BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
SLE (sistemisc Lupis
Erythematosus) adalah penyakit radang multi sistem yang sebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau
kronik dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi
dalam tubuh.
Penyebab diduga terjadi
karena berbagai faktor multi faktoral antara lain,genetik,hormonal ,sistem imun
dan .faktor genetik (HLAyang berperan
adalah HLA DR3)HLA DR2 menimbulkan gejala lupus nepritis HLA DR3 menunjukan
gejala muskuloskeletal. Pada SLE peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan
terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan
kompleks imun dan kerusakan jaringan inflamasi akan menstimulasikan antigenia
selanjutnya serangan antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali .
1.2
TUJUAN
PENULISAN
1.
Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini
diharapkan mahasiswa/i mampu memahami, dan meyusun memberikan askep pada pasien
dengan SLE
2.
Tujuan kusus
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan
mahasiswa /i mampu :
a. Melakukan
pengkajian pada pasien dengan SLE
b. Merumuskan
diagnosa keperawatan pada pasien dengan SLE
c. Menentukan
intervensi keperawatan pada pasien dengan SLE
1.3
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana cara melakukan
pengkajian pada pasien dengan SLE
2.
Bagaimana merumuskan
diagnosa keperawatan pada pasien dengan SLE
3.
Bagaimana menentukan
intrvensi keperawatan pada pasien dengan SLE
1.4
METODE
PENULISAN
Penulisan ini
berdasarkan tinjauan perpustakaan yang menuju pada literal –literal yang
berkaitan dengan patogenesis, diagnosis, panatalaksana sistemise lupus
eritematosus.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
KONSEP DASAR TEORI
1.
Pengertian
SLE(sistemise
lupus erytematsus) adalah penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut atau fulminan atau
kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibodi dalam tubuh.
SLE adalah
penyakit autominum sistemik kronik yang ditandai dengan berbagai macam antibodi
membentuk kompleks imun dan menimbulkan reaksi inflamasi pada berbagai organ
tubuh.
Penyakit lupus
adalah penyakit sistem daya tahan atau penyakit autoimun artinya tubuh pasien
lupus membentuk anti bodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri seperti
ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit atau trombosit.
Lupus adalah
penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh
yang sehat. Sistem imun yang terbentuk berlebihan, kelainan ini dinamakan autoimunitas.
2.
Etiologi
Penyebab
diduga terjadi karena berbagai faktor atau multifaktoral, antara lain genetik,
hormonal, sistem imun dan lingkungan. Faktor genetik (HLA yang berperan dalam
HLA DR2 dan DR3).
HLA DR2 menunjukan gejala lupus
netritis.
HLA DR3 menunjukan gejala
muskuloskeletal.
DQ 1, DQ2 dan manifestasi subakut
kutaneus lupus, mekanisme terjadinya diawali dengan adanya faktor pencetus yang
terdapat di lingkungan menimbulkan gangguan respon imun pada penderita dengan
gen yang suceptibel, infeksi sinar uv, antibiotik dan obat-obatan. Deposito
imun kompleks dan aktifasi komplemen mengakibatkan inflamasi vaskuler berupa:
vaskulopati, vaskulitis dan trombosis.
Ada 3 jenis penyakit lupus yang di
kenal yaitu:
1.
Discoid lupus / cultanius
lupus yaitu penyakit lupus yang menyerang kulit.
2.
Sistemik lupus yaitu
penyakit lupus yang menyerang kebanyakan
sistem di dalam tubuh, seperti: kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati
dan sistem syaraf.
3.
Drug / induced yaitu
penyakit lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu.
3.
Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi
akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningktan auto antibodi yang berlebihan.
Gangguan imonoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagian terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi pada
selama usia reproduksi ) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal)
obat-obat tertentu seperti hidralasin, prokainamid, isoniasid, klorpromasin dan
beberapa preparat anti konsulfan disamping makanan seperti kecambah alfalfah
turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE,
peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel-T supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks bimun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi
antigen yang selanjutnya serangan antibodi tambahan dan siklus tersebut
berulang kembali.
4.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi
sangat luas tergantung pada organ mana yang terlibat awalnya dengan gambaran
klinis yang tidak spesifik, lesu, panas, mual, nafsu makan berkurang, BB
menurun, fase awal ringan berupa rasa dengan artritis atau berat yang menyerang
organ vital misalnya lupus nepliritis, lupus cerebral dan pneumonitis.
1. Sistem
muskuloskeletal
a. Berupa
artragia 70% artriti, sinovitis, reumatoid nonerosid berupa bengkak sendi,
kemerahan, kadang disertai efusi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak,
rasa kaku pada pagi hari, sendi yang terkena jari, pergelangan tangan dan
lutut, tendinitis, replure tendom, karpaltumel syndrome.
b. Mialgia
/ muscle tenderness pada daerah deltoid dan quadriccep sering di jumpai pada penyakit yang aktif
afaskular nekrosis 5-10 % di sebabkan karena steroid, antiphop holiphip
antibodi, vaskulitis, emboli lemak raynaud s phenomenon.
2. Sistem
muskokutaneus
Kulit
merupakan manifestasi yang paling sering. Gejala klinisnya: lesiultikaria,
parpabel purpura, incer lesibulosa, lesi akut pada kulit yang terdiri dari ruam
berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi, ulkusoral dapat
mengenai mulosa pipi atau palatum durum.
5.
Evaluasi
Diagnostik
Diagnostik SLE
dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah.
Gejala yang klasik menyangkut demam, keletihan serta penurunan berat badan dan
kemungkinan pula atritis, pleuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum: anemia
sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan
antibodi, antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung
tapi tidak memastikan diagnostik.
6.
Penatalaksanaan
Medis
1.
Preparat NSAID untuk
mengatasi manifestasi minor dan di pakai barsama kostikosteroid, secara tipikal
untuk kustaneus.
2.
Obat antimalaria untuk
gejala kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE.
3.
Preparat imunosupresan,
pengkelat dan analog purion, untuk fungsi imun.
2.2
KONSEP
DASAR ASKEP
1.
Pengkajian
a. Anamnesis
riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di fokuskan pada gejala
sekarang dan gejala yang pernah di alami. Seperti keluhan mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam / panas, anoreksia efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra diri pasien.
b. Kulit
Ruam eritematous, plak
eritematouspada kulit kepala, muka atau leher.
c. Kardiovaskuler
Friction rup perikardium yang
menyertai miokarditis dan efusi pleura, lesi eritematous papuler dan purpura
yang menjadi nekrosis menunjukan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral
tangan.
d. Sistem
muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
e. Sistem
integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri
tas ruam yang berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung dan pipi.
f. Sistem
pernapasan
Pleuritis atau efusipleura.
g. Sistem
vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis
yang menimbulkan lesi papuler, eritomatous dan parpura di ujuna jari kaki,
tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan
dan berlanjut nekrosit.
h. Sistem
renal
Edema dan hematuria.
i.
Sistem syaraf
Sering terjadi depresi dan
psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea atau manifestasi SPP lainnya.
2.
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
b/d inflamasi dan kerusakan jaringan.
2. Keletihan
b/d peningkatan aktifitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
3. Ganggun
integritas kulit b/d perubahan fungsi, ballier kulit, penumpukan, kompleks
imun.
4. Kerusakan
mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada
saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
5. Gangguan
citra tubuh b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta fisiologis yang di
akibatkan penyakit kronik.
3.
Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri
b/d inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan: perbaikan dalam tingkat
kenyamanan.
Intervensi:
1. Laksanakan
sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas/dingin, masase,
perubahan posisi, istirahat, kasur busa, bantal penyangga, bidai, teknik
relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
2. Berikan
preparat anti inflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
3. Sesuaikan
jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan
nyeri.
4. Dorong
pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik
penyakitnya.
5. Jelaskan
patofisiologi nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering
membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
6. Bantu
dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai
metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
7. Lakukan
penilaian terhadap perubahan subyek pada rasa nyeri.
2.
Keletihan b/d
peningkatan aktifitas penyakit, rasa nyeri, depresi
Tujuan: mengikutsertakan
tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk
mengubah.
Intervensi:
1.
Berikan penjelasan
tentang keletihan.
a.
Hubungan antara
aktivitas penyakit dan keletihan.
b. Menjelaskan
tindakan untuk memberi kenyamanan sementara melaksanakannya.
c. Menjelaskan
pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional.
d.
Menjelaskan cara
menggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga.
e. Kelainan
faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
2.
Fasilitasi pengembangan
jadwal aktivitas / istirhat yang tepat.
3.
Dorong kepatuhan pasien
terhadap program terapinya.
4.
Rujuk dan dorong
program kondisioning.
5. Dorong
nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
3. Ganggun
integritas kulit b/d perubahan fungsi, ballier kulit, penumpukan, kompleks
imun.
Tujuan: pemeliharaan integritas
kulit.
Intervensi:
1.
Lindungi kulit yang
sehat terhadap kemungkinan makserasi.
2.
Hilangkan kelembaban
dari kulit.
3.
Jaga dengan cermat
terhadap resiko terjadinya cedera akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu
panas.
4.
Nasihati pasien untuk
menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
5.
Kolaborasi pemberian
NSAID dan kostikosteroid.
4. Kerusakan
mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada
saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
Tujuan: mendapat dan mempertahankan
mobilitas fungsional yang optimal.
Intervensi:
1. Dorong
verbalisasi yang berkenan dengan keterbatasan dalam mobilitas.
2. Kaji
kebutuhan akan konsultasi terapi ukupasi / fisioterapi.
a. Menekankan
kisaran gerak pada sendi yang sakit.
b. Meningkatkan
pemakaian alat bantu.
c. Menjelaskan
pemakaian alas kaki yang aman.
d. Menggunakan
postur / pengaturan posisi yang tepat.
3. Bantu
pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.
4. Dorong
kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
a. Memberi
waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas.
b. Memberikan
kesempatan istirahat setelah melakukan aktivitas.
c. Menguatkan
kembali prinsip perlindungan sendi.
5. Gangguan
citra tubuh b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta fisiologis yang di
akibatkan penyakit kronik.
Tujuan: mencapai
rekonsiliasi antara konsep diri dan perubahan fisik serta psikologi yang
ditimbulkan penyakit.
Intervensi:
1. Bantu
pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendaligejala penyakit dan penanganannya.
2. Dorong
verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut.
a. Membantu
menilai situasi sekarang dan mengenali masalahnya.
b. Membantu
mengenali mekanismenya koping pada masa lalu.
c. Membantu
mengenali mekanisme koping yang efektif.
4.
Implementasi
Sesuai dengan
intervensi.
5.
Evaluasi
Sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas disimpulkan bahwa SLE (sistemik lupus eritematosus) adalah
penyakit radang multi sistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan
penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik.
Penyakit
lupus adalah penyakit sistem daya tahan atau penyakit auto imun artinya tubuh
pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri
seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit dan trombosit.
Ada
3 jenis penyakit lupus yang di kenal yaitu:
1. Discoid
lupus / cultanius lupus yaitu penyakit lupus yang menyerang kulit.
2. Sistemik
lupus yaitu penyakit lupus yang menyerang
kebanyakan sistem di dalam tubuh, seperti: kulit, sendi, darah,
paru-paru, ginjal, hati dan sistem syaraf.
3. Drug
/ induced yaitu penyakit lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu.
3.2 SARAN
Untuk
mahasiswa keperawatan semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam memberikan
askep pada klien SLE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar