BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Troiditis merupakan inflamasi kelenjar
tiroid, keadaan ini bisa bersifat akut,subakut,atau kronis.tiroiditis inflamasi
kelenjar troid atau tiroiditis mencakup sekelompok kelainan yang beragam
meliputi berbagai keadaanyang menyebabkan sakit akut dsengan nyeri tiroid yang
hebat (misalnya tiroiditis infeksiosa, tiroiditis granulomatosa sub akut ) dan
kelainan dengan inflamasi yang relative ringan : penyakit ini terutama
bermanifestasi dalam bentuk disfungsi tiroid ( tiroiditis limfositik subakut
(tanpa rasa nyeri) dan tiroiditis fibrosa.
Infeksi akut dapat mengenai kelenjar
tiroid lewat penyebaran hematogen atau invasi langsung pada kelenjar ( misalnya
lewat fistula dari sinus piriformis ). Infeksikelemjar tiroid lainnya bersifat
lebih kronik dan meliputi kronik dan meliputi infeksi mikobakterial, fungus
serta preumocystis yang terjadi pada pasien – pasien dengan tanggap imun lemah,
kelainan 9inflamasi tersebut dapat
menyebabkan nyeri leher mendadak dan nyeri tekan di daerah dengan disertai demam, menggigil, serta tanda-tanda infeksi
yang lain.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Agar
mahasiswqa mampu menjelaskan konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan system endokrin
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian tiroiditis
b. Mahasiswa
mampu menjelaskan, etiologi, patofisiologi, manivestasi kinis, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan tiroditis
c. Mahasiswa
mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kklien dengan penyakit tiroditid
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.KONSEP DASAR
MEDIS
1. PENGERTIAN
Tiroiditis merupakan: inflamasi
kelenjar tiroid,keadaan ini bisa bersifat akut,sub akut atau
kronis(Brunner& Sudrath,2001,hal.1314)
Tiroiditis adalah: suatu peradang
pada kelenjar tiroid,menyebabkan hepertiroidisme sementar yang sering kali di
ikuti oleh hipotiroidisme sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan
dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis adalah umumnya di tandai
oleh pembesaran,peradangan dan disfungsi kelenjar tiroid(IDP,Jilid 1,hal.761)
2. KLASIFIKASI
a. Tiroiditis Akut:
Merupakan kelainan langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
mikrobakteri atau parasit pada kelenjar tiroid.Stapilokokus aureus atau jenis stafilokokus lain merupakan penyebab yang paling sering dijumpai.Secara
khas, penyakit ini menyebabkan nyeri serta pembengkakan leher pada bagian anterior, panas,disfagia,dandispocia.Faringitis
atau gejala sakit leher sering ditemukan.Pemeriksaan dapat menunjukkan rasa
hangat, eritema (kemerahan) dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid.Tetapi
teoriditis akut mencakup pemberian preperat antibiotik dan penggantian
cairan.Tindakan insisi dan drainase diperlukan jika terdapat abses.
b. Tiroiditis Subakut
Tiroiditis sub akut dapat berupa tiroiditis garanula matosa sub akut
(tiroiditis de quervam) atau tiroiditis tanpa nyeri (silent thiroiditis atau
tiroiditis limpfositik sub akut).Tiroiditis granulomatosa sub akut merupakan
kelainan inflamasi pada kelenjar tiroid yang terutama menterang wanita berusia
antara 40 hingga 50 tahun (sakiyuma 1993) kelainan ini ditemukan sebagai
pembengkakan yang nyeri pada leher bagian anterior, dan berlangsung selama1
atau 2 bulan dan kemudian menghilang spontan tanpa gejala sisa.Tiroiditis ini
sering terjadi setelah infeksi respiratorius.Kelenjar tiroid membesar secra
simetris dan kadang-kadang terasa nyeri. Kulit diatasnya sering tampak kemerah
dan terasa hangat.Pasien merasa sulit menelan dan mengalami gangguan rasa
nyaman, iritabilitas, kegelisahan insoumnia dan penurunan berat badan yang
kesemuanya merupakan manipestasi dari hipertiroidisme sering dijumpai, dan
banyak pasien juga merasakan gejala demam serta menggigil.Tiroiditis tanpa
nyeri (tiroiditis limposifik sub akut) sering terjadi pada periode pasca partus
dan diperkirakan disebabka oleh autoimun. Gejala hipertiroidisme atau
hipertiroidisme mungkin saja timbul, tetapi ditunjukkan untuk menangani gejala,
dan pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setahun sekali perlu dianjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipertiroidisma
yang kemudian.
c. Tiroiditis kronis (tiroiditis
hashimoto)
Tiroiditis kronis yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30 hingga
50 tahun diberi nama penyakit hashimoto atau tiroiditis limfosik kronis.Penegakan
diagnostiknya dilakukan berdasarkan gambaran histopatologis
kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.Berbeda denag tiroiditis akut, bentuk
yang kronis ini biasanya tidak disertai nyeri, gejala penekanan ataupun rasa
panas, aktifitas kelenjar tiroid biasaya normal atau rendah dan bukan
meningkat.
3. ETIOLOGI
Etiologi tiroiditis di bagi berdasarkan
klasifikasi
a. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut
supuratif
1. Disebabkan oleh infeksi bakteri
stafilokokus aureus,mikrobakteri,parasit pada kelenjar tiroid.
2. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi dapat terjadi melalui aliran
darah, penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening,
trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.Kelainan yang terjadi dapat
disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke
mediastinum, bahkan dapat
b. Tiroditis Sub Akut
Etiologi
tiroiditis di bagi berdasarkan klasifikasi
c. Tiroiditis Akut/ Tiroiditis Akut
supuratif
3. Disebabkan oleh infeksi bakteri
stafilokokus aureus, mikrobakteri, parasit pada kelenjar tiroid.
4. pecah ke trakea dan esophagus.
Infeksi
dapat terjadi melalui aliran darah, penyebaran langsung dari jaringan
sekitarnya, saluran getah bening, trauma langsung duktus tiroglosus yang persinten.2. Tiroiditis Limfositik sub akut/ tiroiditis
tanpa nyeri(silent tiroiditis)
a. Sering
terjadi dalam peiode pascapartus dan di perkirakan di sebabkan oleh proses
autoimun.
b. Gejala hipetiroidisme atau hipotiroidisme
mungkin saja timbul.
c. Terapi di tunjukkan untuk menangani gejala dan
pemeriksaan tindak lanjut yang di lakukan setahun sekali perlu di anjurkan
untuk menentukan apakah pasien memerlukan terapi guna mengatasi hipotiroidisme
yang timbul kemudian.
d. Tiroidisme Kronis/ tiroiditis
limfositik kronik(Tiroiditis hasimoto)/ struma Limfomatosa/ Tiroiditis
Autoimun.
1. Tiroiditis yang sering di jumpai
pada wanita berusia 30 hingga 50 tahun di beri nama penyakit Hasimoto atau
tiroiditis limfositik kronis.
2. Predisposisi genetic(imunitas yang
perantarai sel).
3. Bentuk yang kronis biasanya tidak di
sertai nyeri.gejala penekanan ataupun rasa besar,simetris,regular,
panas;aktivitas kelenjar tiroid biasanya normal atau renda dan bukan meningkat.
Kelenjar tiroid biasanya membesar
secara lambat,tidak teerlalu besar,simetris,regular,dan padat.kadang-kadang ada
nyeri spoontan dan nyeri tekan.pasien dapat eutiroid,hipotiroid,dan jarang
hipertiroid.
4. Penegakan diagnosisnya di lakukan
berdasarkan gambaran histology kelenjar tiroid yang mengalami inflamasi.jika tidak di obati tiroiditis kronis akan
berjalan lambat,tetapi progresif akhirnya akan tejadi hipotiroidisme.
4. PATOFISIOLOGI
a.
Tiroiditis Sub Akut
Pada fase awal,
kadar T4 serum meningkat dan penderita mungkinmempunyai gejala tirotoksikosis, tetapi ambilan yodium radioaktif jelastersupresi..T3 dan T4 meningkat, sementara TSH
serum dan ambilan iodineradioaktif tiroid sangat rendah. Laju endap darah
sangat meningkat, kadang-3,kadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen. Autoantiboditiroid biasanya tidak ditemukan di serum. Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3
dan T4 akan menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan
iodine radioaktif akan meningkat,mencerminkan adanya penyembuhan kelenjar dan
serangan akut.Tiroiditis subakut biasanya sembuh spontan setelah beberapaminggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini
dapat mulai menyembuh dan tiba-tiba memburuk.Kadang-kadang
menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru kemudian
lobus satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar
T4 telah turun, TSH telah meningkat dan
kelenjar mulai berfungsi kembali.
b. Tiroiditis
Kronik (Tiroiditis
Hashimoto,
Tiroiditis Limfositik)
Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang bereaksi dengan antigen-antigen.Tiga auto antibodi tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab Tg),
antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut antibodi mikrosomal, dan
TSH reseptor blockingantibody (TSH-R Ab [blok]). Selama fase awal, Ab Tg
meningkat sedikit,kemudian Ab Tg akan menghilang, tapi TPD akan menetap untuk bertahun-tahun.Destruksi kelenjar berakibat turunnya kadar T3 dan T4serum, dan naiknya TSH.Mula-mula TSH bisa mempertahankan sintesishormone yang adekuat
denganterjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapidalam banyak kasus kelenjar gagal dan terjadilah
hipotiroidisme dengan atautanpa goiter.4
Terjadinya tiroiditis di sebabkan
oleh infeksi bakteri dan virus yang terjadi melalui penyebarn hematogen dan
lewat fistula dari sinus piriformis yang berdekatan dengan laring,sehingga
dapat mengiritasi kelenjar tiroid yang akan menyebabkan terjadinya
peradangan.sebetulnya kelenjar tiroid itu sendiri resisten terhadap infeksi
karena beberapa hal diantaranya berkapsula mengandung iodium tinggi,kaya suplai
darah dan saluran limfe untuk drainaseTiroiditis bias terjadi kadang-kadang
tertentu seperti pengaruh lingkungan yang kotor dan berpolusi(penyebaran
kuman),kelainan congenital dan proses penyakit autoimun.
5
MANIFESTASI
KLINIS
a. Tiroiditis Akut
- Rasa nyeri serta pembengkakan pada
leher anterior
- Panas
- Disfgia dan disfonia
- Faringitis / gejala sakit pada leher
-
Eritema
dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid
b. Tiroiditis Sub Akut
- Nyeri
pada leher bagian depan menjalar ke telinga
- Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan
terasa nyeri,kulit di atasnya sering tampak kemerahan dan terasa hangat
- pasien merasa sulit menelan dan mengalami
gangguan rasa nyaman
-
Iritabilitas,kegelisahan,insomnia,dan
penurunan BB
-
Demam mengigil.
c. Tiroiditis Kronis
Biasanya tidak di sertai nyeri,gejala
penekanan ataupun rasa panas,tetapi kadang-kadang ada nyeri spontan dan nyeri
tekan
6
PEMERIKSAAN
FISIK
Ditemukan tiroid membesar,nyeri
tekan biaasanya di sertai takikardi,berkeringat,demam,tremor,dan tanda-tanda
lain hepertiroidisme.
7
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium:LED
meningkat,kadar hormone tiroid meningkat karena pelepasan hormone tiroid yang
berlebihan akibat dekstruksi kelenjar tiroid oleh proses inflmasi.
- USG: sidiktiroid,pemeriksaan CT Scan
dan MRI
8
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Tiroiditis Akut
- Pemberian preparat antibiotic dan
penganti cairan
- Tindakan insisi dan drainase di
perlukan jika terdapat abses
2. Tiroiditis Sub Akut
- Pemberiaan preparat anti inflamasi
nonsteroid(NSAID)di gunakan untuk mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
- Pemberian asetanol untuk mengurangi
rasa nyeri .
- Glukokortikoid untuk mengurangi
gejala dan mempercepat terjadinya remisi
3. Tiroiditis Kronis
- Tujuan terapi adalah mengurangi
ukuran kelenjar tiroid dan mencegah hipotiroidisme.
- Terapi hormon tiroid di berikan
untuk mengurangi aktifitas kelenjar tiroid dan produksi preparat hormone tiroid
dan produksi tiroglobulin.jika terdapat gejala hippotiroidisme preparat hormone
tiroid harus di resepkan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
untuk mengurangi rasa nyeri.
- Berikan kompres hangat jika pasien
panas dan demam.
9
KOMPLIKASI
a. Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
b. Kerusakan pita suara (disfonia)
c. Penyakit DM Tipe I
B. KONSEP DASAR ASKEP
1.
PENGKAJIAN
Dasar Data Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas T, otot lemah, gangguan
koordinasi, kelelahan otot.
Tanda : atrofi otot.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada
(angina).
Tanda :disritma (vibrilasi atrium), irama gallop,
mur-mur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.Takikardi saat istirahat, sirkulasi
kolaps, syok (krisis tiroksikosisi).
c. Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah banyak,
perubahan dalam feces, diare.
d. Integritas ego
Gejala : mengalami stres yang berat
(emosional, fisik)
Tanda : emosi labil qeuforia sedang
sampai delirium), depresi
e. Makanan & cairan
Gejala : kehilangan berat badan mendadak, napsu makan
meningkat, makan banyak, makannya sering kehausan, mual, muntah.
Tanda
: pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
f. Neurosensori
Tanda
: bicara cepat dan parau, gangguan status mental, perilaku (bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, tanpa tujuan
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTP).
g.Nyeri/kenyamanan
Gejala
: nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernapasan
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, dispea,
edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan saat pemeriksaan).
Tanda : suhu meningkat di atas 37,4ºC, diaforesis kulit
halus, hangat dan kemerahan
Eksotalus: retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yag menjadi sagat parah.
j. Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea,
amenorea dan impoten.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan
termoregulasi ( hipertermi ) b.d proses infeksi
2.
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d peradangan tiroid
3.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
4.
Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan otot
5.
Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit b.d kurang terpajan informasi.
6.
Gangguan
konsep diri (body image) b.d perubahan bentuk mata (exoptalmus)
3.
PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Gangguan termoregulasi (
hipertermi ) b.d proses infeksi
Tujuan: klien mempertahankan
suhu dalam batas normal dengan kriteria
hasil :
·
Kulit
tidak teraba panas
·
Bibir
lembab
·
Kulit
elastis
Intervensi
a.
Bina
hubungan therapeutik dengan klien
R/ meningkatkan kerjasama
b.
Kaji
penyebab peningkatan termoregulasi
R/
mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
c.
Observasi
TTV
R/ /
mengidentifikasi masalah untuk rencana tindak lanjut
d.
Beri
minum air hangat yang cukup / teh hangat
R/
Meningkatkan evaporasi
e.
Berikan
pakaian yang tipis
R/ Menyerap
keringat
f.
Lakukan
kompres hangat
R/
meningkatkan vasodilatasi
g.
Kolaborasi
dengan dokter untuk terapi antipiretik, antibiotik,
R/ antipiretik untuk menurunkan panas, antibiotik untuk
membunuh mikroorganisme.
Diagnosa 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri
b.d peradangan tiroid
Tujuan: klien akan menunjukkan kebutuhan
rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria
hasil :
·
Nyeri
hilang
·
Wajah
klien rileks
·
Skala
nyeri 0
Intervensi :
a.
Kaji
tingkat nyeri, lokasi, waktu dan penyebab
R/ Indikator tindak
lanjut
b.
Observasi
TTV
R/ Peningkatan
TTV sebagai kompensasi nyeri
c.
Anjurkan
teknik relaksasi ( menarik napas dalam)
R/ mengurangi ketegangan otot sehingga menghambat
stimulasi nyeri
d.
Berikan
kompres dingin pada leher
R/ mengurangi impuls saraf
e.
Ciptakan
lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman ( contoh :
sprei yang kering / tak telipat, gosokan punggung ).
R / menurunkan
rangsang eksternal yang dapat menimbulkan
rasa tidak
nyaman
f.
Kolaborasi
pemberian obat analgetik,antibiotik dan incici abses bila perlu.
R / dapat mengurangi nyeri dan membunuh mikroorganisme
Diagnosa
3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat
Tujuanl:
Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat
aktivitas dan metabolik, dengan
kriteria hasil :
·
Tidak
ada nyeri dan kesulitan menelan
·
Napsu
makan baik
·
Dapat
menghabiskan porsi yang diberikan
·
BB normal
Intervensi:
a.
Jelaskan
pentingnya diet : lunak, hindari makanan yang asam, lemak dan membuat jadwal
makan yang tepat.
R / meningkatkan
pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
b.
Sajikan makanan yang mudah dicerna, pantang lemak,
hangat, tertutup dan beri makan sedikit tapi sering.
R / meningkatkan
selera makan dan mengurangi rasa mual.
c.
Berikan
Diet TKTP
R/ memenuhi kebutuhan kalori
d.
Kolaborasi
untuk pemberian obat antihipertiroisme
R/ mengurangi metabolisme tubuh
Diagnosa 4 :
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan: klien akan menunjukan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil :
·
Keadaan
umum baik
·
Dapat
melakukan aktivitas secara mandiri
Intervensi:
a.
Kaji
kemampuan klien untuk beraktivitas dan bantuan yang diberikan oleh keluarga .
R / mengidentifikasi masalah untuk
rencana tindak lanjut
b.
Anjurkan
keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
( higiene personal ) dan WC besar dan WC kecil.
R / memenuhi kebutuhan perawatan diri dan eliminasi.
c.
Mendampingi
klien saat melakukan aktivitas
R/ memantau kemampuan klien untuk
beraktivitas
d.
Motivasi
klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kondisinya
R
/ aktivitas yang cukup dapat meningkatkan sirkulasi dan mendukung proses
pemulihan
e.
Evaluasi
keluhan setelah klien melakukan aktivitas
R /
mengidentifikasi tanda – tanda kelelahan
Diagnosa 5 :
Gangguan konsep diri ( body image ) b.d perubahan bentuk bola mata (exoptalmus)
Tujuan: klien dapat
menerima diri apa adanya dengan
kriteria hasil:
·
Tidak
merasa malu dengan keadaan matanya (bola mata menonjol keluar lebih dari normal)
Intervensi
a.
Ciptakan
hubungan saling percaya dengan mendorong klien untuk membicarakan perasaan
tentang dirinya.
R/ meningkatkan
kerjasama mengidentifikasi masalah
b.
Berikan
pemahaman tentang keadaan sakit dan penanganannya
R/ meningkatkan
pengetahuan klien sehingga dapat bekerja
sama
c.
Anjurkan
pasien untuk menggunakan kaca mata berwarna gelap
R/ dapat
mengurangi perasaan malu
d.
Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara menganjurkan pasien untuk menerima pertolongan
dari orang lain
R/ meningkatkan
relasi sosial
e.
Mendorong
pasien untuk melakukan aktivitas sosial dan menerima keadaan dirinya.
R/ meningkatkan rasa percaya diri
Diagnosa 6 : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d
kurang terpajan informasi
Tujuan:klien akan memahami penyakit tiroiditis,dengan
kriteriahasil:
·
Dapat
menjawab kembali apa yang ditanyakan tentang penyakit tiroiditis
·
Mentaati
pengobatan sesuai therapi
Intervensi:
a.
Kaji
tingkat pendidikan dan persepsi klien dan keluarga tentang penyakit tyroiditis
R
/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga dan bekerja sam
b. Jelaskan tentang pengertian, penyebab,
perjalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnosa,
penatalaksanaan penyakit tyroiditis.
R / meningkatkan pengetahuan sehingga
dapat bekerjasama
c. Jelaskan tindakan pencegahan .
R / meningkatkan pengetahuan agar dapat
merubah pola hidup
yang sehat dan dapat minum obat secara
teratur sesuai resep
dokter.
4. IMPLEMENTASI
Sesuai
intervensi
5.
EVALUASI
Sesuai
implementasi
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid,menyebabkan hipertiroidisme sementara yang
seringkali diikuti oleh hipotiroidisme
sementara atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid.
Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar
tiroid.Keadaan ini bisa bersifat akut, sub akut atau kronis. Masing-masing tipe
tiroiditis ditandai oleh inflamasi, fibrosis atau implemantasi limfotik pada
kelenjar tiroid.
B.SARAN
Ø Diharapkan
siswa dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
klien thyroiditis dengan menggunakan metode proses keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar