BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Gambaran
klinis tukak duodenum berupa nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada epigastrium
(sindrom dyspepsia). Prevelensi tukak duodenum seumur hidup adalah 5%-10%,
resiko semakin meningkat dengan pertambahan usia.
Tukak
duodenum merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan dalam klinik terutama
pada kelompok umur diatas 45 tahun. Pada pemeriksaan endoskopy saluran cerna
bagian atas pada 1.615 pasien dengan dyspesia kronik di sub sebagian
gastroenterologi Rs
Pendidikan Di makasar ditemukan prevelensi tukak duodenum sebanyak 14%, umur
terbanyak antara 45-65 tahun dengan kecenderungan makin tua umur prevelensi
makin meningkat dan perbandingan antara laki-laki dan perampuan 2:1
B. TUJUAN
1. Tujuan
umum
Agar
mahasiswa dapat mengetahui asupan keperawatan pada pasien dengan penyakit tukak
duodenum
2. Tujuan
khusus
Adapun
tujuan khusus dari penulis makalah ini adalah
1)
Mengetahui konsep dasar
penyakit ulkus duodenum dari pengertian, etiologi, patofisiologi, menifestasi
klinis, pencegahan dan pengobatan.
2)
Untuk mengetahui konsep
dasar asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit ulkus duodenum mulai dari
pengkajian, diagnnosa keperawatan, intervensi, impelementasi, evaluasi.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. PENGERTIAN
Ulkus
duodenum secara anatomis didefenisikan sebagai suatu efek mukosa/submukosa yang
berbatas tegas dapat menembus muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga
dapat terjadi perforasi.
Secara
klinik, suatu tukak adalah hilangnya epitel superficial atau lapisan lebih
dalam dengan diameter > 5 mm yang dapat diamati secara endoskopi atau
radiologis. (Akil H.A.M) 2006
B. ETIOLOGI
1)
H. Bakteri pylori
2)
Penggunan obat-obatan
anti inflamasi nonsteroid
3)
Peningkatan asam
lambung
C. PATOFISIOLOGI
H.
Bakteri pylori adalah suatu bakteri gram negative yang dapat hidup dalam
susunan asam didalam lambung atau duodenum (Antrum, korpus, dan bulbus).
Bakteri ini berada pada lapisan mukus dan sewaktu-waktu dapat menembus sel-sel
epitel, bila terjadi infeksi H pylori maka bakteri ini akan melekat pada
permukaan epitel dengan bantuan adhesin, kemudian bakteri ini efektif merusak
mukosa dengan melepaskan sejumlah zat seperti ensim dan sitotoksia, sehingga
akan terjadi gastritis
akut yang akan berlanjut menjadi gastritis kronik aktif dan berlanjut lagi ke
duodenum kronik aktif.
Bila
terjadi infeksi H pylori akan memberi respon untuk mengeliminasikan atau
memusnakan bakteri.
2
faktor menentukan terjadinya tukak duodenum yaitu faktor-faktor agresif yang
dapat merusak mukosa dan faktor-faktor
definisif yang memelihara keutuhan dan daya tahan mukosa.
Mekanisme
kerja faktor-faktor yang disebabkan diatas adalah sebagai berikut:
1) Asam
lambung
Pada
tukak duodenum terjadi peningkatan produksi dan pelepasan gastrin, sensivitas
mukosa lambung terhadap ransangan gastrin meningkat secara berlebihan, jumlah
sel parietal, pepsinogen juga meningkat
2) Helicobakteri
H
bakteri adalah bakteri gram negative infeksi extrtaseluler, ditularkan secara
vecal oral atau oral-oral atau latroganik dan reservoarnya adalah manusia.
Penelitian
telah memberikan bahwa infeksi h. Pylori merupakan faktor paling dominan panyabab
terjadinya tukak peptik baik duodenum maupun lambung pada tukak duodenum baik
dari 90% khusus H.pylori negativ positif dan pada mereka terinfeksi setelah
berlangsung sekitsr 20 tahun resiko terjadinya tukak yang bergejalah 2,3 sampai
5,5 kali lebih sering dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi.
Menifestasi
klinik infeksi pada H. Pylori sesorang sangat berfariasi mulai dari grastritis
yang tidak bergejalah, tukak peptikum yang jelas sampai terjadinya kangker
lambung. Infeksi H. Pylori dalam lambung terutama berkolonisasi dan
terkonsentrasi padaantrum, sehingga menyebabkan terjadinya gastritis kronik
aktif yang hampir selalu ditemukan pada tukak duodenum.
3) Obat-obatan
Dains
dan rokok menghambatproduksi postalgandin sehingga secara skunder berpengaruh
terhadap sekresi mukus, dains misalnya aspirin dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi membrane limpa protein sel epitel dan merusak hubungan antara sel.
Sehingga pelepasan sel epitel dan memudahkan difusi
Ø Aliran
darah mukosa atau mikromulasi yang menyangkut oksigen nutrisi dan ion-ion
birkabonat berfungsi untuk memelihara kebutuhan sel epitel mukosa, pada
duodenum ditemukan aliran darah mukosa berkurang dibanding dengan punya tanpa
tukak. Dains dan merokok dan stres akuut dapat menekan aliran darah mukosa
D. GAMBARAN
KLINIS
Sebagai
salah satu bentuk dispepsia organik adalah sindrom dispepsia berupa nyeri atau
rasa tidak nyaman pada epigastrium. Nyeri terasa seperti rasa terbakar, nyeri
rasa lapar, rasa sakit/tidak nyaman mengganggu dan tidak terlokalisasi,
biasanya terjadi setelah 90 menit sampai 3 jam post prandial dan nyeri dapat
berkurang sementara sesudah makan, minum susu atau minum antasida. Nyeri yang
spesifik pada 75% pasien adalah Nyeri tengah malam yang membangunkan pasien.
Nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar kepunggung perlu diwaspadai adanya
penetrosii tukak kepankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap mengenai
seluruh perut dicurigai sesuatu perforasi.
E. PENGOBATAN
Tujuan
utama pengobatan
Ø Mengurangi
rasa sakit
Ø Menyembukan
tukak
Ø Mencegah
residif dan komplikasi
F. OBAT-OBATAN
Obat-obatan
spesifik yang dewasa ini tersedia dan dianjurkan kedalam pengobatan tukak
duodenum adalah
v Antasida
yang ideal harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: Mampu menetralkan asam,
tidak diabsorbsi oleh saluran cerna. Sedikit atau tidak mengandung natrium,
dengan pemberian dosis berulang dapat ditoleransi oleh penderita dan tidak
menimbulkan efek samping
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) Endoskopy
Dilakukan dengan
pemeriksaan endoskopy saluran cerna bagian atas dan sekaligus dilakukan biopsi
lambung untuk detikasi H. Pylori atau dengan pemeriksaan foto birium kontras
ganda
Pemeriksaan
enndoskopy pada kasus ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu:
a. Dapat
mendektesi tukak duodenum yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi dan penderita
dengan deformitas yang berat serta ulkus yang samar-samar
b. Dapat
mengidentifikasi ulkus yang sangat kecil atau superfisial
c. Bila
ada perdarahan, dapat ditentukan sumbernya
d. Pada
kasus dengan kecurigaan adanya keganasan dapat dilakukan biobsi
e. Brushing
Setelah terarah dapat
di kerjakan untuk pemeriksaan sitiologi bila ada kemungkinan keganasan
2) Sinar
X
Pada pemeriksaan sinar
x tukak duodenum, terlihat sebagai suatu kawah yang terpisah (diskret) dibagian
proksimal bulbus duodenum. Pada kasus-kasus dengan deformitas yang berat, yang
sering dijumpai pada penderita tukak duodenum kronis berulang, dapat timbul
kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi adanya ulkus.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
pasien
(nama, umur, jenis
kelamin,, suku bangsa, agama, pekerjaan, alamat)
2. Keluhan
utama
Nyeri pada perut
3. Keluhan
lain yang menyerta
Rasa terbakar didada
4. Riweayat
keperawatan
·
Riwayat kesehatan
sekarang
·
Riwayat kesehatan
terdahulu
·
Riwayat kesehatan
keluarga
5. Pemeriksaan
fisik
·
Kesadaran umum
·
Tanda-tanda vital
·
Inpeksi
·
Auskultasi
Pengkajian
data dasar
·
Aktifitas dan istirahat
·
Sirkulasi
·
Eliminasi
·
Makan minum
·
Sensori neurol
·
Nyeri atau kenyamanan
·
Respirasi
·
Keamanan
·
Interaksi social
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kurang
pengetahuan b.d kurang terpajannya informasi tentang penyakit
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah
3. Intoleransi
aktifitas b.d kelemahan fisik,
4. Ansietas
b.d copyngin efektif
5. Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d penghancuran dinding mukosa duodenum
C. INTERVENSI
1. Kurang
pengetahuan b.d kurang terpajannya informasi tentang penyakit
Tujuan:
Pasien beserta keluarga menyatakan pemahaman mengenal proses penyakit, proogram
pengobatan dan potensial komplikasi
Kriteria
hasil:
1. Mengidentifikasi
prilaku/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi
2. Mengenali
kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan
3. Berpartisipasi
dalam program pengobatan
Intervensi:
1. Tinjau
ulang dengan pasien atau orang terdekat untuk memahami diagnosa khusus
R/Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan inform,asi
2. Berikan
informasi verbal dan tertulis sesuai indikasi
R/Membantu pasien atau
orang
3. Berikan
peran aktif untuk pasien atau orang terdekat dalam proses belajar
4. Tinjauuan
ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual bebas
R/Meningkatkan
kemampuan untuk mengatur keperawatan diri dan menghindari potensial,
komplikasi, reaksi/interaksi obat
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil:
1.
Tidak terjadinya penurunan
BB
2.
Tidak adanya mual
muntah
3.
Tidak adanya penurunan
nafsu makan
Intervensi
Mandiri:
1.
Pertahankan kebersihan
mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah makananmakan dan menimbulkan
mual
R/Mulutyang tidak
bersih dapat mempengaruhi rasa
2.
Tawarkan makanan porsi
kecil tetapi sering untuk mengurangi parasaan tegang pada lambung
R/Makanan dalam porsi
kecil tapi sering dapat mengurangi beban saluran pencernaan
3.
Atur agar dapat nutrien
agar berprotein atau kalori yang disajikan pada saat individu untuk makanan
R/Agar asupan nutrien
dan kalori klien adekuat
4.
Timbang BB pasien saat
ia bangun dari tidur dan setelah berkemih pertama
R/Mengetahui BB
mula-mula sebelum mendapat nutrien
Kolaborasi
1.
Konsultasikan dengan
ahli gizi mengenal kebutuhan kalori harian yang realitis dan adekuat
R/Agar klien mendapat
nutrisi sesuai indikasi dan kebutuhan kalorinya
3. Intoleransi
aktifitas b.d kelemahan fisik,
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
klien dapat beraktifitas
Kriteria hasil:
1.
Menunjukan peningkatan
toleransi aktifitas
2.
Tanda vital dalam
rentang normal
Intervensi
Mandiri
1.
Berikan makanan porsi
kecil dan sering
R/Dapat meningkatkan
masukan makanan
2.
Evaluasi respon pasien
terhadap aktifitas
R/ Menetapkan kemampuan
atau kebutuhan pasien dalam memudahkan
plihan intervensi
3.
Berikan lingkungan
tenang dan batasi pengunjung
R/ Menurunkan stres dan
ransangan yang berlebihan
4.
Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan
perlunya keseimbangan
untuk aktifitas dan tidurnya
R/ Tirah baring
dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, hemat
energi untuk penyembuhan
4. Ansietas
b.d copyngin efektif
Tujuan: Kecemasan klien
dapat teratasi
Kriteria hasil:
1.
Menyatakkan rentang
parasaan yang tepat
2.
Klien tampak rileks
Intervensi
Mandiri
1.
Kaji tingkat ansietas:
ringan, sedang, berat, panik
R/Untuk mengetahui
sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudakan penanganan atau
pemberiian askep selanjutnya
2.
Berikan kenyamanan dan
kententraman hati
R/ Agar klien tidak
terlalu memikirkan penyakitnya
3.
Berikan penjelasan
mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit, dan prognosisnya
R/ Agar klien
mengetahui atau memahami bahwa ia benar, saat dan perlu dirawat
4.
Berikan atau tempatkan
alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
R/ Agar klien merasa
aman dan terlindung saat memerlukan bantuan
5. Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d penghancuran dinding mukosa duodenum
Tujuan: Nyeri
terkontrol
Kriteria hasil:
1. Ekspresi
waja rileks
2. Mendemontrasikan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan
Intervensi
1. Tentukan
riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas,
tindakan penghilang yang digunakan
R/ Informasikan
pemberian data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.
Berikan tindakan
kenyamanan dasar
R/ Meningkatkan
relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. Dorong
penggunaan keterampilan manajemen nyeri, tertawa, musik, sentuhan terapeutik
R/ Memungkinkan pasien
untuk berpartisipasi secara efektif dan meningkatkan rasa kontrol
Kolaborasi
1. Berikan
analgesik sesuai indikasi
R/ Untuk mengurangi
(menghilangkan rasa nyeri)
D. IMPELEMENTASI
Implementasi sesuai
dengan intervensi
E. EVALUASI
Evaluasi sesuai dengan
tujuan
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada
pengkajian ditemukan kesenjangan teori yaitu sering ditemukan adanya nyeri
perut hebat
2. Pada
diagnosa keperawatan secara teori ditemukkan 8 diagnosa keperawatan dan kemungkinan kasus ,nyata
kadang hanya ditemukan 4 diagnosa keperawatan
3. Pada
teori intervensi keperawatan tidak disesuaikan dengan prioritas masalah dan
tidak ada batasan waktu untuk mencapai tujuan atau evaluasi, sedangkan pada
kasus disesuaikan dengan prioritas masalah yang telah disusun berdasarkan SMART
dan ada batas waktu.
B. SARAN
Kepada mahasiswa saat menghadapi
kasus nyata diharapkan agar memberikan pengertian tentang peran keluarga,
tentang menjaga sikap keoperatifan dan tidak berperan serta dalam tidakan
keperawatan yang mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Akil,
H.A.M. Tukak duodenum. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 1V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Hal 345-348
Snowden
FM (October 2008). “Emerging and reemerging diseases: a historical
perspective”. Immunol. Rev. 225: 9-26
Smoak
BL, Kelley PW, Taylor DN (March 1994). “Seroprevalence ot Helicobacter pyluri
infections in a cohort of US Army recruits”. Am. J. Epidemiol. 239 (5): 513-9
Las Vegas Hotel And Casino: Casino & Resort Tickets | JamBase
BalasHapusUpcoming Festivals · Las Vegas Summerfest · Vegas Summerfest 청주 출장안마 · Vegas Style Festivals 동두천 출장안마 · Las Vegas Fashion Show · 제천 출장마사지 Las Vegas Style Festivals · Las Vegas 인천광역 출장마사지 Style Festivals · Las 밀양 출장마사지 Vegas Style Festivals.