MAKALAH
SISTEM
ENDOKRIN
“STRUMA
ENDEMIK”
OLEH
:
1. RIKARDUS BAEK (011100165)
2. YOLANTA JEIN (011100205)
SEMESTER:
VD
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
NUSA NIPA
MAUMERE
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Keseimbangan
hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jika terganggu, akan
terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsi kelenjar gondok
yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat (hipermetabolisme) juga
terkadang disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremor dan mata menonjol.
Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang
kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan
hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh
seseorang.Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi
hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan.
Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya
antara lain penyakit gondok (struma endemik).
Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKY tahun
1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerah endemik
berat.,16 Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjar gondok,
bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli,
gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola
makan sadar iodium sejak dini.
1.2 TUJUAN
A.
Tujuan Umum
Mampu memahami
dan mengerti apa itu STRUMA ENDEMIK dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan
STRUMA ENDEMIK
B.
Tujuan Khusus
1. Mampu
melakukan pengkajian dengan klien STRUMA ENDEMIK
2. Mampu
merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan STRUMA ENDEMIK
3. Mampu
membuat perencanaan klien STRUMA ENDEMIK
4. Mampu
mengimplementasikan tindakan perencanaan klien dengan STRUMA ENDEMIK
5. Mampu
mengevaluasi dan mendokumentasi secara tepat dan benar pada klien dengan STRUMA
ENDEMIK
1.3 MANFAAT
1. Bagi
mahasiswa/I :
Agar
bisa mempelajari dan mengetahui tentang asuhan keperawatan penyakit STRUMA ENDEMIK pada seseorang
2. Bagi
perawat :
Agar
perawat dapat memberikan Asuhan keperawatan yang komperhensif kepada penderita
STRUMA ENDEMIK
3. Bagi
para pembaca :
Agar
pembaca dapat mengetahui tentang penyakit STRUMA ENDEMIK dan mengantisipasi untuk tidak terkena
penyakit STRUMA ENDEMIK
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 PENGERTIAN
Struma adalah
pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar
gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan
keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret,
berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’
disease).
Struma endemik adalahpembesaran kelenjar
tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang
lama.
2.2
ANATOMI KELENJAR THYROID
Kelenjar thyroid
terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus yang
terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan
disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid
terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk
ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
Regulasi sekresi hormon
tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar hipofisis atau
pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.Lobus anterior hipofisis
mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan
sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.
Apabila terjadi
penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan sekresi TSH
dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon thyroid.
1. Thyroxine
(T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
2. Tridothyronin
(T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi utama kelenjar
thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk mengontrol
metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses
sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid
stimuliting hormon dari hipofise.
2.3
ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam
pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid
antara lain :
1. Defisiensi Iodium
Pada umumnya, penderita penyakit
struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang
mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tyroid
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat
kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).
4. Penghambatan sintesa hormon oleh
obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
2.4
PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama
yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.Bahan yang mengandung
iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak
oleh kelenjar tyroid.Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif
yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin
(T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi
Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif.Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
2.5
MANIFESTASI KLINIK
Pada penyakit struma awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup
besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi seperti sesak, refleks batuk dan juga esofhagus tertekan sehingga
terjadi gangguan menelan, nyeri.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
₋
Human thyrologlobulin (untuk keganasan
thyroid)
₋
Kadar T3, T4
Nilai
normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
₋
Darah rutin
₋
Pemeriksaan radiologis
- Dilakukan foto thorak posterior anterior
- Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig .
- Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
2.7 PENATALAKSANAAN
Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh
tiroksin, yaitu pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan
penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat
dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya.Pada masyarakat tempat struma timbul sebagai
akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium.
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas
dasar adanya struma yang bernodul dan tidak toksik, melalui :
1. Pada palpasi teraba batas yang
jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
2. Pada pemeriksaan laboratorium,
ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam batas normal.
3. Pada pemeriksaan USG
(ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
4. Kepastian histologi dapat ditegakkan
melalui biopsi yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang
berpengalaman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
PENGKAJIAN
- Identifikasi klien
- Keluhan utama klien.
Pada
klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah
nyeri akibat luka operasi.
- Riwayat penyakit sekarang
Biasanya
didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea
eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
- Riwayat penyakit dahulu
Perlu
ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,
misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk
sekitar berpenyakit gondok.
- Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan
barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
- Riwayat psikososial
Akibat
dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
7. Pemeriksaan
fisik
₋
Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan
kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah.
₋
Kepala dan leher
Pada
klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi
yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
₋
Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari
penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan
nafas.
₋
Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari
nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan
sakit.
₋
Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang
sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
8. Pengkajian
data dasar
₋
Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
₋
Eliminasi
urine dalam jumlah banyak,
perubahan dalam faeces, diare.
₋
Integritas ego
mengalami stres yang berat baik
emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
₋
Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang
mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah, pembesaran tyroid.
₋
Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
₋
Keamanan
tidak toleransi terhadap panas,
keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada
pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus :
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
₋
Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit
atau tidak sama sekali, impotensi.
3.2
DIAGNOSA
- Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah esofagus
- Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laryngeal
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf
- Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi
- Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.
3.3 INTERVENSI
- Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.
Tujuan : Jalan
nafas klien efektif
Kriteria hasil :
₋
Tidak sesak
₋
Tidak ada sumbatan pada trachea
Intervensi :
1. Monitor
pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
R/
Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2. Dengarkan
suara nafas, barangkali ada ronchi.
R/
Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
3. Observasi
kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/
Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4. Atur
posisi semifowler
R/
Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5. Bantu
klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
R/
Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
6. Melakukan
suction pada trakhea dan mulut.
R/
Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
7. Perhatikan
klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
R/
Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
- Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
Tujuan : Klien dapat komunikasi
secara verbal
Kriteria hasil : Klien dapat
mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
Intervensi
:
1.
Kaji pembicaraan klien secara periodic
R/
Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema
jaringan / sebagai efek pembedahan.
2.
Lakukan komunikasi dengan singkat dengan
jawaban ya/tidak.
R/
Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3.
Kunjungi klien sesering mungkin
R/
Mengurangi kecemasan klien
4.
Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/
Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat
menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang menunjukkan adanya
nyeri.
Intervensi :
1. Atur
posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
R/
Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
2. Kaji
respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
R/
Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
3. Intruksikan
pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih posisi .
R/
Mengurangi ketegangan otot.
4. Beri
makanan /cairan yang halus seperti es krim.
R/
Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
5. Lakukan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/
Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
- Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien
bertambah.
Kriteria hasil : Klien
berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi
:
1. Diskusikan
tentang keseimbangan nutrisi.
R/
Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
2. Hindari
makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai,
Lobak cina dll.
R/
Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
3. Konsumsikan
makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/
Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.
- Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan
:tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Tidak terdapat
adanya tanda-tanda perdarahan.
Intervensi
:
2. Observasi
tanda-tanda vital.
R/
Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui
perdarahan secara dini.
3. Pada
balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
R/
Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.
4. Dari
drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).
R/
Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi
6. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah esophagus
Tujuan
: nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
hasil : berat badan kembali normal,napsu makan klien bertambah, klien
mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi
:
1. Beri
kesempatan klien untuk mendiskusikan alasan untuk tidak makan
R/ mengkaji penyebab gangguan makan
2. Observasi
dan catat asupan pasien ( cair dan padat )
R/ mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen
yang diperlukan
3. Tentukan
makanan kesukaan klien
R/ meningkatkan napsu makan
4. Beri
makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ meningkatkan masukan nutrisi
7. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan penyakit
Tujuan
:klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Kriteria
hasil :mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya, mengakui dan memantapkan
kembali system dukungan yang ada
Intervensi
:
1.
Berikan waktu untuk pasien
mengekspresikan perasaanya tentang perubahan dan penampilan dan fungsi
R/ perawat
mampu memberikan solusi yg rasional sesuai dengan kondisi pasien sehinnga mampu
meningkatkan rasa percaya diri klien
2.
Identifikasi dan tekankan kekuatan
pasien serta bantu pasien menyusun tujuan realistik
R/ untuk memudahkan adaptasi terhadap
kehilangan fungsi dan pemulihan.
3.
Diskusikan
dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
R/
kenali bahwa apa yang mungkin tampak merupakan perubahan kecil yang bermakna
bagi pasien
4. Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
R/ membantu memulihkan mempertahankan
koping yg efektif dan merasakan diri mereka sebagai individu yang bergerak
5.
Dorong pasien melakukan perawatan diri
R/ untuk meningkatkan rasa kemandirian
dan kontrol
6.
Bimbing dan kuatkan pasien pada aspek –
aspek positif dari penampilannya dan upayanya dalam menyusaikan diri dengan
perubahan citra tubunya
R/ untuk mendukung adaptasi dan
kemajuan yang berkelanjutan.
7.
Ajarkan dan dorong strategi koping dan
sehat
R/ untuk membantu pasien mengatasi
perilaku yang tidak produktif
BAB
IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Struma adalah
pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar
gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan
keluhan seperti berdebar - debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap,
mencret, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid
(graves’ disease).
Struma endemik adalah
pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang
kurang dalam waktu yang lama. Penyebab nya adalah hypersekresi dari hormon-hormon
thyroid tetapi yang mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang
berubah, kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain dimana akan
menunukkan tanda dan gejala seperti
pembesaran pada daerah leher dimana akan menekan trakea , akan kesulitan
menelan.
Terapi yang diberiksn
untuk mengatasi struma endemic adalah Terapi struma antara lain dengan
penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan
TSH hipofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid.
Pembedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan
gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat
struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi
tambahan yodium
SARAN
1.
Bagi Mahasiswa
Meningkatkan
kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar.
2.
Bagi Pendidik
Bagi
dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya
3.
Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan
agar mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada klien STRUMA ENDEMIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar