GASTROENTERITIS
I. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
a)
Gastroenteritis merupakan peradangan
yang terjadi secara umum pada lambung dan intestinal terutama pada duodenum dan
usus halus.
b)
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi
buang air besar (BAB) dengan air frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cairan yang bersifat mendadak dan berlangsung dalam
waktu lebih dari dua minggu.
c)
Gastroenteritis akut merupakan
peradangan yang terjadi pada saluran pencernaan yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan frekuensi. Defekasi lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi
feses encer yang terjadi secara tiba-tiba, bercampur darah dan lendir.
2. Etiologi
a.
Factor infeksi
1)
Factor infeksi: vibrio E.coli, sakni bella
shingella
2)
Inveksi virus: adenovirus, enterovirus,
dll
3)
Infeksi parasite: cacing, protozoa,
jamur.
b.
Factor mal absorbsi
1)
Mal absorbsi karbohidrat disakarida,
monosakarida
2)
Mal absorbsi lemak
3)
Mal absorbsi protein.
c.
Factor makanan
Makanan
beracun, basi, alergi.
d.
Factor psikologis
Rasa
takut dan cemas.
3. Patofisiologi
a)
Gangguan osmotic
Makanan
tidak dapat diserap mengakibatkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b)
Gangguan sekresi
Akibat
rangsangan tertentu (mis. Toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c)
Gangguan metalitas usus
Hiperperistaltik
akan meningkatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul lebih banyak sehingga timbul diare.
4. Manifestasi
klinik
a)
Gelisah, suhu tubuh meningkat, kurang
tidur
b)
Tidak ada nafsu makan, BAB kurang lebih
tiga kali sehari, BB menurun
c)
Feses darah dan berlendir, sering
berubah warna kehijauan
d)
Mual, muntah
e)
Mata cekung
f)
Denyut jantung menjadi cepat
g)
RR cepat dan dalam
h)
Perut kembung
i)
Turgor kulit tidak elastis
j)
Selaput lendir, bibir, mulut serta kulit
tampak kering
k)
Nadi meningkat.
5. Komplikasi
a)
Dehidrasi (ringan, sedang, akut)
b)
Hypokalemia
c)
Hipoglikemia
d)
Renjatan hipovolemik.
6. Penatalaksanaan
a.
Medic
1)
Penberian cairan per oral: oralit atau
terapi
2)
Obat-obat anti diare: antibiotic.
Rencana
pengobatan A
Tujuan: untuk mengatasi diare tanpa
dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah dan memberikan terapi awal bila
anak terkena diare lagi.
Empat dasar terapi di rumah:
1)
Berikan banyak cairan daripada biasanya
untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga seperti oralit, sup, air
matang dan minum yogurt. Berikan larutan tersebut sebanyak mungkin dan teruskan
hingga diare berhenti.
2)
Berikan makanan untuk meningkatkan gizi.
3)
Bawa ke rumah sakit apabila tidak
membaik dalam tiga hari dan menderita lagi:
a.
BAB cair seringkali
b.
Muntah berulang-ulang
c.
Sangat haus
d.
Makan atau minum sedikit
e.
Demam
f.
Tinja darah.
4)
Berikan larutan oralit setiap habis BAB
dan berikan oralit yang cukup untuk dua hari dengan jumlah oralit yang
diberikan 300-400 ml sedangkan oralit yang disediakan di rumah 1200-2800 ml/hr.
Cara
memberikan oralit:
a.
Berikan beberapa teguk dari gelas
b.
Bila muntah, tunggulah 10 menit kemudian
berikan cairan lebih sedikit dari yang pertama.
Rencana
pengobatan B
5)
Dalam tiga jam pertama berikan 75 ml/kg
BB bila berat badan tidak diketahui sedangkan pada orang dewasa 2400 ml.
6)
Ambil dengan saksama/bantu ibu
memberikan oralit:
a.
Tunjukkan jumlah cairan yang harus
diberikan yaitu 2400 ml
b.
Berikan beberapa teguk dari cangkir
c.
Periksa dari waktu ke waktu
d.
Bila muntah, tunggu 10 menit lalu
berikan lagi
e.
Bila kelopak mata bengkak hentikan
pemberian oralit
f.
Berikan oralit sesuai rencana.
Rencana
pengobatan C
a.
Cairan intravena adalah larutan ringer
laktat. Bila tidak tersedia garam faat (NaCl). Larutan DC ana (25 gr/50 gr)
atau dekstrose 2a (50 gr/100 gr).
II. konsep Dasar Askep
2.1. Pengkajian
1)
Keluhan utama: BAB lebih dari 3 kali/hr,
lemah, pusing, tidak ada nafsu makan
2)
Riwayat penyakit:
b.
Riwayat penyakit sekarang
c.
Riwayat penyakit masa lalu
d.
Riwayat penyakit keluarga.
3)
Pengkajian data dasar
a.
Makanan/cairan
Gejala:
anoreksia, mual muntah
Tanda: penurunan BAB, membrane mukosa
kering, mata dan ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek.
b.
Nyeri/kenyamanan
Gejala:
nyeri tekan abdomen
Tanda:
distensi abdomen pusat.
c.
Eliminasi
Gejala:
feses bercampur lendir
Tanda:
peningkatan peristaltic usus.
d.
Aktivitas/istirahat
Gejala:
kelemahan, kelelahan.
2.2.Diagnose
keperawatan
1)
Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake in adekuat
2)
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
3)
Kurang perawatan diri b/d kelemahan
fisik
4)
Kerusakan integritas kulit b/d iritasi
kulit sekitar anal
5)
Perubahan pola tidur b/d BAB berlebihan
6)
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
fisik
7)
Kurang pengetahuan b/d kurang
terpajangnya informasi.
2.3.Intervensi
keperawatan
1.
DX 1 : gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
Tujuan: deficit cairan dan elektrolit
teratasi
Kriteria
hasil: tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, cairan
seimbang.
Intervensi:
a.
Kaji penyebab kehilangan cairan
R/
sebagai data dasar dalam pemberian intervensi selanjutnya
b.
Observasi TTV, turgor kulit, membrane
mukosa serta ubun-ubun dan mata klien
R/
menunjukkan kehilangan cairan yang berlebihan atau dehidrasi
c.
Catat frekuensi muntah
R/ kehilangan cairan yang berlebihan
dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit
d.
Catat kelemahan otot atau distrimio
jantung
R/ kehilangan cairan yang berlebihan
dapat menimbulkan ketidakseimbanga elektrolit
e.
Kolaborasi dengan dokter untuk
memberikan cairan parental, transfuse darah sesuai indikasi
R/
mempertahankan istirahat akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki
kehilangan
f.
Kolaborasi dengan hasil lab
R/
menentukan kebutuhan pengganti dan keefektifan terapi.
2.
DX 2 : gangguan kebutuha nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d output berlebihan
Tujuan:
gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil: intake nutrisi klien
meningkat, diet habis/porsi yang disediakan, mual muntah tidak ada.
Intervensi:
a.
Anjurkan klien untuk berbaring atau
pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
R/ menurunkan metabolisme untuk kalori
dan simpanan energy
b.
Anjurkan klien untuk istirahat sebelum
makan
R/ mencegah peristaltic usus dan
meningkatkan energy untuk makan
c.
Lakukan perawatan mulut/lakukan oral
hygiene
R/ mulut yang bersih meningkatkan selera
makan
d.
Batas makanan yang dapat menyebabkan
nyeri pada lambung
R/ mencegah serangan akut
e.
Kolaborasi untuk memberikan obat
R/ anti kilo energy diberikan 15-30
menit sebelum makan, mengatasi klien dari diare, menurunkan mobilitas gaster
dan meningkatkan waktu observasi klien.
3.
DX 3 : kurang perawatan diri b/d
kelemahan fisik
Tujuan:
bersihkan diri
Kriteria
hasil: pasien tampak rileks, tampak segar kembali.
Intervensi:
f.
Kaji kemampuan klien dengan perawatan
diri
R/
para meter untuk menentuksn intervensi selanjutnya
g.
Anjurkan klien dan keluarga tentang
perawatan diri dan teknik pengurangan aktivitas energy
h.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sesuai kemampuan
R/
menuju kemandirian dan rasa diri klien.
4.
DX 4 : kerusakan integritas kulit b/d
iritasi kulit sekitar anal
Tujuan:
kerusakan kulit teratasi
Kriteria hasil: integritas kulit kembali
normal, iritasi tidak ada, tanda- tanda infeksi tidak ada.
Intervensi:
·
Observasi kemerahan, pucat
R/ area ini meningkatkan resiko untuk
kerusakan dan memerlukan pengobatan yang efektif
·
Motivasi klien untuk mandi setiap hari
R/
sering mandi membuat kekeringan kulit
·
Gunakan cream kulit 2x sehari setelah
mandi
R/
mengatasi kerusakan
·
Berikan seprey nerasol
R/
membantu penyembuhan bila terjadi iritasi atau infeksi jamur.
5.
DX 5 : perubahan pola tidur b/d BAB berlebihan
Tujuan:
pola tidurnya kembali normal
Kriteria
hasil: pola tidur pasien normal kembali.
Intervensi:
·
Kaji pola tidur
R/
sebagai para meter untuk menentukan intervensi selanjutnya
·
Dukung kelanjutan kebiasaan ritual
sebelum tidur
R/
meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
·
Kolaborasi berikan analgesic saat tidur
sesuai indikasi
R/
pemberian obat tepat waktu dapat meningkatkan istirahat selama tidur.
6.
DX 6 : intoleransi aktivitas b/d
kelemahan fisik
Tujuan:
klien bisa melakukan aktivitas
Kriteria
hasil: klien bias melakukan aktivitas sendiri.
Intervensi:
·
Kaji tingkat aktivitas yang dihasilkan
·
Dorong aktivitas sesuai dengan toleransi
periode istirahat
·
Libatkan keluarga klien dalam melakukan
aktivitas
·
Anjurkan klien untuk banyak beristirahat
·
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
makanan TKTP dan rendah serat.
7.
DX 7 : kurang pengetahuan b/d kurang
terpajangnya informasi
Tujuan:
pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil: keluarga klien mengerti
dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak
bertanya lagi tentang penyakit klien.
Intervensi:
·
Kaji pengetahuan klien dengan orang tua
tentang penyakit yang dialami
R/
membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan pengobatan
·
Berikan informasi tentang penyakit yang
dialami
R/
memberikan pemahaman tentang penyakit yang dialami
·
Berikan pengawasan tentang
pentingnyakerja sama akan terjadinya kegagalan terapi
R/
kurang kerja sama akan terjadinya kegagalan terapi
·
Berikan informasi perawatan, tindak
lanjut bila pasien pulang
R/ klien dan orang tua mungkin perlu
kembali untuk keteraturan pengobatan.
8.
Implementasi
Sesuai dengan intervensi.
9.
Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Ahlquist
David A, Cammileri M. Horrison’s Principles of Internal Medicine. 15th
Edition Braun Wald, Fauci, Kasper et all (editor). 2001
Dongoes
(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC
Kapita
Selekta Kedokteran. Ed.3. Jilid 1 Fakultas Kedokteran UI. 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar