BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Morbili adalah penyakit virus akut,
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal(kataral), stadium
erupsi dan stadium konvalensen yang dimanifestasikan dengan demam,
konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI
).Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa.Penyebabnya adalah virus morbili yang
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.Cara penularan dengan droplet infeksi.
Biasanya
penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur
hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2
bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili
pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak
yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Pencegahan
dapat dilakukan dengan Imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Melalui imunisasi
aktif dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan.
B.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Setelah menyelesaikan
makalah ini diharapkan mahasiswa/i memahami dan mengetahui Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan morbili
2. Tujuan
khusus
Setelah menyelesaikam makalah
ini diharapkan mahasiswa mampu :
· Mengetahui
pengkajian pada pasien dengan morbili
· Merumuskan
diagnosa keperawatan pada pasien morbili
· Menetukan
intervensi keperawatan.
· Melakukan
tindakan keperawatan pada pasien morbili
· Membuat
evaluasi keperawatan pada pasien morbili
· Pendokumentasian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1.
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai
dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan
stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan
bercak koplik .
( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th
1991. FKUI ).
2.
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya
ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan
atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi .
( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson,
EGC, 2000)
B.
Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah. Virus ini
sangat sensitife tehadap panas dan dingin dan dapat diinaktifkan pada suhu 30°C
dan -20°C, sinar ultraviolet, tripsin dan betapropiolakton. Sedang formalin
dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak menggangu aktivitas komplemen.
Penyakit ini bisa menyebar lewat udara.
C.
Manifestasi
klinis
1.
Stadium Inkubasi
Berlangsung selama
10-12 hari, tanpa gejala namun selama 6-10 hari timbul ruam (gejala awitan).
2.
Stadium kataral
(prodormal)
Stadium
prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang,
batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eritema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat
menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka
dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan
karankula lakrimalis. Bercak
tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam.
Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi
mendadak disertai kejang-kejang dan pneumonia. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia.
3.
Stadium erupsi
Coryza
dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan
palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan
menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran
kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga
terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
4.
Stadium konvalesensi
Ruam
bersifat hemorhagis pada kasus yang berat disertai dengan ruam-ruam kulit yang
menyatu sehingga dapat dijumpai peteki dalam jumlah yang besar serta ekimosis
ekstensif. Perasaan gatal umumnya hanya sedikit. Dengan menghilangnya ruam-ruam
kulit maka terjadi pengelupasan kulit seperti sekam dan perubahan warna menjadi
kecoklatan yang kemudian menghilang dalam waktu 7-10 hari.Erupsi berkurang
meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang
sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit
yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
D.
Penatalaksanaan
1.
Morbili merupakan suatu
penyakit self limiting sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu
:
·
Memperbaiki keadaan
umum
·
Antipiretika bila suhu
tinggi.
·
Sedativum
·
Obat batuk
2.
Antibiotika diberikan
bila ternyata terdapat infeksi sekunder.
Kortikosteroid
dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili yang mengalami
ensefalitis yaitu :
· Hidrokortison
100-200 mg/hari selama 3-4 hari
· Prednikson
2mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu seminggu.
3.
Indikasi masuk rumah
sakit, dianjurkan apabila :
· Morbili
yang disertai komplikasi berat.
· Morbili
dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat, yaitu bila ditemukan:
ü Bercak
atau eksentem merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama yang
lebar dan tebal.
ü Suara
parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan pneumonia.
ü Dehidrasi
berat
ü Kejang
dengan kesadaran menurun.
E.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit
morbili adalah pemeriksaan IgM campak, kenaikan titer signifikan dari Ig G pada
fase akut (4 hari timbul ruam) dan masa konvalesensi (2-4 minggu kemudian),
pemeriksaan Ig M spesifik campak, dan pemeriksaan lisa deteksi Ig M dan Ig G.
Pada pemeriksaan
darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk
memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi
pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM
dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative.
Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.Sedangkan IgG
antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat
dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat
ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari
urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama
masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap
aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
F.
Pencegahan
Morbili dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi. Imunisasi yang dapat diberikan dapat berupa pasif dan aktif.
1. Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah “ Live attenuated
measles vaccine”. Mula-mula diberikan strain Edmonson B, tetapi ‘strain’ ini
dapat menimbulkan panas tinggi dan eksanthem pada hari ketujuh-kesepuluh post
vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan
Gamma-globulin dilengan lain.Hal
ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan
berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian
Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara
subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada
penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat
dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan
diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada
antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis,
imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
Tiap dosis
yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50
dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram. Vaksin ini diberikan
secara subkutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah umur 9
bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari
antibodi yang dibawa sejak lahir.
Vaksin ini
tidak boleh dilakukan bila :
·
Menderita
infeksi saluran pernapasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan
demam lebih dari 380C.
·
Riwayat
kejang demam.
·
Defisiensi
imunologik.
·
Sedang
mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif.
Efek samping :
·
Hiperpireksia
(5-15 %)
·
Gejala
infeksi saluran pernapasan bagian atas ( 10-20 %)
·
Morbili
form rash (3-15%)
·
Kejang
demam ( 0,2%)
·
Ensefalitis
( 1 diantara 1,16 juta anak)
·
Demam
( 13,95%)
2.
Imunisasi
Pasif
Tidak banyak dianjurkan, karena resiko
terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulose. Imunusasi pasif dengan serum
oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan,
globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan
hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat
dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan
diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin
G.
Komplikasi
1. Otitis
Media
Merupakan salah satu
komplikasi yang paling sering ditemukan.
2. Mastoiditis
Merupakan komplikasi
dari otitis media. Dengan pemberian antibiotika komplikasi ini dapat dicegah.
3.
Pneumonia
Merupakan penyebab
kematian utama dari morbili. Hal ini dapat terjadi oleh karena perluasan
infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Secara klinis manifestasinya
dapat berupa bronkiolitis, bronkiopneumoni, dan lobar pneumoni. Bakteri yang
sering menimbulkan pneumoni pada morbili adalah streptokok, pneumokok,
stafilokok, hemofilus influenzae,dan kadang – kadang disebabkan oleh
pseudomonas dan klebsiela. Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan
morbili menunjukkan adanya gangguan pernafasan disertai panas yang menetap.
Dengan foto thorax dapat memperkuat diagnosis.
4.
Ensefalitis
Merupakan komplikasi
yang berat dan sering menyebabkan kematian. Insiden komplikasi ini berkisar 0,1
– 2 % dan biasanya tmbul di hari ke 2-6 setelah timbul rash. Patogenesis
komplikasi ini belum diketahui secara pasti, beberapa dugaan seperti akibat
invasi langsung virus morbili ke otak aktivasi virus yang laten, atau
enselofalomielitis tipe alergi. Gejala – gejalanya berupa panas, koma atau
kelemahan umum.
5.
Gastroenteritis
Merupakan komplikasi
yang cukup banyak ditemukan, dengan insidens berkisar 19,1-30,4 %.
6.
Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat
intake yang kurang ( anoreksia; muntah) menderita komplikasi.
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
A.
Pengkajian
1.
Identitasdiri
2.
Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan
a)
Pertumbuhan fisik :
Berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala pada saat lahir dan sebelum
berusia 2 tahun; periode pertumbuhan cepat atau lambat.
b)
Tahap perkembangan yang
penting: usia anak ketika ia dapat angkat kepala, berguling, duduk, berdiri,
berjalan, dan berbicara.
c)
Perkembangan wicara :
performa di pra-sekolah dan sekolah.
d)
Perkembangan sosial : pola
tidur malam dan siang hari; toilet training; masalah dalam bicara; kebiasaan
perilaku; masalah disiplin; prestasi di sekolah; hubungan dengan orang
tua,saudara kandung, dan teman sebaya.
e)
Riwayat imunisasi.
3.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Jika
ibu penderita Morbili sudah menderita morbili, maka secara tidak langsung bayi
akan mendapatkan kekebalan secara pasif ( plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan menurun, sehingga si bayi dapat menderita
morbili.Bila si ibu belum pernah menderita Morbili maka bayi yang dilahirkannya
tidak memiliki kekebalan trhadap morbili dan dapat menderita Morbili setelah
dilahirkan.
4.
PemeriksaanFisik
1.
Keadaan Umum :
· Kondisi
umum
· TTV
Suhu
: peningkatan suhu
RR
: penurunan RR
TD
: 108/ 58 mmHg
Nadi
: 90 x per menit
2.
HEENT
:
·
Head
( kepala ) : sakit kepala
·
Eye
( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
·
Ear
( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian
belakang
· Nose (hidung) : Banyak terdapat secret, influenza,
rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
· Mouth ( mulut ) : Mukosa
bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit. Terdapat Koplik’s Spot.
3. Leher :
· Terdapat
eritema makulopapuler.
· Terjadi
hiperplasia jaringan limfe pada tonsil, adenoid, dan hiperplasia.
4. Nodus
Limfe :
· Terdapat
eritema makulopapuler
· terjadi
pembesaran karena mengalami hiperplasia jaringan limpatik.
5. Paru
:
· terdapat
sputum mukopurulent
· dispnea
·
kongesti
dapat didengar, tetapi tampak dari jalan napas atas ( lebih keras didekat
mulut)
· wheezing,
ronchi, batuk
6. Kardiovaskular :
·
titik
impuls maksimum (TIM) pada ruang antar iga ke 4 atau ke 5 dan garis mediastinum
·
S1
dan S2 normal
·
tidak
ada murmur atau bunyi jantung abnormal
·
nadi
femoralis normal, nadi dorsalis pedis dapat diraba bilateral
7. Payudara :
normal,
dengan beberapa lemak dibawah keduanya
8. Abdomen :
·
menonjol,
tapi lunak tidak ada rasa nyeri tekan
· hepar meluas 2 cm di bawah margin kosta kanan (MKKa)
dan tidak ada nyeri tekan
9.
Genetalia
:
· tanner I penis yang disirkumsisi
·
tidak
ada rambut pubis, lesi, atau rabas
·
testis
turun, sulit untuk memalpasi karena reflek kresmaterik aktif
·
skrotum
normal di kedua sisi
10.
Muskuloskeletal
:
·
rentang
gerak normal pada ekstermitas atas dan bawah serta semua sendi
·
tulang
belakang lurus
·
cara
berjalan normal
11.
Neurologis
:
status mental,
gembira (anak yang kooperatif)
perkembangan
(DDDST) motorik kasar
12.
Integumen:
Permukaan kulit ( kering ), turgor
kulit, rasa gatal, ruam makulopapular merah pada leher, muka, lengan dan kaki,
eritema, panas demam).
Berkelompok pada tempat timbul yang
pertama, kemudian terpisah ke tempat lain. Menjadi kecoklat-coklatan dalam 3-4
hari, dan mengalami desquamasi.
Pada
stadium konvalensi terdapat ruam bersifat hemorhagis dan dapat dijumpai peteki
dalam jumlah yang besar serta ekimosis ekstensif
Keterangan:
o Makula
: kelainan warna kulit, berupa bercak datar dan kecil dari kulit sekitarnya
berukuran < 1 cm.
o Papula
: peninggian kulit, agak padat/solid, diameter < 1,5 cm. Terjadi karena
penumpukan hasil metabolit.
o Ekimosis:
Tampilan : berwarna ungu memudar menjadi
berwarna hijau, kuning dan cokelat setiap saat. Berukuran lebih besar dari
peteki; melingkar, oval atau tidak teratur.
Penyebaran : bervariasi.
Pengertian : darah di luar pembuluh
darah; sering terjadi akibat memar atau trauma; juga terlihat pada gangguan
perdarahan.
o Petekia:
Tampilan : merah gelap atau ungu
kemerahan; memudar setiap saat; berukuran 1-3 mm atau lebih besar; melingkar,
kadang-kadang tidak teratur, datar.
Distribusi : bervariasi.
Makna : darah diluar pembuluh darah;
dapat menunjukkan gangguan perdarahan atau jika merupakan peteki emboli pada
kulit.
B.
Diagnosa
keperawatan
1. Bersihan jalan
nafas inefektif
b/d adanyapenumpukan sekret
2. Hipertermi
b/d adanya proses inflamasi.
3. Resiko kekurangan volume cairan
tubuh b/d diare
4. Kerusakan Integritas Kulit b/d adanya Ploriferasi sel-sel
endotel kapiler di dalam korneum.
5.
Nutrisikurangdarikebutuhantubuh b/d intake yang
tidakadekuat
C.
Intervensi
Dx
1.Bersihan jalan
nafas inefektif
berhubungandenganadanyapenumpukan sekret
Intervensi :
1) Auskultasi
bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis., mengi, krekles, ronki.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius,
mis., penyebaran, krekles basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas
2) Kaji frekuensi
pernapasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres / adanya proses infeksi memanjang
dibanding inspirasi
3) Catat adanya
dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu
R/ Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah
sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4) Kaji pasien
untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat
akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
5) Pertahankan
polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat
mentriger episode akut
6) Dorong / bantu
latihan napas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara
Kolaborasi:
7) Berikan obat
sesuai indikasi
Bronkodilator, mis., β-agonis : epinefrin (Adrenalin,
Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin (Brethine, Brethaire);
isotetarin (Brokosol, Bronkometer); Xantin, mis., aminofilin, oxitrifilin
(Choledyl); teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)
Dx 2. Hipertermi berhubungan
dengan adanya proses inflamasi
Intervensi:
1) Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang
berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
R/ aktivitas
berlebih saat suhu sedang naik akan mengakibatkan metabolisme juga meningkat.
2) Berikan kompres air hangat
R/ air hangat
dapat menyebabkan vasodilatasi. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
R/ peningkatan
suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
4) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang
tebal.
R/ pakaian tipis
membantu mengurangi penguapan tubuh.
5) Beri
cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
R / pemberian cairan sangat penting untuk pasien
dengan suhu tunggi.
Kolaborasi
:
Berikan
analgesic sedative saat tidur sesuai indikatornya
Dx 3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diare
1) Pantau turgor kulit setiap giliran
jaga dan catat penurunanya
R/ turgor kulit buruk merupakan suatu tanda dehidrasi
2) Periksa membran mukosa mulut setiap
giliran jaga
R/ Membran mukosa yang kering
merupakan suatu tanda dehidrasi
3) Pantau tanda tanda vital setiap 4
jam
R/ takikardia, hipotensi, dispnea,
atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan
4) Ukur berat badan pasien setiap hari
dan catat hasilnya
R/ pengukuran berat badan setiap
hari dapat membantu memperkirakanstatus cairan tubuh
5) Berikan dan pantau cairan
parenteral, sesuai anjuran
R/ untuk mengembalikan kehilangan cairan
6) Pantau nilai elektrolit dan laporkan
ketidaknormalanya
R/ kehilangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit signifikan
Kolaborasi
7) Berikan pengobatan antiemetik dan
antidiare
R/ untuk mencegah kehilangan cairan
Dx 4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan adanya Ploriferasi
sel-sel endotel kapiler di dalam korneum.
Intervensi
:
1)
Jelaskan pada px tentang kondisi penyakitnya
R/ pasien
dapat mengerti tentang alasan dilakukannya tindakan agar dapat meningkatkan kepatuhan
pada tindakan perlindungan dan pencegahan.
2)
Jelaskan tentang pentingnya masukan nutrisi
R/ selama
dilakukan pengobatan tubuh harus membangun dan memperbaiki jaringan dan
melindungi diri dari infeksi. Proses ini memerlukan peningkatan masukan protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral
3)
Ajarkan kewaspadaan untuk melindungi integritas kulit seperti Jangan mencuci area luka
R/ kelembaban meningkatkan reaksi kulit.
4)
Hindari sabun keras, salep, krim kosmetik dan deodoran pada daerah luka,
kecuali diijinkan tenaga kesehatan
R/ bahan kasar dapat meningkatkan kerentanan kulit
terhadap kerusakan
5)
Hindari pemajanan pada kulit yang luka terhadap matahari, kolam renang
dengan klorida, angin dan pencukuran
R/ pemajanan
ini dapat menyebabkan kerusakan tambahan
6)
Gunakan pakaian katun yang longgar pada kulit yang luka
R/ pakaian
katun longgar dapat meminimalkan iritasi dan cidera pada permukaan epitel
Kolaborasi
7)
Gunakan salep vit.A dan vit.D tipis pada kulit yang kering bila diperlukan
R/ salep
vit.A dan vit.D dapat mencegah/ mengatasi kulit kering
Dx 5. Nutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandenganintake
yang tidakadekuat
Intervensi
:
1)
Beri kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak
makan
R/ untuk membantu mengkaji penyebab
gangguan makan
2)
Observasi dan asupan pasien (cair dan padat )
R/ untuk mengkaji zat gizi yang
dikonsumsi dan suplement yang diperlukan
3) Tawarkan suplement tinggi protein,
tinggi kalori, seperti susu kocok, puding, atau es krim
R/
makanan tersebut mencegah kerusakan protein tubuh dan memberikan kalori
energi
4)
Ciptakan lingkungan yagn menyenangkan pada waktu makan
R/ untuk meningkatkan nafsu makan
klien
5)
Pantau dan catat pola eliminasi
R/ pasien dapat menggunakan laksatif
atau diuretik untuk memprtahankan berat badan rendah karena tidak menyukai
makanan
D.
Implementasi
Sesuia dengan
intervensi
E.
Evaluasi
Sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Campak
adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium ; (1)
stadium inkubasi, yang berlangsung kurang lebih 10-12 hari disertai dengan
sedikit tanda-tanda atau gejal-gejala; (2) stadium prodromal yang disertai
suatu enatema ( bercak koplik) pada mukosa pipi dan faring, demam ringan hingga
sedang, konjungtivitis ringan, coryza dan batuk yang bertambah berat serta (3)
stadium akhir, yang disertai raum-ruam kulit berbentuk makulopapuler, muncul
berurutan mulai dari leher dan muka, lengan serta tungkai diiringi dengan demam
tinggi. Morbili
dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang dapat diberikan dapat
berupa pasif dan aktif. Dalam asuhan keperawatan pada klien dengan morbili
terdapat diagnosa diagnosa bersuhan jalan napas, hipertermi, kekurangan volume
caiaran dan gangguan integritas kulit dengan fokus utama dalam asuhan
keperawatanya yaitu pada sistem integumen.
B.
Saran
1. Mahasiswa/i
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan morbili.
2. Bagi
pasien morbili
Diharapkan
mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam mengatasi dan mengobati morbili.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E. 1993. Ilmu kesehatan Anak.
Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan.EGC. Jakarta
Engel, Joyce. 1998. Pengkajian Pediatrik. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar