ASUHAN
KEPERAWATAN
“
DIABETES INSIPIDUS “
OLEH
RIKARDUS BAEK
( 011100165 )
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
NUSA NIPA
MAUMERE
2014
KATA PENGANTAR
Pujisyukur
kami panjatkankehadiratTuhan Yang mahaEsa,
karenaberkatperkenaanNyalahmakapenulisanmakalahdenganjudul;
“AsuhanKeperawatanPadaKlienDengan Diabetes Insipidus”, dapat kami
selesaikandenganbaikdantidakkurangsesuatuapapun.
AdapunisidariAsuhankeperawataninisecaragarisbesarmenggambarkantentang tentang perjalana penyakit.Kami
sangatmenyadarisungguhbahwamateri yang kami
sususninimasihsangatjauhdarisempurna, olehkarenaitu kami
sangatmengharapkanberbagaikritikdan saran yang merupakanmasukanbagi kami demi
penyempurnaanpenyusunanmakalahini agar dapattersajidenganlebihbaiklagi,
sehinggadapatbermanfaatbagikitasekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Diabetes Insipidus adalah
pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal – renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal – renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
umum
Setelah mengikuti
kuliah ini , di harapkan mahasiswa mampu memahami mengenai konsep keperawatan
klien dengan Diabetes Insipidus
2. Tujuan
khusus
-
Mampu membuat
pengkajian pada klien dengan Diabetes insipidus
-
Mampu merumuskan
diagnosa keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus
-
Mampu membuat
intervensi keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus
-
Mampu
mengimplementasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Insipidus
-
Mampu mengevaluasi
dengan benar dan tepat proses keperawatan klien dengan Diabetes insipidus
Mampu
mendokumentasikan secara benar proses keperawatan klien DI
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. PENGERTIAN
Diabetes
insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat menganggu mekanisme neurohypophyseal – renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkoversi air .
B.
ETIOLOGI
Ada beberapa
keadaan yang mengakibatkan diabetes insipidus sentral , termasuk di dalamnya
adalah tumor-tumor pada hipotalamus, tumor-tumor besar hipofisis dan
menghancurkan nucleus-nukleus hipotalamik, trauma kepala, cedera operasi pada
hipotalamus, oklusi pembuluh darah pada intraserebral, dan penyakit-penyakit
granuomatosa.
C.
MANIFESTASI KLINIS
Diabitus insipidus dapat terjadi secara
perlahan lahan atau secara cepat setelah trauma atau proses infeksi. Gejala
utamanya adalah:
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Gejala dehidrasi
4. Hiperosmolar serum
5. Hipoosmolar urine
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Gejala dehidrasi
4. Hiperosmolar serum
5. Hipoosmolar urine
D.
PATOFISIOLOGI
Vasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik
yang dibuat di nucleus supraoptik, paraventrikular , dan filiformis
hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin
kemudian diangkut dari badan-badan sel neuron tempat pembuatannya, melalui
akson menuju ke ujung-ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior,
yang merupakan tempat penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin dan
neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu.
Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan
osmotic. Suatu peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan
volume intravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian
meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui
suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP
siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun.
Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit
antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan poliuria atau banyak kencing.
Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma kan merangsang pusat haus, dan sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak (polidipsia).
Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin.
Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibody terhadap ADH.
Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan poliuria atau banyak kencing.
Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma kan merangsang pusat haus, dan sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak (polidipsia).
Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin.
Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.
DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibody terhadap ADH.
E.
KOMPLIKASI
a)
Dehidrasi berat
b)
Hipernatremia
F.
PENATALAKSANAAN
a)
Penatalaksanaan medis
b)
Penatalaksanaan keperawatan
G.
PEMERIKSAAN FISIK
1.Terapi cairan parenteral
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopresin( larutan pteresine.
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopresin( larutan pteresine.
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
A.
PENGKAJIAN
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguanpolaeliminasi BAK berhubungandenganpengeluaranurin
yang sangatbesar (poliuri)
2. Gangguaneliminasi BAK
berhubungandenganpenurunanasmolalitasdarahdan urine yang
diekskresikanbanyakdanencer (poliuria)
3. Resikotinggikurang volume
cairandanelektrolitberhubungandengandehidrasi
4. Ansietasberhubungandenganhospitalisasi
5. Gangguankonsepdiriberhubungandenganhargadirirendah
6. Kurangpengetahuanberhubungandengankurangtercapainyasumberinformasi
C.
INTERVENSI
Dx
1: Gangguan pola eliminasi BAK
berhubungan dengan pengeluaran urine yang sangat besar ( poliuri)
K hasil : Klienakanmenunjukanpolaeliminasi yang normal
Tujuan : Setelahdilakukantindakankeperawatan 2 x 24 jam di
harapanklienmenunjukan :
¢
Penggantianvassopressin
¢
Tidakmengeluhhaus
¢
Pengeluaran urine dalambatas
normal
Intervensi :
1. Binahubungansalingpercayaantaraperawat, kliendankeluarga
R/ Mempermudahdalammelakukanintervensiselanjutnya
2. Kajipolaberkemih, sepertifrekuensidanjumlah.
Bandingkanhaluran urine danmasukancairandancatatberatjenis urine
R/ Mengidentifikasikankandungkemih
(misalpengosongan kandungkemih,
fungsiginjal, keseimbangancairan)
3. Jelaskanpenyebabperubahanpolaeliminasi
3. Jelaskanpenyebabperubahanpolaeliminasi
R/ Meningkatkanpengetahuanklien
agar kliendapat memahamitentangpenyakit
4. Memonitor in take dan output
R/ Membandingkankeluaran output yang diantisipasidalam evaluasiadanyaataurusaknyaginjal
5. Kolaburasi
-
Ambil urine untukpemeriksaankultur
R/ Menentukanadanya ISK yang menyebabkangejala komplikasi
6. Pasangkatetertetap
R/ Diperlukanuntukmembantualiran
urine atau pengosongankandungkemih
Dx
2: Gangguaneliminasi BAK berhubungandenganpenurunanasmolalitasdarahdan
urine yang diekskresikanbanyakdanencer (poliuria)
Tujuan: setelahdilakukantindakankeperawatanselama 2 x 24 jam
klienakanmenunjukantidak BAK terusmenerus
K. hasil:BAK Normal
Intervensi :
1. Catatfrekuensidankarakteristik
BAK
R/Sebagai
data dasaruntukintervensiselanjutnya
2. Ukurdancatat
urine setiap kali berkemih
R/Untukmengetahuiadanyaperubahanwarnauntuk mengetahui input dan output
3. Jelaskanpenyebabgangguaneliminasi
R/Meningkatkanpengetahuanklien
agar klientidakbertanyatentangpenyakitnya
4. Awasipengeluarandankarakteristik
urine
R/Penurunancairan urine tiba-tibadapatmengindikasiadanyaobstruksi
Dx
3: Resikotinggikurang volume
cairandanelektrolitberhubungandengandehidrasi
K. hasil: klienakanmempertahankancairanelektrolit yang adekuat
Tujuan: setelahdilakukantindakankeperawatanselama 2 x 24 jam
diharapkanklienakanmenunjukkan :
¢ Kulitelastis
¢ Tidakmengeluhhaus
¢ Urine dalambatas normal
¢ TTV dalambatas normal
Intervensi :
1. Awasijumlahdantipemasukancairan,
ukurhaluranurindenganadekuat
R/ pasientidakmengkonsumsicairansamasekali mengakibatkandehidrasiataumengganticairanuntuk masukancairan yang
berdampakpadakeseimbangan elektrolit
2. Pantautanda-tanda
vital catatadanyaperubahan TD
R/Hipovolemiadapatdimanifestasikanolehhipofensidan takikardila.
Perkiraanberatringannyahipovolemiadapatdibuat ketikatekanandarahsistolikpasienturun>
10 mmhgdan posisi berbaringkeposisidudukatauberdiri
3. Identifikasirencanauntukmeningkatkanataumempertahankankeseimbangancairan
yang optimal, misalnyajadwalmasukancairan
4. Pertahankanuntukmemberikancairan paling 2500
ml/haridalambatas yang dapatditoleransijantungjikapemasukancairanmelalui oral
sudahdapatdiberikan
R/Mempertahankandehidrasiatau volume
cairan
5. Berikancairanatauelektrolitmelaluiselangpemberianmakanan
/ IV
R/Mendukungmemperbesar volume
sirkulasijika pemasukan oral tidakadekuat
Dx
4: Ansietasberhubungandenganhospitalisasi
Tujuan:
setelahmendapatkanperawatanklienmengatakanansietasberkurang
K. hasil:
klientampakrileksdanatidakbingung
Intervensi :
1. Kajitingkatkecemasanklien
R/ Membantudalammengidentifikasiketerampilan
yang mungkinmembantupasienmengatasikeadaansekarang
2. Berikaninformasi yang akurat
R/ Memungkinpasienuntukmembuatkeputusan
yang didasarkanataspengetahuannya
3. Berikankesempatanpadapasienuntukmengungkapkanmasalah
yang dihadapinya
R/ Meningkatkankopingindividuterhadapsituasi
yang sedangdihadapinya
Dx 5: Gangguan konsep diri berhubungan
dengan harga diri rendah
Tujuan:mengimplementasikanpolapengamananbaru
K. hasil:
klienmampuuntukmengambilperawatandiriatautanggungjawabperan
Intervensi :
1. Berikansuasana yang menerimadanmendukungklien
2. Anjurkanposisiuntukmengekresikanperasaanansietas,
takut, bingung, marahdantakberdaya
3. Kembangkanperasaanmenghargaidirisendiridenganmenekankansegipositifdalamkehidupanklien
4. Anjurkanuntukberkomunikasidengankeluarga yang
lain danmintabantuandariprofesi lain
untukmembantumasalahkliendenganperubahanemosi.
Dx
VI: Kurang pengetahuan b/d kurang
terpaparnya informasi.
Tujuan: setelahdiberikantindakankeperawatandiharapkanklienmenyatakanpemahamannyaterhadapkondisidanpenanganannya
K. hasil:
- melaporkanpemahamanmengenaipenyakit yang dialami
- sudahmengenalsumberinformasi
Intervensi :
1. Kajitingkatpengetahuanpasien
R/Mengetahuitingkatpengetahuantentangpenyakitserta indikatordalammelakukanintervensi
2. Berikaninformasipadapasiententangperjalananpenyakitnya
R/Meningkatkanpemahamankliententangkondisi kesehatan
3. Berikanpenjelasanpadapasiententangsetiaptindakankeperawatan
yang diberikan
R/Mengurangitingkatkecemasandanmembantu meningkatkankerjasamadalam mendukung
program terapi yang digunakan
4. Berikaninformasipenyakitpadakliententangkomplikasipenyakit
R/ Membantumeningkatkanpengetahuankliententang penyakitnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Diabetes insipidusmerupakankelainanpadalobus posterior
hipofisis yang disebabkanolehdefisiensivasopresin yang
merupakanhormonantidiuretik (ADH).
Diabetes
insipidusadalahsuatukelainandimanaterdapatkekuranganhormonantidiuretik yang
menyebabkan rasa haus yang berlebihan (Polidipsi) danmengeluarkansejumlahbesar
air kemih yang sangatencer (Poliuri)
B. SARAN
Diharapakan kepada pasien dan keluarga agar
lebih terbukadalam memberikan informasi yang diperlukan serta lebih meningkatkan
hubungan kerja sama terhadap tim kesehatan dan lebih kooperatif terhadap
tindakan keperawatan dan pengobatan yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes,
ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi II, Jakarta: EGC, 2000
http//www.asuhan
keperawatan hernia.com (drakses pada tanggal 28 September 2011
Muscori,
Mary E., 2005, Panduan Belajar Pediatrik, Edisi 3, Jakart, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar