BAB I
KONSEP
DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
v Thypus
abdominalis adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan tepatnya pada usus
halus.(IPD edisi2,hal 32)
v Typhoid
adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
feces dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Bruner dan
sudart,1994).
v Typhoid
adalah infeksi akut usus halus yang dsisebabkan oleh kuman Salmonella
Thypi(Arief Maeyer, 1999).
v Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
Tyhpi dan Salmonella Para Typhi A, B, C. Sinonim dari adalah Typhioid dan
ParaTyphoid Abdominalis(Syaifullah Noer, 1996).
B. ETIOLOGI
Infeksi
disebabkan oleh bakteri/ kuman salmonella, yang termasuk
genusenterobactericeae. Buntuknya batang, gram negative, motil dan patogenik.
Mempunyai 3 macam antigen:
v Flagella
( H ).
v Somatik
( O ) pada dinding sel yang menentukan virulensi.
v Kapsula
( Vi ).
C. MANIFESTASI
v Nyeri
kepala
v Lemah
dan lesu
v Demam
yang tidak terlalu tinggi 3minggu( naik turun pada malam hari dan pagi hari )
v Gangguan
saluran intestinal ( bibir kering, pecah-pecah, lidah kotor, mual, anoreksia,
hepatomegali, nyeri ).
v Gangguan
kesadaran, bintik kemerahan pada kulit dan epistaksis.
Masa tunas Typhoid 10-14
·
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik,
terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot,
nyeri kepala anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan
tidak enak di perut.
·
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat
berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),
hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
D. PHATOFISIOLOGI
Kuman
masuk kesaluran pencernaan melalui makanan atau air yang tercemar. Kuman
kemudian melalui barier asam lambung dan akhirnya melekat diantara sel epitel
usus sampai menembus mukosa usus. Sebagaian lagi memperbanyak diri di dalam
lumen usus. Setelah menembus lamina propia dan submuskosa, sebagaian kuman di
telan oleh fagosik mononuclear dan makrofag ikut aliran limfe dan sampai
kelenjar limfe masentarial. Dari sistem limfatik kuman masuk ke aliran darah
melalui duktus torasikus dan menyebabkan bakterimia primer ( asimtomatik ),
sedangkan kuman yang lain masuk ke hati.
Di
dalam sel fagosit kuman masih dapat bertahan hidup dan mengalami multiplikasi
interseluler. Kemudian masuk kealiran darah dan sampai ke sistem
retikuloendotelial yaitu hati, limpa, dan sum-sum tulang. Disana kuman
meneruskan multiplikasinya selama 7 sampai 21 hari. Setelah bermultiplikasi,
kuman masuk lagi kealiran darah dengan jumlah yang lebih banyak dan menimbulkan
bakteremia sekunder dan menimbulkan manifestasi klinis pada berbagai organ
lain.
E. PHATOFISIOLOGI
BERHUBUNGAN DENGAN PENYIMPANGAN KDM
F. KOMPLIKASI
a)
Komplikasi intestinal
Ø Perdarahan
usus
Ø Perforasi
usus
Ø Ilius
paralitik
b)
Komplikasi ektra intestinal
Ø
Komplikasi kardiovaskular :
Kegagalan sirkulasi,
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
Ø
Komplikasi darah :
Anemia hemolitik,
trobositopenia, dan sindroma uremia hemolitik.
Ø
Komplikasi paru :
Pneumonia, empiema, dan
pleuritis.
Ø
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu
:
Hapatitis,
kolesistitis.
Ø
Komplikasi ginjal :
Glomerulus nefritis,
pyelonepritis, dan pirenipritis.
Ø
Komplikasi pada tulang :
Osteomyolitis,
osteoporosis, spondilitis, dan arthritis.
Ø
Komplikasi neuropsikiatrik :
Delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS
a.
Perawatan
v Klien
diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
v Mobilisasi
bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
b.
Diet
v Diet
yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
v Pada
penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
v Setelah
bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
v Dilanjutkan
dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
H. TERAPI
FARMAKOLOGI (INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI)
§ Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4x500 mg/ hari, dapat diberikan secara oral atau
intravena, sampai 7 hari bebas panas.
§ Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4x500 mg/ hari.
§ Kotrimoxasol.
Dosisi 2x2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol & 80 mg
trimetoprim).
§ Ampisilin
dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/ kg BB, selama 2 minggu.
§ Sefalosporinikan
generasi ketiga, dosis 3-4gr dalam dekstrosa 100cc diberikan selama ½ jam/infus
sekali sehari selama 3-5 hari.
I. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan
leukosit
Di dalam beberapa
literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis
relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemerikasaan
SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada
demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
c. Biakan
darah
Bila biakan darah positif hal itu
menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
v
Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
v
Saat
pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
v
Vaksinasi
di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
v Pengobatan
dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
BAB II
KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
v Identitas
klien
v Riwayat
kesehatan
§ Kaji
tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari
§ Nyeri
kepala
§ Epistaksis
§ Penurunan
kesadaran
§ Nafsu
makan klien
v Riwayat
keluarga
-
Keluhan utama:demam lebih dari satu
minggu,ganggua kesadaran sampe perut kembung, diare, anoreksia, dan muntah.
- Riwayat penyakit skarang:makan makanan yang
tidak dimasak
- Riwayat
penyakit dahulu:perna menderita penyakit infekai yang menyebabkan sistim imun menurun.
- Riwayat
kesehatan keluarga: tanyakan kepada keluarga apa ada yang menderita typhus
- Riwayat
kesehatan lingkungan dan kebersihan diri:typoid berkembang pada daerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dengan hygiene lingkungan yang buruk
-
Cara pengolahan makanan:makanan yang
tidak dimasak dan tidak bersih,makanan yang disimpan terlalu lama dan
dipanaskan berulang-ulang
- keadaan nutrisi/gizi buruk
v Pemeriksaan
fisik:
Keadaa umum:
-
GCS:
Eye : 4
Motorik : 5
Verbal
: 6
Total : 15
- Kesadaran compos mentis
- TTV: TD,N
dan R/R
v Pemeriksaan
Head To Toe
¶ Kepala
dan rambut
-
Bentuk
-
Ukuran
-
Keadaan
-
warna
¶
Kulit intergument
-
Warna
-
Akar
-
Turgor
¶
Mata /pengelihatan
-
kornea
-
pu[pil
-
scelera
-
konjungtiva
¶ Hidung
-
Bentuk
-
Polip
-
simetris
¶
Telinga
-
bentuk
¶ Mulut
atau leher
-
Gigi
-
Lidah
-
selaput mukosa bibir
¶
Dada
-
Bentuk
v Pemeriksaan
diagnostik.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1) Gangguan
thermoregulasi b.d infeksi salmonella typhi.
2) Gangguan
nyaman nyeri b.d proses peradangan.
3) Gangguan
eliminasi BAB b.d malabsorsi usus.
4) Deficit
volume cairan b.d output yang berlebihan.
5) Gangguan
persepsi sensori b.d aktivitas endotoksin ke dalam jaringan otak.
6) Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d intake nutrisi kurang atau intake.
7) Anisietas
b.d koping individu inefektif.
8) Defisit
perawatan diri b.d kurangnya kelemahan.
C. INTERVENSI
Dx 1: gangguan
thermoregulasi infeksi salmonella typhi.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh bisa mempertahankan dalam
batas normal dengan critera hasil:
- Suhu
tubuh normal
-
Badan tidak terasa panas
Intervensi :
1.
Bina hubungan baik dengan klien dan
keluarga.
R/
: mengurangi ansietas dan dapat meningkatkan kerja sama.
2. Pantau
TTV terutama suhu tubuh.
R/sebagai
data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya.
3. Monitor
tanda-tanda terjadinya infeksi.
R./infeksi
pada umunya menyebabkan peningkatan suhu tubuh
4. Berikan
kompres hangat.
R/memfasilitas
penurunan panas melalui konduksi dan konveksi.
5. Berikan
minum air hangat secukupnya.
R/meningkatatkan
mekanisme sehingga terjadi peningkatan evaporsi.
6. Berikan
IV sesuai anjuran untuk cairan yang ade kuat.
R./merupakan
kebutuhan cairan hilang dan intake yang kurang
7. Batasi
penggunaan selimut dan kenakan pakian yang tipis.
R/memudahkan
proses evaporasi.
8. Kolaborasi
pemberian obat antipiretik.
R/mengurangi atau menurunkan demam.
Dx
II. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan:
Setlah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mekanisme koping klien
terhadap nyeri meningkat dengan kriteria hasil:
§ Nyeri
hilang atau berkurang
§ Skala
nyeri 0-3
§ Ekspresi
wajah tampak rileks
Intervensi:
1. Bina
hubungan baik dengan klien dan keluarga klien
R/:
Hubungan yang baik dapat meningkatkan kerja bsama dengan klien sehingga
pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan
2. Kaji
adanya nyeri lokasi dan karakteristik nyeri
R/:
Sebagai data dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya
3. Observasi
TTV terutama tekanan darah dan nadi
R/
Peningakatan TTV sebagai tanda kompenisasi tubuh terhadap nyeri
4. Anjurkan
ibu klien untuk tetap mempertahankan tirah baring klien selama nyeri
R/:
Tirah baring selama nyeri dapat menimbulakan stimulus dan meningkatkan
relaksasi nyeri
5. Anjurkan
teknik relaksasi dan distraksi
R/:
Teknik relaksasi dapat merelaksasikan otot sehingga nyeri berkarang dan teknik
distraksi dapat mengalihkan klien terhadap nyeri
6. Ciptakan
lingkungan yang tenang
R/:
Lingkungan yang tenang dapat menurunkan stimulus simpatis dan meningkatkan
relaksasi
7. Jelas
sebab dan akibat nyeri pada klien
R/:
dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
8. Bantu
pasien dalam mengidentikasi faktor pencetus
R/:
nyeri terbakar dan spasme otot dicetuskan
9. Evaluasi
peningkatan iritabilitas,tegangan otot,gelisah,perubahan tanda vital yang tak
dapat dijelaskan
R/:
petunjuk nonverbal dari nyeri atau ketidaknyamanan memerlukan intervensi
10. Kolaborasi:
Pemberian
obat analgesik
R/:
Untuk mengurangi nyeri
Dx 3: Gangguan
eliminasi BAB berhubungan dengan malabsorbsi usus
Tujuan: Menunjukan pola
eliminasi dalam batas normal:
§ BAB
1-2 kali perhari konsisten lunak
§ Tidak
ada lendir atau darah
Intervensi:
1. Berikan
perawat3an kulit sekitar anus
R/:
hilangnya kontrol sfingter ani dan syaraf di daerah tertentu beresiko tinggi
untuk iritasi atau
kerusakan kulit
2. Catat
ferukuensi dan karakteristik BAB
R/:
sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya
3. Hindari
makanan yang berserat
R/:
makanan yang berserat dapat meningkatkan peristaltik usus sehingga terjadi
diare yang berlebihan
4. Hindari
makanan berlemak atau berminyak
R/:
makanan yang berlemak dapat meningkatkan peristaltik usus dan terjadi reaksi
penolakan makanan sehingga terjadi diare
5. Observasi
adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang
R/:
hilangnya peristaltik melumpuhkan usus,membuat distensi ileus dan usus
6. Catat frekuensi,karateristik dan jumlah feses
R/:mengidentifikasikan
derajat gangguan / disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan
7. Lakukan
latihan defekasi secara teratur
R/:program
untuk seumur hidup ini perlu untuk secara rutin mengeluarkan feses dan biasanya termasuk stimulus
manual
8. Anjurkan
pasien untuk makan makanan yang sehat dan termasuk makanan berserat
R/:meningkatka
kosistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah.
9. Kolaborasi:
Pemberian
obat antibiotik(anti diare sesuai indikasi)
R/:mengurangi
atau menurunkan proses inveksimsehingga mempercepat proses penyembuhan
10. Kolaborasi:
Konsultasikan
dengan ahli gizi/tim dari nutrisi
R/:membantu
merancanakan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan fungsi
pencernaan .
Dx:4 : Defisit volume
cairan b,d output yang berlebihan
Tujuan : volume cairan tubuh klien
meningkat secara adekuat yaitu : turgor kulit elastis dan membran mukosa lembab.
Intervensi :
1. Observasi
TTV , turgor kulit dan membrane mukosa
R
/ menunjukan kehilangan cairan yang berlebihan
2. Catat
konsistensi dan frekuensi diare
R
/ mengetahui tingkat dehidrasi akibat pengeluaran cairan
3. Pertahankan
intake inadekuat
R
/ mengimbangi cairan yang keluar melalui diare.
4. Rencana
diet dengan pasien terdekat jika memungkinkan, sarankan makanan dari rumah. R /melibatkan
pasien dalam rencana memberikan perasaan kontrol lingkungan dan mungkin
meningkatkan pemasukan .
5. Jadwalkan
obat-obatan di antara makan dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali
jika cairan memiliki nilai gizi.
R/
lambung yang penuh akan mengurangi napsu makan dan pemasukan makanan
6. Berikan
fase istirahat sebelum makan
R/
mengurangi rasa lelah, meningkatkan ketersediaan energi untuk aktifitas makan.
7. Catat pemasukan kalori
R/ mengidentifikasi
kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif metode pemberian makanan .
8. Dorong
pasien untuk duduk pada waktu makan.
R/ mempermudah proses
menelan dan mengurangi resiko aspirasi.
9. Kolaborasi:
·
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
·
Berikan obat oral sesuai indikasi.
R/ pemberian cairan IV
dapat mengembalikan cairan yang hilang dan obat-obat yang diberikan dapat
mempercepat proses penyembuhan.
10. Tinjau
ulang pemeriksaan laboratorium .
R/
mengindikasi status nutrisi dan fungsi organ, mengidentifikasi kebutuhan
pengganti.
Dx 5: Gangguan persepsi sensorik b,d aktifitas
endoktosin ke dalam jaringan otak
Tujuan: Klien akan memepertahankan fungsi persepsi
sensorik yang adekuat
·
TTV dalam batas normal
·
Klien kembali melakukan aktifitas
1.
Kaji struktur tingkat kesadaran klien
R/
menentukan tingkat kesadaran klien
2. Kaji
kesadaran sensori seperti sentuhan panas ,dingin,kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh.
R/
semua sistem sensori dapat mempengaruhi terhadap adanya perubahan terhadap yang
melibatkan peningkatan/penurunan sensitifikasi /kehilangan sensori /kemampuan
untuk berespon yang sesuai pada suatu stimulus .
3. Hilangkan
suara bising /stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhan.
R/Menurunkan
ansietas, respon emosi yang berlebihan /bingung yang berhubungan dengan
sensorik yang berlebihan.
4.
Buat jadwal isthirahat yang adekuat
/periode tidur tanpa ada gangguan.
R/Mengurangi
kelelahan ,mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM
[ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensorik .
5.
Berikan
stimulasi yang bermanfaat
R/Pilihan
masukan sensorik secara cermat bermanfaat untuk menstimulasi psien, dengan baik
selama melatih kembali fungsi kognitifnya.
6.
Kolaborasi:
Menunjuk
pada kelompok-kelompok penyokong seperti asosiasi cedera kepala.
R/
bantuan tambahan mungkin bermanfaat dalam menyokong upaya-upaya pemulihan .
7.
Kolaborasi:
Koordinasikan pada pelatihan kognitif atau program rehabilitas
sesuai indikasi. R/membantu dengan metode pengajaran yang baik untuk
konpenisasi gangguan pada kemampuan
berpikir dan mengatasi masalah konsentrasi.
Dx 6: gangguan
pemenuhan nutrisi b.d intake nutrisi kurang /intake inadekuat.
Tujuan :masalah
pemenuhan nutrisi dapat diatasi yaitu:
-
BB normal
-
Klien bisa menghabiskan porsi makan
-
Klien bisa mengkonsumsi air yang cukup
INTERVENSI
1. timbang
BB klien
R/deteksi dini terjadi defisit nutrisi
2. observasi
dan cacat respon terhadap pemberian makanan
R/mengkaji toleransipemberian makanan
3. lakukan
pembersihan mulut setelah habis makan
R/meningkatkan nafsu makan dan
mencegah infeksi sekunder
4. hindari
makanan yang membentuk gas
R/dapat
mempengaruhi napsu makan dan membatasi masukan nutrisi
5. anjurkan
kepada klien untuk makan sering tetapi dengan posisi sedikit
R/meningkatkan napsu makan
6. anjurkan
kepada pasien untuk makan ,makanan yang lunak seperti bubur
R/mengurangi iritasi pada kulit
7. anjurkan
kepada klien untuk tidak makan makanan berminyak
R/mencegah klien agar tidak mual atau
muntah
8. anjurkan
pasien untuk tidak makan makanan yang berserat tinggi
R/mengurangi aktivitas usus
9. jadwalkan
aktivitas dengan istirahat.
R/mengubah energi/turunkankebutuhan
kalori.
10. Kolaborasi
Berikan vitamin.
R/mencegah anemia karena meningkatan mortalitas.
Dx 7: Anisietas b.d koping indvidu inefektif
Tujuan:
Intervensi :
1. berikan
pasien terdekat salinan “hak-hak pasien”dan tinjau bersama mereka.
R/memberikan informasiyang dapat
membantu perkembangan kerahasiaan pasien dimana hak-hak pasien akan terus di
jaga selama masa perawatan.
2. tentukan
sikap pasien terdekat kearah penerimaan pada fasilitas dan harapan masa depan
R/jika hal ini diharapkan sebagai
penempatan sementara,perhatian pasien terdekat akan berbeda dengan jika penempatan
bersifat permanen.
3. kaji
tingkat ansietas dan diskusi penyebabnya bila mungkin
R/identifikasi masalah spesifik akan
meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realitis.
4. akui
realita situasi dan perasaan pasien
R/kemungkinan ekspresi perasaan membantu
dimulainya revolusi
5. kembangkan
hubungan pasien atau perawat
R/hubungan yang saling mempercayai diantara pasien atau orang terdekat akan
meningkatkan perawatan dan dukungan yang optimal
6. kaji
status emosional
R/ansietas dan depresi merupakan reaksi
yang umum terhadap perubahan yang diasosiasikan dangan penyakit jangka panjang
atau kondisi yang melemahkan
7. sediakan
waktu untuk mendengarka pasien
R/akan lebih membantu jika mengikuti perasaan ini untuk
diekspresikan dan kemudian diterima daripada penyangkalnya.
8. berikan
senyuhan bebas sesuai penerimaan individu
R/menyampaikan perasaan parhatian untuk
mengurangi perasaan terisolasi dan meningkatkan perasaan garga diri
9. evaluasi
tingkat stres individu dan hadapi dengan tepat
R/tingkat stres mungkin dapat meningkat
dengan pesat karena kehilangan yang baru terjadi.
10. Kolaborasi
Rujuk pada sumber-sumber lain sesuai
indikasi.
R/mungkin membutuhkan bantuan yang lebih lanjut untuk
memecahkan beberapa masalah.
Dx 8: defisit perwatan diri b.d kurangnya
kelemahan
Tujuan:
Intervensi :
1. berikan
dan tingkatkan keluasan pribadi termasuk selama mandi.
R/kesederhanaan dapat mengarah pada
kengganan ikut serta dalam perawatan
2. berikan
keramas rambut sesuai kebutuhan.
R/membantu mempertahankan penampilan
3. bantu
dengan perawatan mulut/gigi setiap hari.
R/mengurangi resiko penyakit gusi
4. berikan
perwatan sesuai kebutuhan/yang diperbolehkan.
R/pasien mungkin mengalami agitasi
5. libatkan
pasien dalam pembuatan rencana perawatanbila kemungkinan.
R/meningkatkan partisipasi pasien dalam
tingkat kemampuan yang dimiliki dan meningkatkan kemampuanmengontrol diri
6. bekerja
dengan kemampuan yang dimiliki pasien sekarang.
R/kegagalan dalam melakukan suatu
tindakan tertentuakan manimbulkan perasaan kecewa.
7. berikan
dan tingkatkan privasi dalm kebutuhan keamanan yang terbatas.
R/penting untuk meningkatkan harga diri.
8. Kolaborsi
Lakukan pemecahan masalah bersama-sama
dengan pasien,gunakan masuka anggota tim yang lain sesuai indikasi.
R/pendekatan multidisiplin dengan
keikutsertaan orang lain yang melakukan perawatan pada pasien, bersama dengan
pasien .
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar