BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kanker
kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yangtidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar
ke bagian tubuhyang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka
kanker kulit juga bermacam-macamsesuai dengan jenis sel yang terkena.Akan
tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinomasel basal (KSB), karsinoma
sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).Karsinomasel basal dan
karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit non
melanoma.
Penyebab
sebenarnya kanker kulit tidak diketahui secara pasti, namun faktor lingkungan
dan sinar UV serta kebersihan diri dan lingkungan merupakan faktor utama penyebab kanker kulit.Angka kejadian kanker kulit
lebih banyak terdapat pada orang dengan pola hidup yang tidak bersih dan sering
terpajan sinar matahari.
Kanker
kulit nonmalenoma adalah kanker yang tersering ditemukan di Amerika
Serikat,dengan perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari 600.000
kasus. Diantara beberapa jenis kanker di
Indonesia, saat ini kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang
menunjukkan angka kejadian yang meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi
kejadian kanker kulit pada tahun 2008 diperkirakan dibawah 5.000 kasus. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan 70 ± 80% dari semua
kanker kulit non malenoma.Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan
20% dari semua kanker kulit non malenoma, namun lebih bermakna karena kemampuan
metastasinya.
Tingginya
insidensi kanker kulit membuat penulis tertarik untuk membahas tentang kanker
kulit.Selain itu penulis juga berkeinginan membahas tentang peran perawat dalam
kasus kanker kulit.
B.
Rumusan
Masalah
Agar
penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis membatasi
masalah pada:
1.
Apa yang dimaksud dengan kanker
kulit?
2.
Apa etiologi dari kanker kulit?
3.
Bagaimana manifestasi klinis kanker
kulit?
4.
Apa saja klasifikasi kanker kulit dan
manifistasi klinisnya?
5.
Bagaimana penatalaksanaan kanker kulit
secara medis dan keperawatan?
6.
Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kulit ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami penyakit kulit khusunya kanker kulit serta prenatal
ksanaannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami
defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan
keperawatan serta asuhan keperawatan kanker kulit.
BAB II
A.
DEFINISI KANKER KULIT
Kanker
kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi dan
tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri
secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali (tiro.
2010).
Kanker
kulit adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan kulit,sehingga
mudah dikenali. Namun karena gejala awal yang ditimbul dirasakan tidak
begitu menganggu,sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan
(Mangan,2005).
Kanker
kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah yang
sering terjadi seranganya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan
sinar matahari, seperti wajah,tangan dan tungkai bawah (Mangan,2005).
B.
ETIOLOGI
Penyebab
pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa factor
resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
1. Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah
paparan sinar UV baik dari matahari maupun dari sumber yang lain. Lama
paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung kulit baik dengan
pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh terhadap terjadinya kanker kulit.
2. Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih
lebih rentan terkena kanker kulit
daripada orang yang memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah
pigmen melanin pada orang kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang
tinggi bisa melindungi kulit dari paparan berbahaya sinar matahari, sehingga
mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun,
orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun jumlahnya cenderung lebih kecil.
3. Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti
arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit.Namun, dalam banyak kasus
paparan dalam jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit.Gen pembawa
kanker atau tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan
‘bantuan’ zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker
atau tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di University of Pittsburg Cancer
Institute di Amerika telah memukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker
kulit diantaranya adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
4. Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa
berpengaruh juga terhadap munculnya kanker
kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko terkena kanker kulit pada anggota keluarga
yang lain juga akan meningkat.
C.
MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa kelainan kulit yang
harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :
1. Benjolan kecil yang membesar
Benjolan terdapat diwajah, berwarna
pucat seperti lilin,permukaannya mengkilap, tidak terasa sakit atau gatal, dan
yang semula kecil makin lama makin membesar. Apabila diraba, benjolan terasa
keras kenyal.Kadang –kadang benjolan menjadi hitam atau kebiruan, bagian tengah
mencekung dan tertutup kerak atau keropeng yang mudah berdarah dila dangkat.
2. Benjolan yang permukaannya tidak
rata dan mudah berdarah
Benjolan ini membasah dan tertutup
keropeng, teraba keras kenyal, dan mudah berdarah bila disentuh.
3. Tahi lalat yang berubah warna
Tahi lalat menjadi lebih hitam,
gatal, sekitarnya berwarna kemerahan dan mudah berdarah.Tahi lalat ini
bertambah besar dan kadang-kadang di sektarnya timbul bintik-bintik.
4. Koreng atau borok dan luka yang
tidak mau sembuh
Koreng dan luka yang sudah lama,
tidak pernah sembuh walaupun sudah diobati, koreng ini pinggirnya meninggi dan
teraba keras serta mudah berdarah, adanya koreng karena terjadi benturan, bekas
luka ang sudah lama atau terinfeksi.
5. Bercak kecoklatan pada orang tua
Bercak ini banyak ditemukan pada
muka dan lengan, bercak ini makin lama permukaannya makin kasar, bergerigi, tetapi
tidak rapuh, tidak gatal dan tidak sakit.
6. Bercak hitam ysng menebal pada
telapak kaki dan tangan
Bercak ini ditemukan pada kulit yang
berwarna pucat seperti ditelapak kaki dan telapak tangan. Bercak ini mula-mula
dangkal, berwarna hitam keabuan,batas kabur,tepi tidak teraba, tidak sakit
maupun gatal. Kemudian bercak cepat berubah menjadi lebih hitam, menonjol
diatas permukaan kulit, dan tumbuh ke dalam kulit serta mudah berdarah.
(Dalimartha, 2005)
D.
KLASIFIKASI KANKER KULIT
Kanker
kulit secara umum dibagiatas dua golongan besar yaitu, malenoma maligna dan non
malenoma maligna. Non malenoma maligna terbagi menjadi dua yaitu karsinoma sel
basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS) (dalimartha, Setiawan, 2005).
1.
Non
malenoma maligna
a. Karsinoma sel basal (KSB)
1)
Definisi
Basalioma
atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan
sel basal epidermis atau folikel rambut. Kanker kulit jenis ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) ke
bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Karsinoma sel basal merupakan kanker
kulit yang paling sering ditemukan (Brunner and Suddarth, 2002).
2)
Manifestasi
klinis
Bagian
tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya diwajah) dan leher.
Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki dan kulit
kepala (Marwali, 2002).
Penyakit
ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu – abu mengkilat, meninggi di
atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.Papula makin lama makin
membesar menjadi makula dan bagian tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada
ulkus (Siregar, 2005).
Menurut (Marwali,
2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini bervariasi, yaitu:
a) Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan
jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal.Paling
sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan nasolabial, dahi dan tepi
kelopak mata.Pada awalnya tampak nodul kecil, transparan seperti
mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Kemudian lesi
membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi cekung, meninggalkan
tepi yang meninggi dan keras.
b) Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratif.
Bedanya pada jenis ini berwarna coklet atau hitam berbintik-bintik atau
homogeny yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
c) Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya
terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung,
berwarna putih kekuningan.
d) Tipe Superfisial
Lesi
biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai plak transparan,
eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale sampai ireguler dengan
tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti kawat.
e) Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis,
lesi berupa nodul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan
permukaan halus atau noduler dengan warna yang bervariasi.
b. Karsinoma sel skuamosa
1) Defnisi
Karsinoma
sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari dalam
epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari,
karsinoma ini dapat pula timbul dar kulit yang normal atau lesi yang sudah ada
sebelumnya (Brunner and Suddarth, 2002).
Kanker
ini merupakan permasalahan yang lebih gawat karena sifatnya invasive dengan
mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebabkan 75%
kematian akibat dari karsinoma sel skuamosa (Brunner and Suddarth, 2002).
2) Manifestasi klinis
Bagian
tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah kulit yang
terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula terjadi pada
setiap bagian tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah
muka dan ekstremitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah
tropik lebih banyak pada ekstremitas bawah, badan dan dapat pula dijumpai pada
bibir bawah serta punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal,
atau ulkus dengan tepi yang tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol
menyerupai kembang kol, pada perabaan keras dan
mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna
kekuningan. Tumor menyebar melalui saluran getah bening ke ala-alat lain
(Siregar, 2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa bervariasi,
dapat berupa :
a) Nodul berwarna
seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus dengan tepi
yang berbatas kurang jelas
b) Ulkus yang
menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas permukaan kulit, tidak rata,
berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau pucat, membasah atau
berdarah dan berbau.
c) Ulkus dengan
krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan. Dalam
perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastasis ke kelnjar
limfe regional atau ke organ-organ dalam.
d) Karsinoma Sel
Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering mengadakan invasi yang
cepat dan terjadi metastasi.
2.
Melanoma
maligna
a. Definisi Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan neoplasma
maligna dengan terdapatnya melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis
maupun dermis (dan kadang-kadang sel subkutan) (Brunner and Suddarth, 2002)..
Melanoma Maligna
merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas dan berasal dari
system melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam waktu
yang singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga
menyebar melalui aliran darah kealat-alat dalam serta dapat menyebakan kematian
(Marwali, 2000).
Melanoma Maligna adalah tumor
ganas kulit yang berasal dari melanosit dengan gambaran berupa lesi
kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
b. Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna
adalah penemuan dini sehingga diagnosis melanoma harus ditingkatkan bila
penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat atau tanda
lahir (tompel) yang berubah seperti:
1) Perubahan dalam warna
2) Perubahan dalam ukuran (terutama
pertumbuhan yang cepat)
3) Timbulnya
gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
4) Terjadi
peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5) Perubahan pada
permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Tahi lalat
walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi ganas, dan
dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang sering
adalah terutama di telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu pada
tahi lalat, yang mulai sering terasa gatal, mudah berdarah,ada borok atau luka
yang sukar sembuh, harus juga lebih curiga.
Yang harus
diwaspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi ganas adalah bila pada tahi
lalat tersebut ditemukan tanda "ABCD" melanoma maligna, yaitu:
A= Asimetrik,
bentuknya tak beraturan.
B= Border atau
pinggirannya juga tidak rata.
C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke
area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu
ditemukan berwarna putih, merah dan biru.
D=
Diameternya lebih besar dari 6 mm
(Marwali,
2000).
c. Klasifikasi melanoma maligna
1) Melanoma superfisial
Melanoma
dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan
merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Melanoma ini sering
ditemukan serta ektremitas bawah.
2) Melanoma lentigo-maligna
Melanoma
lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh dengan lambat pada daerah
kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal tangan,kepala dan leher
pada orang yang berusia lanjut.
3) Melanoma noduler
Melanoma
noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang menyerupai blueberry dengan
permukaan yang relatife licin seta berwarna biru hitam yang
seragam. Melanoma noduler akan menginvasi langsung kedalam lapisan dermis
didekatnya (pertumbuhan vertikel) dan dengan demikian memiliki prognosis yang
buruk.
4) Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma
akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat didaerah yang terlalu
terpajan sinar mataharidan tidak terdapat difolikel rambut. Jenis melanoma ini
sering terdapat ditelapak kaki,telapak tangan, dasar kuku dan membrane mukosa
yang berkulit gelap.
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan
melanoma maligna dalam 5 stadium yaitu:
1) Stadium I
Sel
Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
2) Stadium II
Sel
Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
3) Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
4) Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen
dermis
5) Stadium V
Sel
Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
6) Stadium VI
Sel
Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan, pleomorfi dengan kromatin
kasar.Setiap sel mengandung butir melanin.Sel berkelompok atau bergerombol.
Pada dermis ditemukan infiltrate limfosit atau makrofag yang mengandung
melanin.
Selain itu
sampai saat ini
klasifikasi standar melanoma maligna yang digunakan dalam stadium klinik
(dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai berikut:
1) Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada
kulit tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe regional.
2) Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas
pada kelenjar limfe regional
3) Stadium III
Melanoma disseminata,
dimana sudah terjadi metastasis jauh.
(Marwali, 2000).
d. Pengobatan melanoma
maligna
Adapun pengobatan berdasarkan stadium Melanoma Maligna
yaitu :
Tindakan
yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah pengangkatan
secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui
terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan
di sekitarnya. Untuk pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi
(obat-obat anti kanker) yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
alkylating agents, antimetabolit, alkaloid tanaman, antibiotik antitumor,
enzim, hormon dan pengubah respon biologis. Dan pengobatan secara
nonmedikomentosa meliputi radioterapi, pembedahan dan terapi fisik.
Pembagian terapi berdasarkan stadium melanoma:
1) Stadium Klinik I Melanoma Maligna.
Sampai
saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan cara
pengobatan melanoma maligna yang terbaik.
2) Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi
luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3) Stadium Klinik III Melanoma Maligna
a) Kemoterapeutik sistemik
Agen
kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil Triazeno
Imidazole Carboxamide (DTIC).Dapat diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan
obat kemoterapeutik sistemik lainnya.Respon pengobatan dengan DTIC terjadi pada
20-25% penderita. Kemoterapeutik sistemik yang direkomendasikan adalah:
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4 minggu.Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4 minggu.Nitrosourea: 200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea
b) Imunoterapi
BCG'
merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan untuk pengobatan
melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke kulit.Diberikan secara intralesi
dan memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat. Hasilnya tidak menentu,
tergantung pada sistem imunitas penderita.Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi
adoptif, dengan memakai leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker
pasien, kemudian sel itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel
pembunuh yang mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel LAK diinfuskan
kembali bersama pemberian interleukin-2.
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium test dan Cuci darah.
Test lab dan pemeriksaan darah
membantu mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi dapat merubah komposisi atau
status hematologic.
2. Biopsy jaringan
Hasil biopsy
memastikan diagnosis melanoma. Spesimen biopsy yang diperoleh dengan
cara eksisi mengungkapkan informasi histologik mengenai tipe, taraf invas
dan ketebalan lesi. Biopsy insisi harus dilakukan
jika lesi yang dicurigai terlalu luas untuk dapat diangkat dengan aman tanpa
pembentukan sikatriks yang berlebihan (Runkle & Zalonznik, 1994).
Specimen biopsy yang diperoleh dengan pemangkasan, kuratasee atau aspirasi
jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat diandalkan.
3. Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar
x, dan atau CT scan.
Untuk melanoma yang lebih dalam,
pemeriksaan mungkin diindikasikan untuk menemukan adanya metastase penyakit.Ini
meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar X dan atau CT scan
F.
PENATALAKSANAAN MEDIS DAN
KEPERAWATAN
1.
Penatalaksanaan medis
a. Pembedahan
Ahli bedah biasanya akan mengangkat
lesi ditambah batas-batas jaringan normal sekitarnya untuk mencegah
berkembangnya kembali tumor tersebut. Satu margin 1-2 cm sekeliling melanoma
dipertimbangkan secara adekuat untuk melanoma dengan ketebalan kurang dari 3 mm
lesi-lesi dengan kedalaman lebih dari 1 mm tetapi kurang dari 3 mm ditangani
melalui pembedahan dengan kesembuhan kira-kira 70-80 %lesi dalam lebih dari 3
mm kemungkinan akan mengalami kekambuhan sekitar 40-50 %. Batas- batas reseksi
sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya direkomendasikan menjadi paling
sedikit 2-3 cm
b. Kemoterapi
Kemoterapi
dapat diberikan dengan berbagai cara salah satunya adalah secara topical,
dimana agen-agen tersebut diberikan secara langsung pada lesi. Agen-agen yang
digunakan meliputi 5 flourourasil atau psorelen. Obat-obat yang paling umum
digunakan untuk ini meliputi melpalan, dakarbazasin (DTIC), dan sisplatin. Cara
yang dilakukan dalam memberikan kemoterapi adalah secara sistemik. Saat ini
kemoterapi sistemik belum dapat membuktikan efektivitasnya dalam mencegah
kambuhnya penyakit pada pasien dengan jenis kanker fase dini. Tapi biasanya
digunakan pada orang dengan penyakit yang menyebar secara luas
c. Terapi biologis
Terapi
biologis juga disebut bioterapi atau immunoterapi, bekerja baik secara langsung
ataupun tidak langsung melawan kanker dengan mengubah cara-cara tubuh untuk
bereaksi terhadap kanker.Bentuk umum dari bioterapi dibawah penyelidikan untuk
melanoma meliputi vaksin, injeksi bacterium yang diketahui sebgaai BSG (Basilus
Calmeete Guerin) dan penggunaan interferon, interleukin, dan antibiotic
monoklanal.Vaksinasi tersebut dibuat dari melanoma yang diradiasi dan
dinon-aktifkan. Diharapkan vaksin-vaksin tersebut akan mensintesis system imun
untuk mengenal melanoma dan oleh karenanya akan meningkatkan kemampuan system
untuk menghancurkan melanoma tersebut. Injeksi BSG mempengaruhi stimulasi
non-spesifik dari system imun dan sedang dipelajari sebagai terapi untuk
pasien-pasien fase awal.Diharapkan bahwa injeksi BSG secara langsung kedalam
metastase nodul-nodul subkutan dapat menyebabkan regresi lesi.
d. Terapi radiasi
Terapi
radiasi merupakan bentuk pengobatan lainnya. Dengan penggunaan energy sinar X
dosis tinggi, kobalt, electron, atau sumber-sumber radiasi lainnya untuk
menghancurkan atau membunuh sel-sel melanoma
Penatalaksanaan karsinoma ini
bergantung pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi kedalaman), sifat-sifat yang
invasive atau tidak invasive dan tidak adanya kelenjar limfe yang mengalami
metastase, tindakannya adalah:
a. Eksisi bedah: tujuannya untuk
mengangkat keseluruhan tumor
b. Pembedahan mikrografik moh :
merupakan metode untuk mengangkat lesi kulit yang malignan
c. Bedah elektro: merupakan teknik
penghancuran atau penghilangan jaringan dengan menggunakan energy listrik
d. Bedah beku: tujuannya menghancurkan
tumor dengan cara de freezing (alat jarum termokopel). Dilakukan setelah
kemoterapi
e. Terapi radiasi: terapi ini sering
dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung dan daerah didekat struktur
yang vital
2.
Penatalaksanaan keperawatan
Karena banyak kanker kulit yang
diangkat dengan tindakan eksisi, peran perawat adalah:
a. Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan
b. Pemberian analgetik tepat
c. Meredakan ansietas
d. Pendidikan pasien dan pertimbangan
perawatan di rumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identintas pasien.
a. Nama
b. Usia.
Lebih sering pada usia 15- 44 tahun,
lebih meningkat pada usia 20 tahun yang selalu terpapar sinar matahari.
c. Jenis kelamin.
Jenis kelamin pria dan wanita
memiliki resiko yang sama untuk terjadinya kanker kulit, semua tergantung pada
aktifitas ( terpapar sinar UV) atau pekerjaan.
d. Pekerjaan.
Orang yang paling beresiko adalah
orang yang berkulit cerah, berambut merah yang nenek moyangnya berdarah
celtic atau orang dengan warna kulit
merah muda atau cerah di samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari
tanpa terjadi perubahan warana kulit menjadi coklat kekuningan.
Populasi lain yang beresiko adalah para pekerja di luar rumah (seperti petani, pelaut dan pelayan)
orang - orang yang terpajan sinar matahari untuk suatu periode waktu, Para
pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat tertentu (senyawa arsen, netra,
batu bara, terserta, aspal dan parafin) juga termasuk dalam kelompok yang beresiko.
2. Keluhan Utama.
Sesuai tanda dan gejala dan disertai
nyeri.
3. Riwayat penyakit saat ini.
Adanya benjolan pada lokasi kanker
(leher, wajah dan exstremitas) perubahan tahi lalatyang semakin meluas dan
koreng yang tak sembuh- sembuh.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Orang yang menderita sikatriks
akibat luka bakar yang berat dapat mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40
tahun kemudian.Ulkus yang lama pada ekstrenitas bahwa juga dapat menjadi lokasi
asal kanker kulit.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Ada tidaknya dari pihak keluarga
yang mengalami hal yang sama pada pasien.
6. Pemeriksaan fisik.
a. Tanda- tanda vital.
Tekanan darah, nadi, respirasi
cenderung mengalami penurunan karena proses metastasis kanker yang mempegaruhi
system tubuh dan pada suhu mengalami peningkatan karna sebagai tanda inflamasi.
b. Pemeriksaan persistem (B1- B6)
1) B1 (pernapasan)
Kanker kulit pada stadium awal tidak
mempegaruhi system pernapasan, namun pada stadium 3 atau sudah metastasis di
paru- paru makan pernapasan akan mengalami gangguan yang di tandai dengan
sesak.
2) B2 ( cardiovaskuler)
Ada beberapa gangguan diantaranya
ketika kanker bermetatasis melalui pembuluh darah makan system kerja jantung
akan terganggu.
3) B3 ( persarapan)
Pusing, nyeri, atau derajat nyeri
bervariasi mis : ketidak nyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan
proses penyakit).
4) B4 (perkemihan)
Perubahan pada pola defekasi, mis :
Perubahan eliminasi urinarius, nyeri / rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuri, sering berkemih.
5) B5 (pencernaan)
Tergantung pada proses metastasis
kanker. Biasanya ditemukan perdarahan pada feses.
6) B6 (muskulosletal)
Biasanya ditemukan pada kulit bagian
ekstremitas, sehingga rasa nyeri di ekstremitas ditemukan.
c. Pemeriksaan integument (pemeriksaan tambahan)
Pada integument pemeriksaan didapat
sesuai tanda gejala kanker kulit yang telah disebutkan.
C. Diangnosa
keperawatan dan intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan
kompresi/ destruksi jaringan saraf, obstruksi jaringan saraf atau inflamasi serta
efek samping berbagai agen terapi saraf.Ancietas b.d prognosis penyakit
2. Ansietas berhubungan dengan krisis
situasi (kanker), ancaman kematian, pola interaksi.
3. Gangguan harga diri berhubungan
dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri
tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau sterilitas, psikososial (ancaman
kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut atau
kehilangan).
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik, konsekuensi, kemoterapi, radiasi,
pembedahan, distress emosional, keletihan , atau control nyeri buruk.
5. Resiko tinggi kekurangan volume
cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan,
kehilangan cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
6. Resiko tinggi terjadi kerusakan
intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi, kemoterapi,
perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Nyeri
akut berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf, obstruksi jaringan
saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
|
Setelah
dilakukan perawatan selama 1x24 jam nyeri pasien menurun
(dalam
rentang normal skala nyeri 1-3)
|
a.
Pasien
mampu menjelaskan karakteristik nyerinya
b.
Pasien
menilai nyeri menggunakan skala
c.
Pasien
mengatakan perasaan nyaman berkurangnya nyeri
|
1.
Observasi
nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1-10), serta tindakan nyeri
yang digunakan.
2.
Evaluasi
terapi tertentu, misal pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Ajarkan
pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan
3.
Tingkatkan
kenyamanan dasar (misal tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
dan aktivitas hiburan (misal music, televisi).
4.
Dorong
penggunaan keterampilan managemen nyeri (misal tehnik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi). Tertawa, music dan sentuhan terapeutik.
5.
Evaluasi
penghilang nyeri atau control.
6.
Berikan
analgesik sesuai indikasi dan advis dokter.
|
1.
Informasi
memberikan dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi.
2.
Ketidak
nyamanan adalah umum (misal nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung
bawah, sakit kepala). Terbantu pada prosedur yang digunakan.
3.
Meningkatkan
relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
4.
Memungkinkan
klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.
5.
Tujuannya
adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktifitas kegiatan
sehari-hari (AKS).
6.
Untuk
menurunkan nyeri pasien
|
|||
2.
|
Ansietas
berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman kematian, pola interaksi.
|
Setelah
dilakukan perawatan selama 3x24 jam kondisi ancietas pasien menurun.
|
1.
Pasien
melaporkan perasaan ansietas dan factor penyebabnya
2.
Pasien
mampu mempertahankan pola tidur dan nutrisi yang normal.
3.
Ansietas
pasien menurun.
|
1.
Tinjau
ulang pengalaman klien sebelum menglami kanker.
2.
Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3.
Pertahankan
kontak sering dengan klien. Berikan sentuhan jika memungkinkan.
4.
Berikan
informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
5.
Tingkatkan
rasa dan lingkungan tenang.
|
1.
Membantu
dalam mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman dengan kanker.
2.
Memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut, realisasi serta kesalahan
konsep tentang diagnosis.
3.
Memberikan
keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4.
Dapat
menurunkan ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan berdasarkan
realita.
5.
Memudahkan
istirahat, menghemat energy, dan meningkatkan kemampuan koping.
|
|||
3.
|
Gangguan
harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek kemoterapi,
penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau
sterilitas, psikososial (ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu
tentang penerimaan, takut atau kehilangan).
|
Selama
dilakukan perawatan kondisi pasien membaik
|
1.
Pasien
mengungkapakan bagaimana kondisi harga dirinya saat ini.
2.
Pasien
terlihat percaya dirinya meningkat
|
1.
Diskusikan
dengan klien/orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang
memengaruhi kehidupan pribadi klien dan aktivitas kerja.
2.
Tinjauan
ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu,
termasuk kemungkinan efek pada aktivitas seksual dan rasa
ketertarikan/keingina, misal alopesia, kecacatan bedah.
3.
Beri
tahu klien bahwa tidak semua efek samping terjadi.
4.
Dorong
klien untuk mendiskusikan tentang masalah efek kanker/pengobatan pada peran
sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sabagainya.
5.
Akui
kesulitan yang mungkin dialami klien. Berikan informasi bahwa konseling
sering perlu dan penting dalam proses adaptif.
6.
Evaluasi
strutur pendukung yang ada dan digunakan oleh klien/orang terdekat.
|
1.
Membantu
dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
2.
Bimbingan
antipasti dapat membantu klien atau orang terdekat melalui proses adaptasi
pada status baru dan menyiapkan untuk beberapa efek samping, misal membeli
wig sebelum menjalin radioterapi, jadwal waktu libur kerja, memberikan
rujukan pada resiko perubahan seksual.
3.
Dapat
membantu menurunkan masalah yang memengaruhi penerimaan pengobatan atau
merangsang kemajuan penyakit.
4.
Memvalidasi
realita perasaan dan memberikan izin untuk melakukan tindakan apapun perlu
dalam mengatasi apa yang terjadi.
5.
Membantu
merencanakan peralatan saat di rumah sakit setelah pulang.
|
|||
4.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik,
konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan ,
atau control nyeri buruk.
|
Setelah
dilakukan perawatan selama 7x24 jam kondisi nutrisi pasien meningkat
|
1.
BB
pasien mengalami peningkatan
2.
Pasien
mampu mengkonsumsi makanan habis
3.
Pasien
mampu makan dengan sendiri tanpa didorong
|
1.
Pantau
intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang
makanan sesuai indikasi.
2.
Ukur
tinggi badan (TB), berat baan (BB), dan ketebalan lipatan kulit trisep atau
dengan antrokometrik lainnya. Pastikan jumplah penurunan BB saat ini.
3.
Dorong
klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake
cairan yang adekuat. Dorong penggunaan supplement dan makan sedikit terapi
sering.
4.
Nilai
diet sebelum dan setelah pengobatan misal makanan cairan dingin, bubur
kering, roti krekes, minuman berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau
sesudah makan.
5.
Kontrol
factor lingkungan, misal bau atau tidak sedap atau bising. Hindari makanan
terlalu manis, berlemak atau makan pedas.
6.
Berikan
obat sesuai dengan indikasi
|
1.
Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi.
2.
Membantu
dalam identifikasi mal nutrisi protein sampai kalori, khususnya bila BB dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal.
3.
Kebutuhan
metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga cairan untuk menghilangkan
produk sisa. Suplemen berguna untuk mempertahankan, masukkan kalori dan
protein.
4.
Aktifitas
penilaian diet sangat individual dalam mengurangi mual paska terapi. Klien
harus mencoba untuk menemukan solusi atau kombinasi terbaik.
5.
Dapat
meningkatkan respons mual/muntah.
6.
Untuk
meningkatkan nafsu makan, mengurangi mual, dsn pemenuhan nutrisi.
|
|||
5.
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik,
kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang
indwelling).
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan adanya dehidrasi
|
1.
Pasien
mempertahankan kondisi TTV dalam batas normal
2.
Pasien
mampu mempertahankan BB sesuai dengan TB dan usia.
3.
Turgor
kulit pasien bagus
2.
4. Pasien mempertahankan kadar elektrol
|
1.
Pantau
masukan dan keluaran, berat jenis; masukkan semua sumber keluaran, misal
muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.
2.
Timbang
berat badan sesuai indikasi.
3.
Pantau
tanda vital, evaluasi, nadi perifer dan pengisian kapiler.
4.
Observasi
turgor kulit dan kelembapan membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.
5.
Dorong
peningkatan, masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu
|
1.
Keseimbangan
cairan negative yang terus menerus dapat menurunkan haluaran renal dan
konsentrasi urine. Hal ini menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya
peningkatan penggantian cairan.
2.
sensitive
terhadap fluktruasi keseimbangan cairan.
3.
Menunjukkan
keadekuatan volume sirkulasi.
4.
Indicator
tidak langsung dari status hidrasi atau derajat kekurangan.
5.
Membantu
dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping
membahayakan, sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamit.
|
|||
6.
|
Resiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat,
malnutrisi, proses penyakit kronis atau prosedur invasive.
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan tanda – tanda terjadinya infeksi
|
Suhu
tubuh pasien dalam batas normal
2.
|
1.
Tingkatan
prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf pengunjung sebelum dan setelah
bersentuhan dengan klien.
2.
Tekanan
hygiene personal.
3.
Pantau
suhu tubuh pasien.
4.
Pantau
semua sistem, misal kulit, pernafasan, genitaurineira dari adanya gejala atau
tanda infeksi secara continue.
5.
Ubah
posisi dengan sering, pertahankan klinen kering dan bebas kerutan.
|
1.
Lindungi
klien dari sumber infeksi seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK.
2.
Mengurangi
resiko sumber infeksi dan atau pertumbuhan sekunder.
3.
Peningkatan
suhu terjadi karena berbagai factor.
4.
Pengenalan
dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi atau sepsis
yang lebih serius.
5.
Menurunkan
tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
|
|||
7.
|
Resiko
tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau
anemia.
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit
|
1.
Pasien
tidak mengalami kerusakan kulit
2.
Pasien
mempertahanakan asupan dan haluaran cairan secara adekuat
|
1.
Pantau
kulit dengan sering terdapat efek samping terapi kanker, perhatikan kerusakan
atau lembatnya penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area terbuka
pada member perawatan.
2.
Mandikan
klien dengan air hangat dan sabun ringan.
3.
Dorong
klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
4.
Ubah
posisi klien dengan sering.
5.
Anjurkan
klien untuk menghindari krim kulit apapun kecuali atas izin dokter.
|
1.
Efek
kemerahan dapat terjadi pada area radiasi. Deskuamasi kering (kekeringan
pruritus).
2.
Mempertahankan
tanpa komunitas kulit.
3.
Membantu
friksi atau trauma kulit.
4.
Meningkatkan
sirkulasi dan mencegah makanan pada kulit atau jaringan yang tidak perlu.
5.
Dapat
meningkatkan iritasi reaksi secara nyata.
|
|||
4.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik,
konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan ,
atau control nyeri buruk.
|
Setelah
dilakukan perawatan selama 7x24 jam kondisi nutrisi pasien meningkat
|
1. BB pasien mengalami peningkatan
2. Pasien mampu mengkonsumsi makanan
habis
3. Pasien mampu makan dengan sendiri
tanpa didorong
|
1. Pantau intake makanan setiap hari,
biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
2. Ukur tinggi badan (TB), berat baan
(BB), dan ketebalan lipatan kulit trisep atau dengan antrokometrik lainnya.
Pastikan jumplah penurunan BB saat ini.
3. Dorong klien untuk makan dengan
diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan intake cairan yang adekuat. Dorong
penggunaan supplement dan makan sedikit terapi sering.
4. Nilai diet sebelum dan setelah
pengobatan misal makanan cairan dingin, bubur kering, roti krekes, minuman
berkarbonat. Berikan cairan 1 jam sebelum atau sesudah makan.
5. Kontrol factor lingkungan, misal
bau atau tidak sedap atau bising. Hindari makanan terlalu manis, berlemak
atau makan pedas.
6. Berikan obat sesuai dengan
indikasi
|
1. Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi.
2. Membantu dalam identifikasi mal
nutrisi protein sampai kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik
kurang dari normal.
3. Kebutuhan metabolic jaringan
ditingkatkan, begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa. Suplemen
berguna untuk mempertahankan, masukkan kalori dan protein.
4. Aktifitas penilaian diet sangat
individual dalam mengurangi mual paska terapi. Klien harus mencoba untuk
menemukan solusi atau kombinasi terbaik.
5. Dapat meningkatkan respons
mual/muntah.
6. Untuk meningkatkan nafsu makan,
mengurangi mual, dsn pemenuhan nutrisi.
|
|||
5.
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik,
kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang
indwelling).
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan adanya dehidrasi
|
1. Pasien mempertahankan kondisi TTV
dalam batas normal
2. Pasien mampu mempertahankan BB
sesuai dengan TB dan usia.
3. Turgor kulit pasien bagus
3.
4.
Pasien mempertahankan kadarlektro el
|
1. Pantau masukan dan keluaran, berat
jenis; masukkan semua sumber keluaran, misal muntah, diare, luka basah.
Hitung keseimbangan cairan 24 jam.
2. Timbang berat badan sesuai
indikasi.
3. Pantau tanda vital, evaluasi, nadi
perifer dan pengisian kapiler.
4. Observasi turgor kulit dan
kelembapan membrane mukosa. Perhatikan keluhan haus.
5. Dorong peningkatan, masukkan
cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu
|
1. Keseimbangan cairan negative yang
terus menerus dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine. Hal ini
menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
2. Sensitive terhadap fluktruasi
keseimbangan cairan.
3. Menunjukkan keadekuatan volume
sirkulasi.
4. Indicator tidak langsung dari
status hidrasi atau derajat kekurangan.
5. Membantu dalam memelihara
kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping membahayakan, sistitis
hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamit.
|
|||
6.
|
Resiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat,
malnutrisi, proses penyakit kronis atau prosedur invasive.
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak menunjukkan tanda – tanda terjadinya infeksi
|
Suhu tubuh pasien dalam batas normal
2.
|
1. Tingkatan prosedur mencuci tangan
yang baik dengan staf pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan
klien.
2. Tekanan hygiene personal.
3. Pantau suhu tubuh pasien.
4. Pantau semua sistem, misal kulit,
pernafasan, genitaurineira dari adanya gejala atau tanda infeksi secara
continue.
5. Ubah posisi dengan sering,
pertahankan klinen kering dan bebas kerutan.
|
1. Lindungi klien dari sumber infeksi
seperti pengunjung dan staf yang mengalami ISK.
2. Mengurangi resiko sumber infeksi
dan atau pertumbuhan sekunder.
3. Peningkatan suhu terjadi karena
berbagai factor.
4. Pengenalan dini dan intervensi
segera dapat mencegah progresi pada situasi atau sepsis yang lebih serius.
5. Menurunkan tekanan dan iritasi
pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit.
|
|||
7.
|
Resiko
tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau
anemia.
|
Selama
dilakukan perawatan pasien tidak mengalami kerusakan integritas kulit
|
1. Pasien tidak mengalami kerusakan
kulit
2. Pasien mempertahanakan asupan dan
haluaran cairan secara adekuat
|
1. Pantau kulit dengan sering
terdapat efek samping terapi kanker, perhatikan kerusakan atau lembatnya
penyembuhan luka. Tekankan pentingnya melaporkan area terbuka pada member
perawatan.
2. Mandikan klien dengan air hangat
dan sabun ringan.
3. Dorong klien untuk menghindari
menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
4. Ubah posisi klien dengan sering.
5. Anjurkan klien untuk menghindari
krim kulit apapun kecuali atas izin dokter.
|
1. Efek kemerahan dapat terjadi pada
area radiasi. Deskuamasi kering (kekeringan pruritus).
2. Mempertahankan tanpa komunitas
kulit.
3. Membantu friksi atau trauma kulit.
4. Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah makanan pada kulit atau jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi reaksi
secara nyata.
|
|||
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Kanker
kulit merupakan bentuk penyakit yang paling sering ditemukan di Amerika
Serikat. Jika angka insidensinya tetap berlanjut seperti sekarang, diperkirakan
seperdelapan penduduk Amerika yang berkulit cerah akan menderita kanker kulit,
khususnya karsinoma sel basal.
Etiologi
Pajanan sinar matahari merupakan penyebab utama kanker kulit, insidensinya
berhubungan dengan jumlah total pajanan sinar matahari. Kerusakan akibat sinar
matahari bersifat kumulatif dan efek berbahaya dapat mencapai taraf yang berat
pada usia 20 tahun. Peningkatan insidensi kanker kulit kemungkinan disebabkan
oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan
orang untuk berjemur serta melakukan aktivitas di bawah sinar matahari.
B.
Saran
Pajanan
sinar matahari merupakan etiologi utama dari pertumbuhan sel kanker pada kulit,
sehingga kita perlu memperhatikan kondisi kulit kita saat terpapar
matahari. Angka kejadia kanker kulit
yang terus meningkat harus mendapat perhatian dari tenaga kesehatan, sehingga
edukasi pada masyarakat dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner. Suddarth. Buku ajar
Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC.
David servan. Schreiber.2010. Hidup Bebas Kanker. Bandung : Qanita.
Judith M, Wilkinson & Nancy R
Ahern. 2012. Buku Saku Diangnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta EGC.
Made Putri Hendaria, Asmarajaya
& Sri Maliawan. Jurnal Kesehatan PDF
Kanker kulit. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diakses 27 nov- 2013
Muttaqin Arif. Sari Kumala. 2011.
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda international, 2012-2014. Diangnosa Keperawatan Definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. Lorraine M. 1995.
Patofisiologi Konsep klinis Proses- Proses Penyakit buku 2 edisi 4. Jakarta:
EGC.
Rahayu. Wahyu.2002. Mengenal Mencegah Dan Mengobati 35 Jenis
Kanker. Jogjakarta : Victoria inti Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar