BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Peyakit
reumatik merupakan penyakit yang sebelum nya dikenal sebagai penyakit jaringan
ikat.
Artritis
Reumatoid Juvenil ( JRA ) adalah salah satu penyakit rheumatoid yang paling
sering pada anak-anak, dan merupakan kelainan yang paling sering mennyebabkan
kecaatan. Ditandai dengan kelainan karakteristik yaitu sinovitis idiopatik dari
sendi kecil, disertai dengan pembengkakan dan efusi sendi.
Ada
3 tipe JRA menurut awal penyakit yaitu:
Oligoartritis, poliartritis, dan sistematik
Faktor rheumatoid adalah suatu antibiotic yang
biasanya ditemukan didalam darah orang dewasa yang menderita arthritis
rheumatoid. Faktor RH jarang dtemukan pada anak-anak yang menderita JRA. Faktor
RA lebih sering ditemukan pada anak perempuan dengan ARJ yang menyerang banyak
persendian.
Pada
40 % penderita penyakit ini hanya menyerang sedikit persendian pada 40 %
lainnya menyerang banyak persendian pada 20 % merupakan ARJ sistenik.
Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk menguangi efek rheumatoid Juvenil, yaitu :
uapaya gaya hidup dan pengobatan dirumah, coping dan dukungan.
1.2.Metode
penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyususnan
makalah ini adalah studi kepustakaan, dengan mempelajari buku-buku dan sumber
ilmiah lainnya yang berhubungna dengan makalah ini.
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
tentangasuhan keperawatan Artritis Rheumatoid Juvenil, serta dapat melakukan
pendekatan asuhan keperawatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian
2. Mahasiswa
mampu menegakan diagnose keperawatan
3. Mahasiswa
mampu memberikan intervensi keperawatan
4. Mahasiswa
mampu melakukan implementasi keperawatan
5. Mahasiswa
mampu melakukan evaluasi keperawatan
1.4.Rumusan
masalah
1. Apakah
pengertian dari Arthritis Rematoid Juvenile?
2. Apa
saja etiologi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
3. Apa
sajagejala klinis dari Arthritis Rematoid Juvenile?
4. Apa
saja komplikasi dari Arthritis Rematoid Juvenile?
5. Apa
saja penatalaksanan pada Arthritis Rematoid Juvenile?
1.5.Manfaat
Mahasiswa / mahasiswi mampu memahami tentang asuhan
keperawatan Arthritis Rematoid Juvenile, serta mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Arthritis Rematoid Juvenile.
1.6.
Sistematika penulisan
Makalah
ini terdiri dari 3 bab yang disusun secara
sistematik dengan urutan sebagai bebrikut :
Bab I :
pendahuluan , yang terdiri dari latar belakang, metode penulisan, tujuan rumusan masalah, manfaat dan sistematika
penulisan
Bab II :
tinjauan pustaka, yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep dasar askep.
Bab
III : penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep
Dasar Teori
2.1.1. Pengertian
v Arthritis
rheumatoid adalah penyakit sistemik yang krinik yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristik kerusakan dan proliferasi membrane synovial, yang
memnyebabkan kerusakan pada tulang sendi ankiosis dan depromitas. ( Marilyon E
Doenges )
v Arthritis
Rematoid Juvenile adalah istiah yang digunakan menggambarkan jenis umum
arthritis pada anak-anak
v Arthritis
Rematoid Juvenile adalah suatu penyakit autonium,dimana menyerang persendian, yang ditandai dengan pembengkakan nyeri dan sering kakli
menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.
2.1.2.
Etiologi
Penyebabkan Arthritis Rematoid Juvenile tidak
diketahui dengan jelas tetapi diperkirakan akibat gangguan autonomi yang berate
bahwa system kekebalan tubuh menyerang sel sendiri dan jaringan namun faktor
keturunan dan lingkungan juga tampak berperan, dimana mutasi gen tertentu dapat
membuat seseorang lebih rentn terhadap faktor lingkungan epeertoi virus yang
dapat memicu penyakit.
2.1.3.
Patofisiologi
Arthritis
Rematoid Juvenile Reaksi autonomi terjadi dalam jaringan sinolil dimana
ditandia denga peradangan synovial kronis yang non suoeraktif. Jaringan
synovial akan terkena edematoda, hipertensi dan infiltrasi oleh limfosit dan sel plasma. Bertambahnya sekresi
cairan sendi menimbulkan efusi penonjolandari membrane synovial yang
menebalmembentuk villi yang menonjol kedalam ruang sendi. Sendi rheumatoid
sinvial yang hiperplastik dapat menyebar
dan melekat pada kartilago artikuler dan struktur sendi lain nya dapat tererosi
dan rusak secara progresif. Kerusakan kartilago artikuler terakhir dalam
perjalanan JRA. Penghancuran sendi terjadi lebuih sering pada anak dengan
penyakit faktorreumatoid positif atau penyakit yang timbul secara sistemik.
Otopun akan terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
2.1.4. Manifestasi klinis
·
Nyeri sendi
·
Pembengkakan
·
Kekakuan
·
Penurunan penggunaan satu atau lebih
sendi tertentu
·
Nafsu makan berkurang, pertumbuhan
lambat
·
Terbatasnya rentang gerak
·
Demam
·
Sendi terasa panas
·
Tampak kemerahan pada sendi
·
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran
normal
2.1.5. Faktor resiko
Anak-anak yang mederita JRA mungkin
system kekebalan tubuh terlalu aktif, infeksi atau cenderung genetic untuk
gangguan yang mempengaruhi sendi. Umumnya terjdi pada anak-anak yang berusia
sebelum 16 tahun. Faktor resiko Arthritis Rematoid Juvenile meliputi :
a.
Seks
Secara umum Arthritis Rematoid
Juvenile lebih sering dialami oleh anak perempuan
b.
Ras
Pada umumnya Arthritis Rematoid
Juvenile sering dialami oleh anak-anak kulit putih dari pada anak-anak kulit
hitam.
2.1.6. Klasifikasi Arthritis Rematoid
Juvenile
Penyakit ini
diklarifikasi menjadi 4 kategori yaitu :
a.
Pauciarthritis
b.
Polyarthritis
c.
Oligoartritis
d.
Sistemi
a. Pauciartritis
Merupakan jenis yang paling umum dan
paling serious dari ARJ yang biasanya hanya
mempengaruhi satu sampai empat sendi, seperti : jari-jari, pergelangan
kaki, pergelangan tangan pinggul atau lutut, dan biasanya pada siku.
Biasanya diderita oleh anak perempuan muda usia 7 tahun, dan anak
laki-laki lebih tua dari usia 8 tahun. Gejala meliput pembengkakan, kekakuan
dan nyeri dikurang dari 4 sendi jenis ARJ ini sering mempengaruhi artikulasi
lutut dan pergelangan
b. Polyartritis
Hapir 30 % anak dengan ARJ dipengaruhi
oleh penyakit yang mempengaruhi 5 aau sendi selama 6 bulan pertama dari
penyakit termasuk tulang belakang, dan dapat berkembang menjadi reumamtoid
arthritis dewasa. Tanda dan gejala biasanya terbatas pada sendi. Cenderung
mempengaruhi sendi kecil, seperti tangan dan kaki dan sering pada kedua sisi
tubuh. Gejala meliputi nyeri dan pembengkakkan dilebih dari 5 sendi disertai
dengan demamringan.
c. Oligoartritis
Varietas ini mempengaruhi kurang dari 5
sendi selama 6 bulan pertama dari penyakit. Ini juga merupakan variasi yang
paling mungkin untuk fitur radang mata,
yang dapat menyebabkan kebutaan pada kasus yang jarang terjadi.
d. Sistemik
Bentuk yang paling serius, mempengaruhi
stu atau lebih sendi dan menyebabkan peradangan pada organ terminal, termasuk
jantung,hati limbah dan kelenjar getah bening. Jenis yang paling sering tapi
yang paling langkah dari sistemik yang dapat menyebar keorgan –organ dan
menyebabkan nyeri sendi yang lebih parah dan bengkak, ruam dan demam.
2.1.7. Pemeikaan diagnosa
1.
Tes laboratorium
·
Antinuclear antibbodi (ANA)
·
Darah lengkap (CBC)
·
Kreatinin
·
Laju endapan darah (LED)
·
hematokrtik
·
rendahnya tingkat sel darah merah
2.
X-ray
Tes diagnose
yang menggunakan energy elektromagnetik
3.
Ct-scan
Sebuah prosedur
pencitraan diagnose yang mengguankan kombinasi dari X-ray dan teknologi
computer untu menghasilkan gambar
4.
MRI ( magnetic resonanace imaging )
Sebuah prosedur
diagnostic yang mengunakan kombinasi
mmamgnet besar, radiofrequencies dan computer
untuk menghasilkan gambar detildari organ dan struktur dalam tubuh.
2.1.8. Penatalaksanaan
v Pendidikan : meliputi tentang pengertian, etiologi,
patofisiologi dan prognosis penyakit
v Istirahat
, karena pasien dengan ARJ disertai rasa lelah yang hebat
v Latihan
, bertujuan utuk mempertahankan sendi pasien
v Kemoterapi
v Pemberian
gizi yang tepat
v Terapi
farmakologi
1.
Anti inflamasi non steroid ( NSAID)
untuk mengurangi rasa sakit, nyeri/ bengkak
Contoh :
-
Naprosen, untuk anak-anak dosis 7 -20
mg/ kg bb/ hari peroarl dan tidak melebihi 1 gr / hari
-
Ibu proven unuk anak-aak dosis 30-50 mg/
kg bb/ hari peroral, tidak melebihi 2.4 gr per hari
2.
Kartikossteroid
Conoh
methyprednisolone, pada anak dosisintravena 15- 30 mg/ kg bb/ hari diberikan
30-60 menitun tuk 2-3 hari.
3.
Antireutamik pemodifikasi penyakit (
DMARD) untuk memperlambat perkembangan penyakit
Contoh :
sulfasalazine, untuk anak > 6 tahun diberikan dosis 30-50 mg/ kg bb/ hari
dan tidak melebihi 2 gr / hari
2.1.9. Komplikasi
·
Yveitis/ peradangan mata
·
Lambat laju pertumbuhan
·
Tidak rata pertumbuhan tangan atau kaki
·
Anemia
·
Pembengkakkan disekitar jantung.
2.2. KONSEP DASAR ASKEP
2.2.1. Pengkajian
a.
Identitas
b.
Kebutuhan utama
: keluhan utama yang sering menjadi alas an pada klien untuk memintah
pertolonngan
c.
Riwayat
kesehatan
1.
Riwayat
kesehatan sekarang
2.
Riwayat
kesehatan terdahulu
3.
Riwayat
kesehatan keluarga
d.
Pengkajian
psikososial spiritual
1.
Pengkajian
status emosi, kognitif dan prilaku klien
2.
Pengkajian
mekanisme koping
e.
Pemeriksaan
fisik
1.
keadaan umum
2.
tanda-tanda
vital
3.
penfis B6 (bone)
2.2.2.
Data Dasar Pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
nyeri sendi karena gerakan, nyeri takan, memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral, dan simetris
Tanda :
Malaise.
Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot,
kullit, kontraktur/ kelainan pada sendi dan otot
2.
Kardiovaskuler
Gejala :
Fenomena raynaud jari tangan/ kaki
3.
Intergritas EGO
Gejala :
Faktor-faktor stress akkut/ kronis;mis;financial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.keputusan dan
ketidak berdayaan ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
4.
Makanan/ cairan
Gejela :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat; mual anereksia
Tanda :
Penurunan berat badan. Kekeringan pada makanan mukosa
5.
Hygiene
Gejala :
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan pada orang lain
6.
Neuronsensori
Gejala :
kesemutan pada tangan dan kaki; hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala :
pembekan sendi simetris
7.
Nyari/ kenyaman
Gejala :
Fase akut dari nyeri (mungkkin tidak di sertai oleh pempekakkan jaringan lunak
pada sendi)
8.
Keamanan
Gejala :
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkas kaki. Demam
ringan menetap. Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
9.
Interaksi social
Gejala :
Kerusakan interaksi social dengan keluarga/ orang lain : perubahan peran, isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
2.2.3.
Diagnosa keperawatan.
1.
Nyeri akut/
kronis b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan,
proses inflamasi, distruksi sendi.
2.
Ganguan
mobilitas fisik b/d kerusakan muskulaskeletal dan neuromuscular serta kelakuan
sendi atau kontraktur
3.
Ganguan citra
tubuh b/d penyakit dan biofisik
4.
Defisit
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
5.
Resiko cedera
b/d kerusakan mobilitas fisik
6.
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
2.2.4.
Intervensi keperawatan/d penyakit pada biofisik
1.
Dx I : Nyeri
akut/kroni b/d proses inflamasi
Hasil yang diharapkan :
v
Menunjukan nyeri
hilang/ terkontrol
v
Terlihat rileks,
dapat tidur/ beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
v
Mengikuti
program farmologi yang diresepkan
Intervensi :
1.
Selidiki keluhan
nyeri, catat lokasi insentitas, catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal.
R/ membantu dalam menentukan kebutuhan
menejemen nyeri dan efektifan program
2.
Dorong klien
untuk sering mengubah posisi
R/ mencegah terjadinya kelelahan umum
kekuatan sendi, menstabilkan sendi mengurangi gerakan pada sendi
3.
Anjurkan pasien
untuk mandi air hangat
R/ meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekuatan di pagi hari
4.
Dorong
penggunaan teknik menejemen stress, misalnya relasasi progresif.
R/ meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa control, menindaklanjutkan kemampuanKolaborasi pemberian analgetik sesuai
R/ sebagai anti inflamasi dan efek
analgesic ringa dalam mengurangi kekuatan dan meningkatkan mobilitas
2.
Ganguan
mobilitas fisik b/d kerusakan mukkuluskeletal, kekakuan sendi
v Mempertahankan funngsi posisi dengan pembatasan
kontraktur
v Meningkatkatkan kekuatan dan fungsi/ kompensesi
bagian tubuh
v Mendemonstrasikan teknik yang memmungkinkan
melakukan aktivitas
Intervensi :
1.
Evaluasi/
lanjutan pemantauan tingkat inflamasi
R/ tingkat aktivitas/
latihan tergantung dari perkembangan/ resulusi dan proses inflamasi
2.
Pertahanan
istirahat tirah/ duduk
R/ istirahat sistenik
di anjurkan selama akserbesi akut dan seluruh fase
3.
Bantu dengan
rentang pasif/ aktif
R/ mempertahankan /
meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umur
4.
Demonstrasikan/
bantu teknik pemindahan dan penggunaan banntuan mobilitas
R/ menghilangkan
tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
5.
Kolaborasi,
konsul, dengan individual
R/ berguna dalam memformasikan program latihan/
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan induvidal
3.
Gangguan citra
tubuh b/d penyakit dan biofifisik
Hasil yang di harapkan :
v Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan
keterbatasan
v Menyusun rencana realistis untuk masa depan
Intervensi ;
1.
Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
R/ untuk
mengidentivikasikan rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya langsung.
2.
Diskusikan arti
dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
R/mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi presepsi
dirindan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhanterhadap
intervensi/ konseling lebi lanjut.
3.
Diskusikan
presepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan
R/ istirahat verbal/
non verbal orang terdekat daapat pengaruhi bagaimana pasien memmandang dirinya
sendiri
4.
Ikut sertakan
pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas
R/ meningkatkan
perasaan harga diri, mendorong kemandirian, berpatisipasi dalam therapi
5.
Bantu dalam
kebutuhan perawatan yang di perlukan
R/ mempertahankan penampilan
yang dapat meningkatkan citra diri
4.
Defisit
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal
Hasil yang di harapkan :
v Melaksanakan aktiviytas perawatan diri pada tingkat
yang konsisten dengan kemampuan individual
v Mendemonstrasikan perrubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
v Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas
yang dapat memenuhi kebutuhan keperawatan diri
Intervensi :
1.
Kaji hambatan
terhadap partisipasi dalam perawatan
R/ menyiapkan untuk
meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
2.
Diskusikan
tentang tingkat fungsi umum sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial
R/dapat melanjutkan
aktivitas umum dengan melakukan adptasi yang di perlukan dalam keterbatasan
saat ini
3.
Pertahankan
mmobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan
R/ mendukung
kemandirian fisik/ emosional
4.
Konsul dengan
ahli therapinokupasi
R/ untuk menentukan
alat bantu dalam kebutuhan individual.
5.
Kolaborasi :
atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi dengan
setelahnyan.
R/ mengidentifikasi
masalah-masalah yang mungkkin di hadapi, karena tingkat kemampuan aktual
5.
Resiko cedera
b/d kerusakan mobilitas fisik
Hasil yang di harapkan
:
v Mengidentifikasi faktor-faktor resiko induvidu
v Memodifkasi lingkungan sesuai petunjuk untuk
meningkatkan keamanan dan mengguanakan sumber-sumber secara tepat
Intervensi :
1.
Pantau
tanda-tanda vital dan warna kulit,
misalnya tekanan darah, denyut nadi, pernapasan pucat, kulit/ perubahan warna
R/ timbulnya pendarahan
dapat menimbulkan sirkulasi /syok
2.
Pantau perubahan
tinngkat kesadaran dan ganngguan pengelihatan
R/ perubahan dapat
menunjukan adanya pendarahan otak
3.
Mempartahankan
lingkungan yang aman, misalnya : menjagah agar seluruh benda yang di perlukan
dan bel pemanggil berada dalam jangkauan pasien
R/ mengurangi cedera
yang tidak di sengaja, yang dapat menyebabkan pendarahan.
4.
Hindari
benda-benda tajam dari klien
R/ agar tidak terjadi
cedera pada klien
6.
Kurangnya
pengetahuan b/d kurang terpadannya informasi
Hasil yang di harapkan
:
v Menunjukan pemahaman tentang kondisi dan perawatan
v Mengembanngkan rencana untuk perawatan diri
Intervensi :
1.
Diskusi
kebiasaan pasien dalam piƱatalaksanaan proses penyakit
R/ untuk menekan
inflamasi, mempertahankan fungsi sendi, dan mencegah deformitas
2.
Tekanan tentang
pentingnya melanjutkan menejemen farmakoterapeutik
R/ keuntungan dari
therapy obat-obatan tergabtung pada ketetapan dosis
3.
Berikan
informasi mengenai alat bantu
R/ memungkinkan
induvidu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutukan
4.
Diskusikan
teknik mrnghemat energy
R/ mencegah kepenatan,
memberikan nkemudahan keperawatan diri, dan kemandirian
5.
Bantu dalam
merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi yang realistis, istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisi dan manejemen stress.
R/ mengurangi ansietas
pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks
2.2.5.
Implementasi
Sesuai intervensi
2.2.6.
Evaluasi
Sesuai tujuan
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
ARJ
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis umum atrithis pada
anak-anak. ARJ pennyakit kronis jangkah panjang yang mengakibatkan nyeri, sendi
dan bekat.
Artiritis
rematoid juvenile juga dikenal sebagai atritis idiopotik remaja, adalah jenis
arthritis yang paling umum pada anak-anak di bawah usia 16, namun penyakit bisa
mempengaruhi perkembangan tulang pada
anak yang sedang tumbuh. ARJ di anggap
sebagai penyakit yang sednag tumbuh. ARJ di annggap sebagai penyakit automiun,
dan bukan merupakan penyakit bawaan, sering terjadi pada anak perempuan di
bandingkan anak laki-laki, ARJ menyebabkan nyeri yang terus-terus, pembekakan
dan ketakutan
Secara umum penyakit
ini di cirikan sebagai penyakit oleh inflamasi kronik, sendi, edema, bengkak,
nyery, infiltrasi limfosit das el plasma,, penebalan membrane synovial,
pembentukan pannus, destruksinkartilago, dll.
3.2.
Saran
Bagi
mahasiswa agar benar-benar dapat memahami asuhan keperawana dengan arthritis
rematoid juvenile, dan mampu melaksanakan penanganan yangtepat dan benar dalam
masalah. Khususnya masalah atritis rheumatoid juvenile, sehinngga masalah dapat diatasi dengan maik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner
d Sudat, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 vol 2. Egc : Jakarta
Muuaqin
arif , 2002. Buku Ajar Keperawatan Klien Gangguan System mukuluskeletal. Egc : Jakarta
Silryn
A. price, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit 6 volume 2.
Egc : Jakarta
www.
Medikastore. Com
Impotensi / Disfungsi ereksi atau dikenal juga dengan lemah syahwat merupakan kondisi dimana seorang pria tidak mampu ereksi (penis tegang/keras).
BalasHapusKondisi ini juga bisa diartikan ketidakmampuan seorang pria mempertahankan ereksinya ketika melakukan hubungan seksual. Dengan kata lain, Penis atau alat vital pria kurang keras atau lembek.
Kondisi ini sebenarnya sangat berbahaya bagi kehidupan seksual sebuah pasangan. Namun kebanyakan pria malu untuk mengakui dan mengkonsultasikan masalah ini. Padahal dengan berkonsultasi, komunikasi dengan pasangan dan pengobatan yang tepat akan membuat lebh mudah menyembuhkan kondisi ini.
Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang
Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini
hubungi Dokter | Chatting gratis