelelahan,
anoreksia, dispepsia, flatulen, perubahan defekasi (konstipasi atau diare),
berat badan berkurang, nausea, muntah, nyeri tumpul pada epigastrium atau kuadran
kanan atas.
-
Manifestasi gagal hepatoseluler; ikterus, edema
perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmar, angioma laba-laba,
ensefalopati hepatikum.
-
Manifestasi hipertensi portal; adalah peningkatan
resistensi aliran darah melalui hati sehingga mengurangi aliran keluar melalui
vena hepatika dan meningkatkan aliran masuk sehingga menghasilkan bahan
berlebihan pada sistem portal, mencakup : splenomegali, varices esophageal,
vena kolateral pada dinding abdomen serta ascites.
6. Test Diagnostik
1)
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Darah : Hb rendah, anemia, kolesterol rendah.
b.
Serum elektrolit : menilai dalam penggunaan diuretik
dan pembatasan garam dalam diit.
c.
Protrombin time : pemanjangan masa pembekuan
menunjukkan penurunan fungsi hati.
d.
Serum albumin.
e.
Pemeriksaan kolinesterase (CHE).
2)
Pemeriksaan penunjang lainnya
a.
Radiologi dengan barium swallow untuk melihat adanya
variss esofagus.
b.
Esofagoskopi untuk melihat varises esofagus, sumber
perdarahan atau kemungkinan terjadi perdarahan.
c.
Angiografi untuk mengukur tekanan vena porta.
7. Komplikasi
-
Perdarahan pada saluran cerna ; kecenderungan untuk
berdarah akibat masa protrombin yang memanjang dan trombositopenia.
-
Ensefalopati hepatik : suatu bentuk intoksikasi otak
yang disebabkan oleh isi usus yang tidak dimetabolisme oleh hati yaitu amonia.
8. Therapi dan Pengelolaan
Medik
Therapy
obat-obatan, diberikan pada gejala dan komplikasi yang ditimbulkan :
a.
Autosid, untuk mengurangi distres lambung, mengurangi
perdarahan GI.
b.
Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses
kesembuhan pada sel hati yang rusak dan status gizi pasien.
c.
Diuretik, mempertahankan kalium, mengurangi ascites.
d.
Vitamin K, mengkoreksi keabnormalan pembekuan darah.
Therapy
nutrisi :
a.
Sirosis tanpa komplikasi tinggi kalori (3000 kcal per
hari), tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
b.
Pada pasien dengan ascites, edema, perubahan mental
diberikan diit rendah protein, rendah sodium.
c.
Ketika menjadi resiko ensefalopati, protein dapat
diberikan sebanyak 1,5 g per kg berat badan untuk memelihara keseimbangan
osmotik plasma dan menaikkan regenerasi sel hati.
B. KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Data subyektif :
-
Riwayat kesehatan masa lalu : infeksi virus, hepatitis,
obstruksi biliary chronic dan infeksi.
-
Obat-obatan dengan reaksi yang merugikan; hepatotoxic.
-
Kebiasaan yang mengganggu kesehatan; alkoholik.
-
Perawatan dan pengobatan penyakit hepatitis, empedu
yang tidak teratur.
-
Kelemahan dan kelelahan.
b. Pola
nutrisi metabolik
Data subyektif :
-
Anoreksia, berat badan menurun, dyspepsia, nausea,
vomiting, perdarahan pada gusi.
Data obyektif :
-
Integumen; jaundice, petechi, ekimosis, spider angioma,
palmar eritema, alopecia, peripheral edema, kehilangan rambut pubis dan axila,
sklera ikterik.
-
Gastrointestinal : distensi abdomen, ascites, dilatasi
dinding vena abdomen, hematemesis, melena, haemorrhoid, pembesaran lien dan
hepar.
-
Demam
-
Anemia, trombositopenia, penurunan serum albumin.
c. Pola
eliminasi
Data subyektif
-
Urin berwarna pekat (seperti teh), penurunan
pengeluaran urin, feses warna dempul, feses berwarna hitam, perut kembung,
perubahan kebiasaan BAB ; konstipasi dan diare.
d. Pola
aktivitas dan latihan
Data subyektif :
-
Kelelahan, terasa lemah, tidak mampu beraktivitas.
e. Pola
tidur dan istirahat
Data subyektif :
-
Perasaan tumpul kuadran kanan, nyeri epigastrium, mati
rasa pada ekstremitas, pruritis.
Data obyektif :
-
Perubahan status mental, gangguan orientasi waktu dan
tempat, bicara kacau, perubahan kepribadian.
f. Pola
persepsi sensori kognitif
Data subyektif :
-
Tidak bisa tidur atau sulit; nyeri pada abdomen,
peningkatan tekanan pada diafragma.
g. Pola
persepsi dan konsep diri
Data subyektif : merasa putus asa, malu terhadap masyarakat, penyakit
kronis.
Data obyektif : tampak sedih, putus asa, apatis.
h. Pola
peran dan hubungan dengan sesama
Data subyektif : pekerjaan, pengaruh stres, perubahan peran di dalam
keluarga, merasa tersisihkan.
i. Pola
reproduksi dan seksualitas
Data subyektif : impotensi, amenorrhea.
Data obyektif : gynecomastia, atrophy testis, impotensi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
mual, muntah, tidak nafsu makan.
2. Kelebihan
volume cairan melebihi kebutuhan tubuh berhubungan dengan retensi natrium,
penurunan protein plasma.
3. Risiko
tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
sirosis.
4. Nyeri
dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan tekanan abdomen dan diafragma.
5. Intoleransi
beraktifitas berhubungan dengan kelelahan, ascites.
6. Perubahan
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tekanan diafragma, ascites.
7. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus, edema dan ascites.
8. Resiko
terjadi perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan hati dalam membentuk
faktor pembekuan.
9. Perubahan
proses pikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati, peningkatan kadar
amonia.
10.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyakit yang
kronis, perubahan akibat proses penyakit dan prognosa.
3. Perencanaan Keperawatan
DP.
1. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, mual, muntah, tidak
nafsu makan.
Hasil Yang Diharapkan : Intake yang adekuat : kebutuhan nutrisi
terpenuhi, makan habis 1 porsi.
Intervensi :
1. Monitor
berat badan bila mungkin.
Rasional : memantau adanya kenaikan atau penurunan berat badan.
2. Anjurkan
pasien untuk makan sesuai diit dan berikan alternatif makanan yang lebih
disukai pasien.
Rasional : diit yang tepat penting untuk pemulihan dan makanan yang disukai
lebih mudah untuk dikonsumsi.
3. Anjurkan
makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
Rasional : makan dalam porsi besar dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen/ascites.
4. Lakukan
perawatan mulut terutama sesudah makan.
Rasional : mulut yang kotor mengurangi nafsu makan.
5. Berikan
kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup terutama sebelum makan.
Rasional : mengurangi kebutuhan metabolik pada hepar.
6. Anjurkan
tehnik relaksasi menarik nafas dalam bila mual.
Rasional : mengurangi mual.
7. Batasi
intake makanan dan minuman yang terlalu panas/dingin.
Rasional : Membantu mengurangi iritasi dan ketidaknyamanan pada
gastrointestinal.
8. Kolaborasi
dengan tim medik untuk pemberian anti emetik.
Rasional : mengurangi gejala gastrointestinal dan rasa tidak enak pada perut.
DP. 2. Kelebihan volume
cairan melebihi kebutuhan tubuh berhubungan dengan retensi natrium, penurunan
protein plasma.
Hasil Yang Diharapkan : Volume cairan yang stabil, keseimbangan
intake dan output, berat badan stabil, TTV dalam batas normal, tidak ada edema,
ascites.
Intervensi :
1. Catat
dan ukur output dalam 24 jam.
Rasional : menilai status sirkulasi volume serta respon terhadap therapi.
2. Menimbang
berat badan setiap hari sesuai kondisi pasien.
Rasional : Indikasi adanya retensi cairan.
3. Ukur
dan catat lingkar perut setiap hari.
Rasional : memantau perubahan pada pembentukan ascites dan penumpukan cairan.
4. Batasi
asupan natrium dan cairan sesuai program medik.
Rasional : meminimalkan pembentukan edema dan ascites.
5. Catat
asupan cairan.
Rasional : menilai kecukupan asupan cairan.
6. Monitor
serum albumin dan elektrolit.
Rasional : penurunan albumin mempengaruhi tekanan osmotik.
7. Kolaborasi
dengan tim medik untuk pemberian diuretik.
Rasional : meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal.
8. Berikan
albumin atau plasma expander bila diperlukan.
Rasional : albumin mempertahankan tekanan osmotik koloid sehingga meningkatkan
volume sirkulasi secara efektif.
DP. 3. Risiko tinggi
terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis.
Hasil Yang Diharapkan : Suhu tubuh dalam batas normal (36-375
oC)
Intervensi :
1. Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : memberikan data dasar dan mengevaluasi intervensi.
2. Beri
kompres untuk menurunkan suhu tubuh; air dingin.
Rasional : menurunkan suhu melalui proses konduksi dan evaporasi.
3. Kaji
faktor resiko infeksi termasuk leukopenia, gangguan sirkulasi.
Rasional : mengidentifikasi awal dari infeksi.
4. Lakukan
tehnik aseptik setiap melakukan tindakan ke pasien.
Rasional : mengurangi resiko infeksi nosokomial.
5. Monitor
jumlah sel darah putih.
Rasional : mengkaji respon dari therapy.
6. Anjurkan
pasien untuk beristirahat pada saat suhu meninggi.
Rasional : mengurangi peningkatan metabolisme hepar.
7. Berikan
antibiotik sesuai program medik.
Rasional : meningkatkan konsentrasi antibiotik serum untuk mengatasi infeksi.
DP. 4. Nyeri dan gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan tekanan abdomen dan diafragma.
Hasil Yang Diharapkan : Peningkatan rasa nyaman, rentang respon
nyeri dengan intensitas numerik kurang dari 5 (nyeri sedang – tidak ada nyeri).
Intervensi :
1. Observasi,
catat sifat rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.
Rasional : memberikan data dan mengevaluasi intervensi.
2. Tinggikan
bagian kepala tempat tidur, posisi semifowler (30o)
Rasional : mengurangi tekanan abdominal pada diafragma.
3. Pertahankan
istirahat ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.
Rasional : mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi fungsi hati.
4. Kurang
asupan natrium dan cairan sesuai program terapi.
Rasional : meminimalkan pembentukan ascites lebih lanjut.
DP. 5. Intoleransi
beraktifitas berhubungan dengan kelelahan, ascites.
Hasil Yang Diharapkan : Pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas.
Intervensi :
1. Kaji
kemampuan aktifitas pasien.
Rasional : keluhan fisik memberi dampak pada penurunan kemampuan untuk
melakukan aktifitas.
2. Pertahankan
kekuatan pasien dengan beristirahat.
Rasional : istirahat meminimalkan kerja jantung dan paru.
3. Bantu
klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : pengurangan aktifitas dapat mengurangi kerja metabolisme hepar.
4. Kaji
aktivitas sehari-hari.
Rasional : memastikan kebutuhan pasien terpenuhi sesuai kebutuhan.
5. Berikan
diit tinggi kalori dan protein (sesuai batasan)
Rasional : memberikan tenaga dan membantu proses penyembuhan.
6. Motivasi
pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
Rasional : menghemat tenaga pasien dan mendorong pasien melakukan latihan
dalam batas toleransi pasien.
7. Monitor
hemoglobin dan hematokrit.
Rasional : ….
DP. 6. Perubahan pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan tekanan diafragma, ascites.
Hasil Yang Diharapkan : Pola nafas efektif, tidak ada dyspneu dan
cyanosis. AGD dalam batas normal.
Intervensi :
1. Monitor
RR, dalamnya usaha menggunakan otot bantu nafas.
Rasional : untuk pendiagnosaan awal dan intervensi keperawatan selanjutnya.
2. Auskultasi
bunyi nafas, catat adanya crackles, wheezing, ronchi.
Rasional : indikasi adanya komplikasi dan bunyi tambahan, refleksi akumulasi
cairan.
3. Beri
posisi kepala lebih tinggi 30o, semifowler.
Rasional : mengurangi tekanan pada diafragma dan ekspansi rongga dada.
4. Anjurkan
pasien untuk latihan nafas dalam.
Rasional : membantu ekspansi paru.
5. Hemat
tenaga pasien.
Rasional : mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.
6. Beri
O2 sesuai indikasi medik.
Rasional : mencegah hipoksia jaringan.
DP. 7. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pruritus, edema dan ascites.
Hasil Yang Diharapkan : Keutuhan kulit terpelihara, proteksi
jaringan, mengurangi gatal.
Intervensi :
1. Observasi
perawatan kulit terutama daerah yang tertekan, gunakan lotion, hindari
pemakaian sabun mengandung alkali.
Rasional : daerah yang tertekan lebih mudah mengalami kerusakan kulit,
mencegah kulit kering, mengurangi lecet.
2. Reposisi
secara teratur.
Rasional : mengurangi penekanan pada jaringan yang edema dan meningkatkan
sirkulasi.
3. Tinggikan
ekstremitas yang mengalami edema.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi pembentukan edema.
4. Berikan
linen yang kering dan pertahankan agar tetap tegang.
Rasional : linen yang lembab resiko terjadinya pruritus.
5. Gunting
kuku pasien dan jaga kebersihannya.
Rasional : mencegah terjadinya trauma pada kulit akibat garukan.
6. Kolaborasi
dengan medik pemberian anti pruritus.
Rasional : untuk mengurangi rasa gatal.
DP. 8. Resiko terjadi
perdarahan berhubungan dengan ketidakmampuan hati dalam membentuk faktor
pembekuan.
Hasil Yang Diharapkan : Tidak terjadi perdarahan, deteksi dini
perdarahan.
Intervensi :
1. Kaji
tanda-tanda perdarahan.
Rasional : akhir dari penyakit hati adanya gangguan sintesis pembentukan
faktor pembekuan.
2. Monitor
nadi, tekanan darah, suhu dan CVP (bila ada).
Rasional : mengidentifikasi kurangnya volume sirkulasi darah.
3. Anjurkan
pasien menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut.
Rasional : meminimalkan trauma yang menimbulkan perdarahan.
4. Gunakan
jarum yang kecil untuk injeksi dan beri penekanan pada bekas tusukan dalam
waktu yang relatif lama.
Rasional
: meminimalisasi kerusakan jaringan
mengurangi resiko perdarahan.
5. Monitor
Hb, Ht dan faktor pembekuan.
Rasional : mengevaluasi kelainan darah dan perdarahan aktif.
6. Beri
therapy sesuai program medik untuk meningkatkan sintesa protrombin : vitamin K.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
DP. 9. Perubahan proses
pikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati, peningkatan kadar amonia.
Hasil Yang Diharapkan : Perbaikan status mental; tidak mengalami
gangguan orientasi realita : berperilaku normal.
Intervensi :
1. Observasi
perubahan perilaku : kelemahan, gelisah, cepat marah.
Rasional : mengetahui status mental akibat keadaan sirosis yang dapat terjadi
coma hepaticum.
2. Batasi
protein makanan sesuai program.
Rasional : mengurangi sumber amonia.
3. Berikan
makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan energi dan mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk
tenaga.
4. Berikan
istirahat di tempat tidur dan kaji kebutuhan aktivitas perawatan diri.
Rasional : mengurangi kebutuhan metabolik hepar, mencegah kelelahan.
5. Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium pemeriksaan amonia, SE, pH, BUN, glukosa, darah
lengkap dan enzim-enzim hati.
Rasional : peningkatan amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik, hipoglikemi,
anemia dan infeksi sebagai faktor pencetus terjadinya koma hepatikum.
6. Hindarkan
pemakaian preparat apiat dan barbiturat.
Rasional : mencegah efek sekunder kemampuan hati yang rusak untuk metabolisme
preparat narkotik dan barbiturat.
DP.10. Gangguan konsep
diri berhubungan dengan penyakit yang kronis, perubahan akibat proses penyakit
dan prognosa.
Hasil Yang Diharapkan : Pasien dapat mengungkapkan pemahamannya
tentang perubahan yang terjadi, menerima keadaannya, koping yang positif.
Intervensi :
1. Diskusikan
dengan pasien tentang situasinya dan anjurkan untuk mengungkapkan
ketidaknyamanan, jelaskan hubungan antara penyakit dan gejala-gejala yang
terjadi.
Rasional : pasien dapat sangat sensitif terhadap perubahan tubuh.
2. Berikan
perawatan dengan caring dan beri dukungan terhadap pasien.
Rasional : meningkatkan trust dan memberi perasaan diterima oleh pasien.
3. Anjurkan
keluarga untuk mengunjungi dan mendampingi pasien secara teratur dan perasaan
mengasihi kepada pasien.
Rasional : keluarga merupakan support system utama dalam menunjang pemulihan
dan memberi ketenangan pada pasien.
4. Perencanaan Pulang
a.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
pentingnya perawatan yang berkelanjutan, untuk mengerti bahwa penyakit sirosis
merupakan penyakit yang kronis.
b.
Menjelaskan pasien dan keluarga tentang gejala dan komplikasi,
segera ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan secara tepat pengobatan jika
terdapat komplikasi.
c.
Menjelaskan diit rendah protein, rendah lemak dan
rendah garam pada proses ascites.
d.
Menjelaskan
kepada pasien untuk menghindari obat-obat yang berlebihan selain dari
medik, kemungkinan besar hepatotoksik.
e.
Anjurkan pada pasien untuk menghindari makanan pedas.
f.
Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari segala
aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan portal seperti bersin dan batuk yang
kuat, yang dapat berakibat perdarahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar