KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
SISTEM NEUROLOGI CEDERA KEPALA”.
Penulis berusaha sebaik
mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini secara sistematis dan mengacu
pada sumber yang ada, dengan tujuan memudahkan mahasiswa mengadakan praktikum.
Penulisan makalah ini
tidak dapat terlaksana dengan baik, tana bantuan dari sebagian pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimah kasih kepada dosen mata kuliah yang
telah meluangkan waktu untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis sadar bahwa
segalah bantuan yang diterima, tidak dapat kami balas. Oleh karena itu dengan
rendah hati penulis serahkan kepada yang Maha Kuasa, semoga budi baik mereka
mendapat rahmat yang berlimpah.
Maumere,
Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I: PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
I.2.
Perumusan Masalah
I.3.
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
1.2.2
Tujuan Khusus
I.4.
Metode Penulisan
I.5.
Sistematika Penulisan
BAB II: TUNJAUAN
PUSTAKA
2.1.
KONSEP DASAR MEDIK
2.1.1.
Pengertian
2.1.2.
Etiologi
2.1.3.
Klasifikasi
2.1.4.
Patofisiologi
2.1.5.
Manifestasi Klinis
2.1.6.
Komplikasi
2.1.7.
Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.
Penatalaksanaan
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
2.2.3. Intervensi
2.2.4. Implementasi
2.2.5. Evaluasi
BAB III: PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Cedera kepala adalah
serangkaian kejadian patofisologik yang terjadi setelah trauma kepala yang
dapat melibatkan kulit kepala, tulang, dan jaringan otak atau kombinasinya.
Cedera kepala meliputi
kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit
neurologik yang serius diantara penyakit neurologik lainnya. Di Indonesia
diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera kepala, dan
lebih dari 700.00 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di RS.
Pada kelompok ini, antara 50.000 dan 90.000 orang setiap tahunnya mengalami
penuruanan intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka
menuju kehidupan normal. Dua pertiga dari kasus ini berusaha dibawah 30 tahun
dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Adanya kadar alkohol dalam darah
terdeteksi lebih dari 50% pasien cedera kepala yang terapi di raung darurat.
Di negara Amerika
Serikat kurang lebih 500.000 kasus cedera kepala terjadi setiap tahunya.
Kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia sebelum tiba di rumah sakit. Dari
seluruh pasien cedera kepala yang mendapat perawatan di rumah sakit dapat
dikategorikan sebagai cedera kepalah ringan sebanyak 80%, cedera kepala sedang
10%, dan cedera kepala berat 10%. Setiap tahun lebih dari 100.000 pasien ini
mengalami berbagai tingkat kecacatan akibat cedera otak. Cedera susunan saraf
pusat meruapakan penyebab lebih dari 40% kematian personil militer. Oleh karena
itu dengan pengurangan sedikit saja angka mobilitas (kesakitan) dan angka
mortalitas (kematian) pada kasus-kasus cedera kepala telah dapat memberikan
dampak yang sangat besar dan berarti dalam kesehatan masyarakat.
Fokus utama
penatalaksanaan pasien-pasien yang mengalami cedera kepala adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Pemberian oksogenasi dan memelihara tekanan
darah yang baik dan adekuak untuk mencukupi perfusi otak adalah hal yang paling
utama dan terutama untuk mencegah dan membatasi terjadinya cedera otak sekunder
yang akhirnya memperbaiki hasil akhir/autkam penderita.
Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Askep Pada
Pasien dengan Cedera Kepala”.
1.2 PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
konsep dasar medis cedera kepala?
2. Bagaimana
konsep dasar askep cedera kepala?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Tujuan Umum
Agar
mahasiswa/mahasiswi mampu mengindentifikasi dan memahami usuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem neurologi “cedera kepala” secara bio, psiko,
sosio, dan spiritual.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Agar
mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan konsep dasar medis seperti pengertian, etiologi,
patofosiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan.
b. Agar
mahasiswa/mahasiswi mampu mengidentifikasi dan menjelaskan konsep dasar askep meliputi
pengkajian, diagnosa, intervasi, implementasi dan evaluasi.
1.4 METODE
PENULISAN
Metode penulisan yang
digunakan adalah metode tinjauan pustaka.
1.5 SISTEMATIKA
PENULISAN
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I: Pendahuluan
A. Latar
Belakang
B. Perumusan
Masalah
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
2.
Tujuan Khusus
D. Metode
Penelitian
E. Sistematika
Penulisan
BAB
II: Tinjauan Pustaka
A. Konsep
Dasar Medis
1.
Pengertian
2.
Etiologi
3.
Klasifikasi
4.
Patofisiologi
5.
Manifestasi klinis
6.
Komplikasi
7.
Pemeriksaan Penunjang
8.
Penatalaksanaan
B. Konsep
Dasar Askep
1.
Pengkajian
2.
Diagnosa
3.
Intervensi
4.
Implementasi
5. Evaluasi
BAB
III: Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar
Pustaka
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 KONSEP
DASAR MEDIS
2.1.1
PENGERTIAN
a. Cedera
kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok
usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
b. Cedera
kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma
kepala yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang, dan jaringan otak atau
kombinasinya (Dari. Sadjito)
c. Cedera
kepala adala suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang, tengkorak
atau otak yang terjadi akibat injuty baik secara langsung maupun tidak langsung
pada kepala (sariadi dan Rika Yuliani, 2001)
2.1.2
ETIOLOGI
a. Kecelakaan
lalu lintas
b. Jatuh
c. Cedera
akibat kekerasan
d. Kecelakaan
saat olahraga
2.1.3
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
a. Klasifikasi
menurut patofisiologinya dibagi menjadi dau (2):
1. Cedera
kepala Primer
Adalah kelainan patologi tak yang timbul
akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi-decelerasi rotasi) yang
menyeybabkan gangguan pada jaringan pada cedera kepala primer dapat terjadi
a. Komosio
Serebri/gegar otak
Berasal dari benturan kepala yang
menghasilkan getaran keras dan menggoyangkan otak, menyebabkan perubahan cepat
pada fungsi otak termasuk kemungkinan kehilangan kesadaran lebih 10 menit yang
disebabkan cedera kepala.
Tanda-tanda gegar otak; hilangnya
kesadaran, sakit kepala berat, hilangnya ingatan (amnesia) pening, lemah,
pandangan ganda.
b. Kontusio
serebri/memar otak
Memar otak lebih serius, diakibatkan
oleh pukulan atau benturan pada kepala. Memar otak menimbulkan memar dan
pembengkakan pada otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan pendarahan.
Pasien pingsan pada keadaan berat dapat berlangsung berhari-hari bahkan
berminggu-minggu.
2. Cedera
Kepala Sekunder
Adalah kelainan patologik otak
disebabkan kelaianan brokimia, metabolisme, fisiologi yang timbul setelah
trauma. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala seperti:
a. Hipoksia
Hipoksia terjadi akibat adanya trauma di
daerah dada yang terjadinya bersamaan dengan cedera kepala. Adanya obstruksi
saluran napas, atelektasis, aspirasi, pneumonia, gangguan pernapasan sehingga
pasien mengalami kesulitan bernapas, pada akhirnya mengalami hipoksia.
b. Hipotensi
sistemik
Biasanya hipotensi bukanlah disebabkan
oleh cedera otak itu sendiri kecuali pada stadium termnal di mana kelak terjadi
kerusakan dan kegagalan medula ablogata. Hipotensi sering merupakan suatu tanda
adanya pendarahan hebat, di mana pendarahannya kadang-kadang tidak tampak
jelas. Hipotensi juga direncanakan oleh adanya cedera medula spinalis, kontusio
jantung ataupun tension pneumototaks.
c. Edema
Serebral
Tertimbunnya cairan yang berlebihan di
dalam jaringan odema serebral akan mengakibatkan bertambahnya massa jaringan
otak di dalam rongga tulang tengkorak sehingga terjadi peningkatan TIK, dan
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan otak.
d. Infeksi
Cedera kepala yang disertai dengan
robeknya lapisan kulit akan memiliki resiko terjadinya infeksi sebagaimana
pelukaan di daerah tubuh lainnya.
e. Hiperkapnea
f. Komplikasi
pernapasan
b. Klasifikasi
berdasarkan mekanismenya
·
Trauma kepala tertutup: gegar otak,
memar otak
·
Trauma kepala trbuka: faktur tulang
tengkorak
c. Klasifikasi
berdasarkan morfologinya
·
Faktur tengkorak
·
Lesi intrakranial, perdarahan meningeal,
sub arachnoid
d. Klasifikasi
perdarahan intrakranial
·
Intrasubdural hematoma (ICH)
·
Subdural hematoma (SDH)
·
Epidural hematoma (EDH)
e. Klasifikasi
cedera kepala berdasarkan nilai skala Glasgow (GCS)
1. Cedera
kepala ringan/minor brain injury
Ø GCS
13-15
Ø Dapat
terjadi kehilgnan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit
Ø Tidak
ada kontusio tengkorak, tidak ada faktur cerebral dan hematoma
Ø Tidak
ada muntah, tidak ada disorentasi (waktu, tempat, dan orang)
2. Cedera
kepala sedang/Modoret Brain Injury
Ø GCS
9-12
Ø Kehilangan
kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam, apatis,
kerusakan jaringan otak, tanpa kerusakan TIK
Ø Dapat
mengalami faktur tengkorak, sudah ada muntah
Ø Disorentasi
ringan terhadap orang, waktu dan tempat
3. Cedera
kepala Berat/Several Brain Injury
Ø GCS
3-8
Ø Kehilangan
kesadaran amnesia lebih dari 24 jam
2.1.4
PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik, bila
kebutuhan 02 dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yangdihasilkan di dalam
sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan oksigen
sebagai bahan bakar metabolisme otak boleh kurang dari 20mg%, karena akan
menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sebanyak 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob berat
hipoksia akan kerusakan otak dapat terjadi.
Penimbunan adam laktat, akibat
metabolisme anarob. Hal ini menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral bload flow
(CBF) adalah 50-60ml/menit/100gr. Jaringan otak, yang merupakan 15% dari
cardiac output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan
fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan
vasculer dan udema paru.
Perubahan otonom pada fungsi ventrikel
adalah perubahan gelombang T dan P, dan disritmia. Akibat adanya perdarahan
otak akan mempengaruhi tekanan vasculer, di mana penurunan tekanan casculer
menyebabkan pembuluh darah arteriot dan berkontraksi. Pengaruh penyerapan
simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak
begitu besar.
2.1.5
MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan
kesadaran, iratabel, disorentasi
b. Peningkatan
TIK (nyeri kepala, papil edema, muntah proyektif)
c. G3
pendengaran dan penglihatan
d. Hemiparesis
e. Kaku
kuduk
f. TD
me↓ , dan bradikardi
g. Pupil
anisokor
2.1.6
KOMPLIKASI
a. Edema
cerebral, edema pulmonal, hipertensi, kejang
b. Herniasi
otak
c. Infeksi
sistemik (pncumonia, septikemia)
d. Infeksi
bedah neuro (infeksi luka, meningitis, abses otak)
2.1.7
PEMERIKASAAN PENUNJANG
a. CT-scan
Mengidentifikasi adanya hemoragic,
menentukan ukuran pergeseran jaringan otak.
b. Angiografi
serebral
Menunjukan kelainan sirkulasi serebral
akibat deman, perdarahan dan trauma.
c. X-Ray
Mengidentifikasi perubahan struktural
tulang (faktur) adanya perdarahan, edema.
d. Analisa
Gas Darah
Mengidentifikasi ventilasi/masalah
pernapasan jika terjadi PTIK.
e. Elektrolit
Mengetahui ketidakseimbangan elektrolit
yang berperan dalam me↑ perubahan mental.
f. Fungsi
lumbal
Dapat menduga kemungkinan adanya
perdarahan sub arachnoid.
2.1.8
PENATALAKSANAAN
a. Pertolongan
Pertama (ABCD)
Airway: saluran pernapasan
Ø Bebaskan
posisi (buka mulut, bersihkan muntahan, lendir, benda asing)
Ø Perhatikan
tulang leher, imobilisasi, cegah gerakan hiperekstensi
Ø Semua
pasien cedera kepala yang tidak cedera dicurigai adanya cedera tulang leher.
Breathing: Pernapasan
Ø Suara
napas, gerakan dada pada saat bernapas, bila tidak lakukan napas buatan.
Ø Beri
masker O2.
Arculation: Peredaran darah
Ø Denyut
nadi
Ø Hentikan
perdarahan bila ada luka terbuka
Disability: kelainan Neurologis
Ø Periksa
kesadaran dengan GCS
Ø Periksa
pupil dan reaksinya terhadap cahaya
Ø Periksa
adanya nyeri pada dada, perut, tungkai dan leher.
b. Menajemen
cedera kepala
1. Memberi
posisi semofowter (30)
2. Memberi
O2
3. Manajemen
cairan hiperosmolar: manitol
4. Pemberian
obat-obatan: piracetam, analgetik
5. Pemberian
obat-obatan anti kejang: diazepam, phenition
6. Monitor
TVV: TD,N,S,RR
7. Observasi
GCS
8. Observasi
pupil
9. Tindakan
pembedahan dekompensasi: tripenorin
-
Pemberian obat-obatan
a. Dexametashon/kolmetason:
pengobatan anti edema serebral (sesuai dengan berat ringannya trauma)
b. Pengobatan
anti edena serebral dengan larutan hipertonis atau heperosmolar: monitol
c. Antibiotik:
penicillin
d. Analgetik:
antrain
e. Anti
kejang: diazepam, phenition.
2.2 KONSEP
PERINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
1
Pengertian
Tekanan intrakranial adalah hasil dari
sejumlah jaringan otak, volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal
(CSS) di dalam tengkorak. Pada
satu-satuan waktu keadaan normal dari tekanan intrakranial bergantung pada
posisi pasien dan berkisar kurang atau sama dengan 15 mmHg.
2
Etiologi
a. Aliran
darah serebral
Peningkatan TIK secara signifikan
menurunkan aliran darah dan menyebabkan istemia. Bila terjadi iskemia komplet
dan lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki.
Pada keadaan iskemia serebral, pusat
vasom ator terstimulasi dan tekanan sistemik meningkat untuk mempertahankan
aliran darah. Keadaan ini selalu disertai dengan lambatnya denyutan pembuluh
darah pernapasan yang tidak teratur.
b. Edema
serebral
Edema atau pembengkakan serbral terjadi
bila air yang ada peningkatan di dalam sistem saraf pusat. Adanya tumor otak
dihubungkan dengan produksi yang berlebihan dari hormon anti diuretik, yang
hasilnya terjadi retensi urin. Bahkan adanya tumor kecil dapat menimbulkan PTIK
yang besar.
3
Manifestasi Klinis
·
Tanda paling dini dari peningkatan TIK
adalah letargi.
Lambatnya bicara dan lambatnya respons
verbal bahkann hal ini menjadi indikator awal.
·
Adanya perubahan tiba-tiba pada kondisi
pasien seperti gelisah (tanpa penyebab yang nyata), terlihat konfusio, atau
menunjukkan peningkatan mengantuk.
Tanda-tanda ini dapat diakibatkan diri
kompresi otak, karena pemngkakan akibat hemoragi atau edema atau meluasnya lesi
intrakranial (hematoma atau tumor) atau kombinasi keduanya.
2.2. KONSEP
DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian
a. Identitas
klien : nama, umur (lebih banyak pada usia muda), jenis kelamin (> laki-laki
karena ngebutan dengan motor tanpa helm) pendidikan, alamat, dll.
b. Keluhan
utama : yang menjadi alasan klien meminta pertolongan tergantung dari seberapa
jauh dampak trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat
kesehatan
1. Riwayat
kesehatan sekarang
-
Adanya riwayat trauma yang mengenai
kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dan trauma
langsung ke kepala.
Pengkajian yang didapatkan meliputi
penurunan tingkat kesadaran, konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah
simetris atau tidak, lemah, luka di kepala, akumulasi sekret dapat terjadi
koma.
-
Perlu ditanyakan pada klien dan keluarga
yang mengantar klien (bila klien sadar) yang sering terjadi pada beberapa klien
yang ngebut-ngebutan.
2. Riwayat
kesehatan dahulu
-
Pengkajian yang perlu ditanyakan adanya
riwayat hiperkapnea, riwayat cedera kepala sebelumnya, DM, anemia, konsumsi
alkohol yang berlebihan.
3. Riwayat
kesehatan keluarga
-
mengkaji adanya anggota keluarga yang
menderita hipertensi dan DM.
d. Pemerikasaan
Fisik
1. Keadaan
umum: umumnya klien tampak lemah dan mengalami penurunan kesadaran.
2. TTU:
adanya perubahan TTU
3. Pemeriksaan
fisik (ROS)
a. B1
(Breakhing): perubahan bergantung pada perusahaan jaringan serebral akibat
trauma kepala.
-
Inspeksi: didapatkan klien batuk, Pe↑
produksi spuntum sesak napas, pengunaan otot bantu pernapasan, peningkatan paru
simetris.
-
Palpasi: penurunan taktil fremitus
-
Perkusi: adanya suara redup, pada
keadaannya melibatkan trauma pada thoraks/hematoraks.
-
Auskultasi: terdapat bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
penurunan ketidakmampuan batuk efektif.
b. B2
(Blood)
-
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler
didapatkan renjatan (syok), hipovolemik yang sering terdapat pada klien
COS+COB.
-
Tekanan darah dapat normal atau
berubah-ubah, bradikardia, takikardia, aritmia.
-
Frekuensi nadi cepat dan lemah
berhubungan dengan hemeostatis tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan
oksigen.
-
Nadi bradikardi, perubahan pertusi otak,
kulit kelihatan pucat, adanya penurunan kadar HB dalam darah.
-
Hipotensi, perubahan pertusi jaringan,
dan tanda awal syok.
c. B3
(Brain)
-
Tingkat kesadaran: pada keadaan lanjut
tingkat kesadaran klien biasanya berkisar pada tingkat latergi-koma.
-
Pemeriksaan fungsi serebral
a. Status
mental: observasi penampilan dan tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah.
b. Intelektual:
pada beberapa keadaan cedera kepala didapatkan penurunan ingatan dan memori
baik jangka pendek maupun panjang.
c. Lobus
frontal: kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologi, didapatkan bila trauma
kepala mengakibatkan adanya kerusakan pada lobus frontal sebagai memori dan
fungsi intelektual kortikal lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini
ditunjukan dalam lapang. Perhatikan terbatas kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi. Masalah psikologis lain adalah labilitas, emosional dan
kurang kerjasama.
d. Hemisfer:
cedera kepala hemisfer kanan didapatkan hemiparesis kiri begitu juga
sebaliknya.
-
Pemeriksaan saraf kranial
a. Nervus
I: pada beberapa keadaan cedera kepala di daerah yang merusak unatomi dan
fisiologi saraf ini, klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman.
b. Nervus
II: hematoma palpebra pada klien cedera kepala akan menurunkan lapang
peringatan dan mengganggu fungsi dari nervus optilus. Pendarahan di raung
intrakarnial terutama hemoragic sub arachnoid dapat disertai dengan perdarahan
diretina.
c. Nervus
III, IV, dan VI: gangguan mengangkat kelopak mata, terutama pada klien yang
trauma denan merusak gangguan rongga orbital, pada kasus-kasus trauma kepala
dapat dijumapai anisokor.
d. Nervus
V: pada beberapa kasus cedera kepala menyebabkan peruabahan nervus trigeminus terdapat penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah.
e. Nervus
VII: presepsi pengecapan mengalami perubahan
f. Nervus
VIII: perubahan fungsi pengdengaran pada klien biasanya tidak didapatkan
apabila trauma yang terjadi tidak melibatkan nervus vestibula koklearis.
g. Nervus IX dan X: kemampuan menelan kurang
baik, kerusakan membuka mulut.
h. Nervus
XI: tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup baik, tidak ada
atrofi otot.
i.
Nervus XII: indera pengecapan mengalami
perubahan.
-
Sistem motorik
a. Inspeksi
umum: didapatkan hemiplegi dan hemiparesis
b. Tonus
otot: menurun sampai tulang
c. Kekuatan
otot: pada penilaiannya didapatkan nilai 0
d. Keseimbangan
dan koordinasi: didapatkan mengalami gangguan karena hemiplegi dan hemiparesis
e. Sistem
sensorik: kehilangan sensorik karena cedera kepala dapat beruapa kerusakan
sentuhan ringan/mingkin berat dengan kehilangan propiolepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gesekan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
mengiterprestasikan stimulasi visual, taksil dan audiovisual
d. B4
(Bladder): kaji urin meliputi warna, jumlah, karakteristik, termasuk berat
jenis, penurunan jumlah urine, penurunan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunya pertusi ginjal kadang-kadang kontrol sfingter urinerius hilang atau
berkurang.
e. B5
(Bowel): mual muntah kadang muntah proyektif akibat peningkatan TIK, kadang
kontipasi karena penurunan peristaltik usus.
f. B6
(Bone) adanya kelemahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar