KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan bimbinganNya penulis dapat menyelesaikan tugas
asuhan keperawatan sistem endokrin dengan sub bahasan Undesrno testis ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang dengan caranya
masing-masing telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini khususnya
kepada dosen matakuliah yang telah membimbing penulis dalam membuat makalh ini.
Akhir kata “ tak
ada gading tak retak “ begitu pula
dengan makalah inipenulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu semua kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
nantikan demi penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Maumere, Februari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Ketika skrotum anak tidak di jumpai testis, orang tuaanya
akan di hantui kebimbangan tentang kelelakian anaknya. Dokter akan berpikir
sekitar kanker testis dan yang paling penting lagi anak akan malu dan cemas
dalam pergaulan. Pemahaman masalah kriptorkismus secara holistik akan
membimbing dokter orang tua dan anak dalam menyingkapi kelainan yang ada.
Dokter akan memberikan pelayanan yang optimal di tengah kotroversi penanganan
yang masih berlangsung.
Orang tua akan memahami kondisi anak dan kemunginan yang
terjadi di kelak hari, sehingga anak akan mendapat penerimaan kondisi kelainan
oleh lingkungan pergaulannya, sehingga psikologi anak tidak terganggu, juga
mendapat penanganan medis yang dekuat. Dalam menangani kriptorkismus, dokter
tidak hanyay memperbaiki anatomi saja tetapi juga memperhatikan faktor
psikologis atau imosional baik pada anak maupun orang tuanya.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan
Umum
Agar
mahasiswa/i mampu melakukan dan memahami asuhan keperawatan dengan gangguan
sistem endokrin: undeserno testis
1.2.2
Tujuan
Khusus
Agar
mahasiswa/i mampu memahami:
a.
Pengertian
undeserno testis
b.
Etiologi
undeserno testis
c.
Manifestasi
undeserno testis
d.
Pentalaksanaan
undeserno testis
1.3
Metode
Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakn data
kepustakaan dan data dari internet.
1.4
Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini yaitu:
BAB
1 PENDAHULUAN
Pada pendahuluan terdiri dari latar belang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
Pada tinjauan
teoritis terdiri dari konsep dasar medis yang mencakup pengertian, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan medis dan keperawatan. Dan konsep dasar askp yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB
III PENUTUP
Terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
a) Undeserno Testis adalahsuatukeadaandimanaTestistidakberadapadatempatsesuaijalur
inguinal.
b) UDT/
Kriptokismus adalah suatukeadaandimanasetelahusiasatutahun testis
tidakdapatberadadidalamkantongskrotum,tetapiberadadidalamsatutempatsepanjangjalurpenurunan
testis yang normal.
2. ETIOLOGI.
Penyebabpasti UDT /Kriptokismusbelumjelas.Beberapahal
yang berhubungandenganUndescenusadalah:
a) AbnormalitasGubernakulum
testis. Penurunan testis dipanduolehgubernakulum. Massa Qubernakulum yang
besarakanmendilatasijalan testis,kontraksi,involusidantraksisertafiltrasipadaskrotumakanmenempatkan
testis dalamkantongskrotum.Ketikaberada di
kantongskrotumQubernakulumakandiabsorbsi.Bilastrukturinitidakterbentuk abnormal
akanmaldeculus testis.
b) Defekintrrinsik
Testis
Maldecenusdapatdisebabkandisgenesisgoladaldimanakelainanitumembuat
testis tidak sensitive terhadap hormone Gonadotropin.
Faktor-
factor resikoterhadaphormone Gonodotrpin.Faktorresikoterjadi UDT adalah:
1. BB
kurang (< 200 gram)
2. Ibunyangterpapar
estrogen selama trimester pertama.
3. Kelahiranganda.(kembar)
4. Lahir
premature ( umumnyakehamilan )
5. Beratjanin
yang dibawahumurkehamilan
6. Mempunyai
ayah atausaudaradenganriwayat UDT
3. KLASIFIKASI
Ø BerdasarkanEtioptatilogikriptokismusdapatdibagimenjadi
:
-.Mekanik
/ anatomic :perlakatankelainankualitasinguinalis.
-.
Disgenesis :kelainaninterseks multiple
-.
Herediter :genetik
Ø BerdasarkanLokasi
:
-.
Skrotumtinggi( supraskrotum ) : 40%
-.
Intrakanalikuli(inguinal) : 20%
-.
IntraAbdominal : 10%
-.
Obstruksi : 30%
4. PATOFISIOLOGI
Skrotumadalahregulator suhu yang
efektifuntuktestis,dimanasuhudipertahankansekitar1°c(1,8°f )
lebihdingindibandingkandengansuhutubuh normal. Sel Spermatogenesis sangat
sensitive terhadap temperature tubuh.MenurutNainumbergRodgen 1982
mengatakanbahwaadaperubahanpadakurunwaktusatutahunkehidupan.Padaumur 4tahun
didapatkan deposit kolagenmassif,kesimpulanmereka yang
mengagetkandimanaepitelgerminasirumdalam testis tetapdalamukuran normal untuk
2tahunpertamakehidupan.Sementaraumur
4tahunterdapatpenurunanspermatogeninsekitar 75% sehinggamenjadisubferil/
infestil.Setelahumur 6tahun tampakperubahannyata.DiameterTubulusseminiferusmengecil,jumlahspermatogenismenurundantampaknyatafibrpsisdiantaratubulus
testis.PadaKriptokismuspascapubertasmungkin testis
berkurangnormal,tetapiadadifisiensi yang
nyatapadakomponenspermatogeniksehinggapasienmenjadiinfestil.Penelitiandengan
biopsy jaringan testis yang
mengalamiKriptokismusmenunjukantidakterjadiabnormalitaskromoson.Maldesencusdandegenerasimalignatidakdapatdisebabkankarenadefekpada
testis yang mengalami UDT.
5. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a) USG
Pada USG Testis
PrePubertasmempunyaigambaranelektogenitasderajatsedang.USGhanyaefektifuntukmendeteksi
testis dikanalisinguinaliske superficial dandapatmendeteksi testis di
intraabdominal.
b) CT
Scan
Dapatmendeteksi Testis
Intraabdominal.CT Scan samabaiknyadengan USG pada testis letak inguinal.
c) MRI
Dapatmendeteksidegenerasimaligna
d) Angiografi
Pemeriksaanakurattetapi invasive
sehinggatidakseringdipakai.
6. PENATALAKSANAAN
a. Terapi
non Bedah
Berupaterapi
hormonal.Terapiinidipilihuntuk UDT Bilateral PalpabelInguinal.Tidakdiberikanpada
UDT unilateral
letaktinggiatauintraabdomen.Efekterapiberupapeningkatanregulitasskrotumukuran
testis.
Hormon
yang diberikan :
HCG
Hormoniniakanmerangsangselleydingmemproduksitetosteron
Dosis: ( mosier 1984 )
: 1000-4000 γ4,3xseminggu selama 3 minggu.
LHRH
Dosis 3x400mg
intrarenal,selama 4minggu.akan menurunkan testis secarakomplitsebesar 30-64%
b. TerapiBedah
TujuanPembedahanadalahmemobilisasi
testis, adekuatnyasuplaispermatika,fiksasi testis yang
adekuatkeskrotumdanoperasikelainan yang menyertaiseperti Hernia.
IndikasiPembedahan :
ü Terapi
Hormonal gagal
ü Terjadi
Hernia yang potensialmenimbulkankomplikasi
ü DicurigaiTasio
Testis
ü Lokasiintraabdomenataudiataskanalisinguinalis
ü Testis
Ektopik.
B.
Konsp Dasar Askep
1.2.1 Pengakajian
1. Identifikasi
klien
2. Keluhan utama
klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang
dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3. Riwayat
penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada
leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4. Riwayat
penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5. Riwayat
kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang
menderita sama dengan klien saat ini.
6. Riwayat
psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas
atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
7. Pemeriksaan
fisik
₋ Keadaan
umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan
suhu yang berubah.
₋ Kepala dan
leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam
dua sampai tiga hari.
₋ Sistim
pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan
sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
₋ Sistim
Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari
nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan
sakit.
₋ Sistim
gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang
sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
8. Pengkajian
data dasar
₋ Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat, atrofi otot.
₋ Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
₋ Integritas
ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi.
₋ Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran
tyroid.
₋ Rasa
nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
₋ Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan,
alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di
atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan
berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi
sangat parah.
₋ Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama
sekali, impotensi.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d dampak pembedahan.
2. Kurangnya pengetahuan yang b/d salah
interprestasi
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
4. Harga diri rendah b/d perubahan dalam
kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
1.2.3 Intervensi keperawatan
Dx 1.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d dampak pembedahan, udema otot, terputusnya
jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak
adanya perilaku yang menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
• Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan
bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas
pada jahitan pada luka.
• Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan
lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan
keefektifan terapi.
R/ Mengurangi
ketegangan otot.
• Beri makanan
/cairan yang halus seperti es krim.
R/ Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan
menelan.
• Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
Dx 2. Kurangnya
pengetahuan yang b /d salah interprestasi
yang ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program
keperawatan
Intervensi :
• Diskusikan
tentang keseimbangan nutrisi.
R/ Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
• Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik
misalnya makanan laut, kedelai, Lobak cina dll.
R/ Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
• Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/ Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.
Dx 3 Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik
Tujuan: aktivitas klien kembali adekuat
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan dalam
partisipasi untuk beraktivitas setelah dilakukan tindakan.
Intervensi:
·
Kaji/diskusikan
tingkat kelemahan pasien dan identifikasikan aktivitas yang dapat dilakukan
klien
R: kelemahan otot terus memburuk setipa hari karena
proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium
·
Pantau
TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R: kolaps sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari
stres aktivitas jika curah jantung berkurang
·
.Diskusikan
kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas bersama-sama dengan pasien
R: meskipun pasien mungkin pada awa merasa terlalu lemah
untuk melakukan aktivitas, aktivitas yang berkurang selama menerima terapi
hormon pengganti untuk memperbaiki tonus dan kekuatan otot menurunkan kelelahan
·
Sarankan
pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktivitas
R: mengurangi kelelahan dan mengurangi ketegangan pada
jantung
·
Diskusikan
cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik dari pada berdiri selama
melakukan aktivitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri
R: pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan yang
mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
·
Berikan
kesempatan kepada pasien untuk ikut berpatisipasi secara adekuat untuk dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari, sebagian atau seluruhnya. Tingkatkan
keterlibatan pasien sesuai kemampuannya.
R: menumbuhkan tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya
secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapa ditoleransinya.
Dx 4 Harga diri
rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
Tujuan: diharapkan harga diri klien kembali positif
Kriteria hasil:
• Menunjukan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
• Dapat beradaptasi
dengan ornag lain
• Dapat
mengungkapkan perasaannya dengan orang lain.
Intervensi:
·
Dorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaan, misalnya perubahan
penampilan dan peran
R: membantu mengevaluasi beberapa banyak masalah yang
dapat diubah oleh peran
·
Sarankan
kepada pasien untuk melakukan manajemen stres misalnya, teknik relaksasi,
visualisasi, imaginasi
R: meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan
kemampuan koping
·
Dorong
gpasien untuk membuat pilihan guna berpatisipasi dalam penampilan diri sendiri
R: dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri,
memperbaiki harga diri
·
Fokuskan
pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan, misalnya menurunkan
pigmentasi kulit
R: ungkapan seperti ini dapat meningkatkan semangat
pasien dan meningkatkan harga diri pasien
·
Sarankan
pasien untuk mengunjungi seseoran yan penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang
R: dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari
pengobatan yan telah dilakukan
·
Kolaborasi:
Rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok
pendukung sesuai kebutuhan.
R: pendekatan secara komprehensif dapat membantu memenuhi
kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku koping.
1.2.4
Implementasi
Sesuai
intervensi
1.2.5
Evaluasi
Sesuai
implementasi
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
UDT/Kriptokismus
adalah suatu keadaan dimana setelah usia 1 tahun testis tidak dapat berada
didalam kantong skrotum tetapi berada di dalam tempat sepanjang jalur penurunan
testis yang normal.
3.2
Saran
Agar
mahasiswa/i mampu melakukan asuhan keperawatan klien dengan undeserno testis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar