KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan
Keperawatan Dengan Hiperadrenalis”.
Penulis
menyadari bahwa menghasilkan makalah yang baik tidaklah mudah karena harus
didukung oleh pemahaman yang komperhensif untuk memperkaya kasana penulis dalam
menelaah makalah yang aman dibahas. Namun dengan keterbatasan itu penulis
mencoba menyelesaikan makalh ini dengan mengacu pada pemahaman dan literatur
yang kami miliki. Untuk itu segala kritik dan saran yang konstruktif kami
menerima dengan senang hati demi perbaikan dimasa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang.
Penyakit Hiperadrenalisme merupakan keadaan yang terjadi akibat dari
paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk
waktu lama.
Penyakit Cushing didefenisikan sebagai bentuk spesifik
tumor hipofisis yang berhubungan Seuresi ACTH Hipofisis berlebihan. Penyakit
Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita:pria) dan umur saat diagnosa
biasanya 20-40 tahun.
Hipersekresi ACTH Ektropi. Kelainan ini berjumlah sekitar
15% dari seluruh kasus Hiperadrenalisme. Seuresi ATCH ektropik paling sering
terjadi. Habitat karsinoma small cell diparu-paru, tumor ini menjadi penyebab
pada 50% kasus sindrom ini tersebut. Sindrom ACTH ektropi paling sering pada
laki-laki. Rasio wanita : laki-laki adalah 1 : 3 dan insiden tertinggi pada
umur 40-60 tahun.
Tumor-tumor adrenal primer.
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus.
Kasus sindrom cushing. Adenoma-adenoma andrenal yang mensekresi glukokortikorid
lebih sering terjadi pada wanita usia rata-rata pada saat diagnosa adalah 38
tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa. Tetapi baik kita hitung pada
laki-laki.
Sindrom Cushing pada Anak-anak
Sindrom Cushing pada anak-anak dan dewasa jelas lebih
berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai 51%,
adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi
pada usia 8 tahun. Penyakit cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan
berjumlah sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut
berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosa dibuat, insiden jenis kelamin
adalah sama.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian Hiperadrenalisme?
2. Bagaimana etiologi Hiperadrenalisme?
3. Bagaimana patofisiologi Hiperadrenalisme?
4. Bagaimana manifastasi klinis dari Hiperadrenalisme?
5. Pemeriksaan apa saja yang dilkukan untuk mengetahui
Hiperadrelisme?
6. Bagaimana asuhan keperawatan?
1.3.Tujuan
Penulisan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i S-1 Keperawatan bisa memahami dan
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hiperadrenalisme.
b.Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i S-1 keperawatan mampu melaksanakan pengkajian,
menetapkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi, implementasi serta
evaluasi pada pasien dengan Hiperadrenalisme
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Medis
2.1.1 Defenisi Hiperadrenalisme merupakan keadaan
klinis yang terjadi akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi
dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama
2.1.2 Klasifikasi Hiperadrenalisme dapat
diklarifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Penyakit
Cushing.
Merupakan tipe
sindrom cushing yang paling sering ditemukan berjumlah ± 70 % dari kasus yang
dilaporkan. Penyakit cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita:pria) dan
umur saat diagnosa biasanya 20-40 tahun.
b.
Hipersekresi
ACTH Ektropi
Kelainan ini
berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus sindrom cushing Sekresi ACTH ektropi
paling sering terjadi akibat karsioma small cell di paru-paru, tumor ini
menjadi penyebab pada 50% kasus sindrom ini. Sindrom ATCH ektropi lebih sering
pada laki-laki rasio wanita : pria adalah 1:3 dan insiden tertinggi pada umur
40-60 tahun.
c.
Tumor-tumor
adrenal primer.
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17%-19%
kasus-kasus sindrom cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang menskresi
glukortikoid lebih sering terjadi pada wanita. Karsioma-karsioma adrenokortikal
yang menyebabkan korsisol berlebihan juga lebih sering terjadi pada wanita,
tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insiden keseluruhan menjadi lebih
tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosa dibuat adalah 38
tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa.
d.
Sindrom
cushing pada masa kanak-kanak
Sindrom cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas
lebih berbeda. Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering
dijumpai ( 51%), adenoma adrenal
terdapat sebanyak 14 %. Tumor- tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8
tahun. Penyakit cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasa dan berjumlah
sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih
dari 10 tahun pada saat diagnosa dibuat, insiden jenis kelamin adalah sama.
2.1.3 Etiologi
a. Celukokortikoid yang
berlebih
b. Aktifitas korteks
adrenal yang berlebih
c. Hiperplasia korteks
adrenal
d. Pemberian
kortikosteroid yang berlebih
e. Sekresi steroid
adrenokortinal yang berlebihan terutama kortisol
f. Tumor-tumor non
hipofisis
g. Adenoma
hipofifis
g. Tumor adrenal
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Amenorea
2. Nyeri punggung
3. Kelemahan otot
4. Nyeri kepala
5. Luka sukar sembuh
6. Penipisan kulit
7. Petechie
8. Kimosis
9. Striae
10. Sirsutisme
11. Psikosis
12. Depresi
13. Jerawat
14. Penurunan
konsentrasi
15. Moonface
16. Hiperpigmentasi
17. Edema pada
eksternitas
18. Hipertensi
19. Miopati
20. Osteoporosis
21. Edema pada
eksternitas
22. Obesitas
23. Hipokalenia
24. Refensi natrium
25. Perubahan emosi
2.1.5 Patofisiologi Hiperadrenalisme
Dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup
tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan mensimulasi kortens adrenal
untuk meningkatkan salerasi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi
dengan jumlah yang adekuat. Hiperplasia primer kelenjar adrenal dalam keadaan
berupa adanya humor hipofisis (jaring terjadi) pemberian kortekostroid/ACTH
dapat pula menimbulkan sindrom cushing. Penyebab lain sindrom cushing yang
jarang dijumpai adalah produksi ektropis ACTH oleh malignitas, karsinoa
bronleogenik merupakan tipe malignitis yang paling sering ditemukan. Tanpa
tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan
fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diamal kortisol
yang normal akan menghilang. Tanda dan gejala sindrom cushing terutama terjadi
sebagai akibat dari selerasi glukokortikoid dan androgen (hormon) yang
berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat terpengaruh.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang.
a. Tes supresi
dexamethason
b. Kadar kartisol bebas
dalam urin 24 jam
c. Stimulasi CRF
(Corticotropin –Releasing Faktor)
d. Pemeriksaan
Radioimmunoassary ACTH plasma
e. CT, USG dan MRI
2.1.7 Penatalaksanaan
a.
Terapi Operatif
- Hipofisektomi
transfenoidalis: operasi pengangkataan tumor pada kelenjar hipofisis.
- Adrenalektomi:
terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer.
b. Terapi
Medis
Preparat penyekot emini adrenal (metytrapon,
ammoglutethimide, milotane ketokonoral) digunakan untuk mengurangi hiper
adrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektropi ATH oleh
tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
2.2. Konsep Dasar ASKEP
2.2.1 Pengkajian
a.
Biodata
b.
Riwayat kesehatan sekarang
1. Data subyektif
- Amenorea - Luka sukar sembuh
-
Nyeri punggung - Mudah lelah
- Sakit kepala
2. Data obyektif
- integumen : kulit striae, petechie, kirsutisme ( pertumbuhan
bulu-bulu wajah), enimosis, edem pada eksterrnitas, jerawat, hiperpigmentasi,
moonface.
- kardiovaskuler : hipertensi
- muskuluskletal : kelemahan otot, miopati, osteoporosis
- Reproduksi pembesaran klitosis
- makanan dan cairan : obesitas, hipokalemia, retensi Na.
- Psikiatrik perubahan emosi,
psikosis, represi, penurunan konsentrasi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
respon imun, respon inflamasi
3. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi mengenai pengobatan, proses penyakit dan penularan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan
perubahan metabolisme protein.
Tujuan : klien menunjukan aktivitas kembali normal,
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
K.H : - menunjukan
peningkatan kemampuan dan partisipasi dalam aktivitas.
- kelemahan dan kelelahan berkurang
- TTV dalam batas normal, setelah melakukan
kegiatan
Intervensi
:
1.
Kaji
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
R/ mengetahui
tingkat perkembangan klien dalam melakukan aktivitas.
2.
Tingkatkan
tirah baring/duduk
R/ periode
istirahat merupakan klinik penghematan energi
3.
Catat
adanya respon terhadap aktivitas seperti : takikardi, dispnew, fatigue,
R/ Respon tersebut
menunjukan peningkatan O2, kelelahan dan kelemahan.
4.
Tingkatkan
keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya.
R/ menambah tingkat
keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas
yang ditoleransi
5.
Berikan
bantuan aktivitas sesuai dengan kebutuhan
R/ memenuhi kebutuhan aktivitas klien
6.
Berikan
aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan radio.
R/ meningkatkan relaksasi dan menghemat energi,
memusatkan kembali perhatian dan meningkatkan koping.
Dx
2 : Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan respon imun, respon informasi.
Tujuan
: infeksi tidak terjadi, setelah dilakukan intervensi.
K.H
: - Tanda-tanda infeksi tidak ada
- Suhu normal
-
hasil lab. : Leukosit : 5000-10.000 gr/dl
Intervensi
:
1.
Kaji
tanda-tanda infeksi
R/ adanya
tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, color, fungsio-lasea) meupakan
indikator adanya infeksi.
2.
Ukur
TTV setiap 8 jam
R/ suhu yang
meningkat merupakan indikator adanya infeksi
3.
Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
R/ mencegah
timbulnya infeksi silang
4.
Batasi
pengunjung sesuai indikasi
R/ mengurangi
pemajaan terhadap patogen infeksi lain
5.
Tempatkan
klien pada ruang isolasi sesuai indikasi
R/ Teknik isolasi
mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/melindungi pasien dari proses
infeksi lain.
6.
Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokonial
7.
Kolaborasi
pemeriksaan lab (leukosit)
R/ leukosit
meningkat indikasi-indikasi terjadinya infeksi.
Dx
3 : Resiko
Cedera berhubungan dengan kelemahan
Tujuan
: klien tidak mengalami cedera setelah dilakukan intervensi
K.H
: - ekimosis berkurang
-
kelemahan berkurang
-
cidera jaringan lunak berkurang
Intervensi :
1.
Ciptakan
lingkungan yang aman
R/ lingkungan yang aman dapat
mencegah jatuh, fraktur dengan cedara lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
2.
Bantu
klien saat ambulansi
R/ kondisi
yang lemah sangat beresiko terjatuh/terbentur saat ambulansi
3.
Berikan
penghalang tempat tidur/tempat tidur dengan posisi yang rendah.
R/ menurunkan
kemungkinan adanya trauma
4.
Anjurkan
pada klien untuk istirahat secara adekuat dengan aktivitas yang sedang.
R/ memudahkan
proses penyembuhan
5.
Anjurkan
klien untuk diet tinggi protein, kalsium dan Vitamin D.
R/ untuk
meminimalkan pengurangan masa otot
6.
Kolaborasi
pemberian obat-obatan seperti sedative.
R/ dapat meningkatkan
istirahat.
Dx
4 : Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai pengobatan, proses
penyakit dan perawatan.
Tujuan
: pengetahuan klien bertambah
K.H
: klien mengatakan paham tentang penyakitnya.
Intervensi
:
1.
Kasih
pengetahuan klien tentang etiologi, tanda dan gejala serta perawatan.
R/ membuat data dasar dan mngidentifikasi
kebutuhan terhadap informasi.
2.
Jelaskan
pada klien tentang penyakit sindrom cushing.
R/ meningkatkan pemahaman klien tentang
penyakitnya.
3.
Lakukan
evaluasi
R/ untuk mengetahui seberapa jauh daya tanggap/pemahaman
pasien tentang penjelasan penyakit sindrom cushing.
2.2.4 Implementasi
Sesuai
intervensi
2.2.5 Evaluasi
Sesuai
tujuan
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hiperadrenalisme adalah keadaan klinik yang terjadi
akibat dari paparan terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang
berlebihan untuk waktu yang lama. Penyakit cushing didefenisikan sebagai bentuk
spesifikasi tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ATCH hipofisis berlebihan.
Hiperadrenalisme
dapat diklasifikasi menjadi beberapa bagian yaitu :
a.
Penyakit
cushing
b.
Hipersekresi
ATCH ektropi
c.
Tumor-tumor
adrenal primer
d.
Sindroma
cushing pada masa kanak-kanak
Penyebab dari
Hiperadrenalisme adalah
a.
Celukokortikoid
yang berlebihan
b.
Aktivitas
korteks adrenal yang berlebihan
c.
Hiperplasia
korteus adrenal
d.
Pemberian
kortenosteroid yang berlebihan
e.
Sekresi
steroid adrenokortikal yang berlebihan terutama kortisol.
f.
Tumor-tumor
non hipofisis
g.
Adenorma
hipofisis tumor adrenal
3.2. Saran
Kami berharap mahasiswa/i S-1 Keperawatan, mampu memahami
tentang Asuhan Keperawatan dengan “ Hiperadrenalisme”, walaupun dalam makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar